Share

Bab 3 - Bukan Mimpi

Author: AliceLin
last update Last Updated: 2024-07-16 19:55:24

‘Apa benar Alicia adalah namaku?’

Anya masih bertanya-tanya di dalam hatinya atas ingatan aneh yang menyusup di dalam kepalanya secara tiba-tiba. Walaupun hanya sekilas dan wajah orang di dalam ingatannya tadi tidak jelas, tetapi Anya sangat yakin jika panggilan itu ditujukan padanya.

Air mata di pelupuknya tiba-tiba jatuh tanpa terasa. Anehnya, hatinya terasa sedikit perih dan rasa rindu di dalam dadanya terasa meluap-luap.

Meskipun kepalanya masih terasa sakit akibat benturan tadi dan darah masih menetes dari pelipisnya, Anya mencoba untuk berdiri sendiri. Ia pun melangkah pergi dengan sisa harga dirinya yang terakhir.

Namun, langkah Anya sempat terhenti ketika salah seorang pelayan melemparkan satu koper di hadapannya.

“Pergi saja tetap merepotkanku! Dasar jalang!” maki pelayan itu─dia diminta oleh Edwin untuk mengemas barang milik Anya tadi.

Kedua kepalan tangan Anya mengetat. Ia hanya melayangkan tatapan tajamnya kepada pelayan itu dan melirik barang bawaannya yang tercerai berai di lantai karena koper lusuhnya terbuka.

Hanya ada beberapa pakaian kusam di dalam koper tersebut. Padahal Anya masih memiliki beberapa pakaian yang layak dipakai yang dibelinya dengan uang jerih payahnya sendiri. Tanpa bertanya pun, Anya tahu jika pelayan itulah yang mengambil barangnya untuk keuntungannya sendiri.

Anya tidak mengajukan protesnya. Ia tidak ingin memperdebatkan hal itu karena ia sudah terlalu lelah untuk melakukannya. Dengan diiringi tatapan penuh cemooh, Anya pun meninggalkan rumah itu tanpa membawa koper itu.

Thalia berdiri di atas balkon kamar Edwin, memandang sosok Anya yang berjalan tertatih-tatih keluar dari kediaman Stein.

"Akhirnya aku bisa menendangnya keluar," pikir wanita itu. "Tapi ... kudengar semalam dia kabur dari pria tua itu. Jadi sebenarnya dia tidur dengan siapa?"

***

Sementara itu di Presidential Suite Room 117.

“Shit! Apa ada pencuri yang sudah menyusup ke kamar ini?”

Reinhard Xavier Hernandez baru saja terbangun setelah terik matahari telah mencapai puncak gedung hotel tempatnya bermalam saat ini.

“Benar-benar malam yang liar,” gumam Reinhard ketika melihat kekacauan di dalam kamarnya. Ia memegang pundak kokohnya di mana tertinggal cakaran kuku wanita itu yang menandakan betapa bergairahnya wanita itu dalam permainan intim mereka semalam.

Reinhard memejamkan netranya sejenak. Ia masih mencoba menelusuri ingatannya untuk mengingat kembali wajah wanita yang ditidurinya semalam. Ia ingin tahu siapa wanita yang sudah begitu nekat merayunya dan naik ke atas ranjangnya!

“Siapa yang sudah mengirimkan wanita itu?” gumam Reinhard dengan wajah yang terlihat dingin. Netra ambernya dipenuhi kecurigaan. Ia mengira ada seseorang yang sengaja menggunakan tipu muslihat untuk mendapatkan kelemahannya.

Namun, semua keraguannya tersingkirkan ketika satu per satu ingatan momen intim yang dilaluinya bersama wanita itu kembali mengalir di dalam kepalanya. Malam penuh gairah itu memicu kembali gelora panas yang membuncah di dalam dadanya.

“Wanita itu ….” Reinhard meringis sembari memijit pelipisnya yang berdenyut hebat.

Mata amber bak elang pemangsa itu mendadak terbuka dan memicing tajam tatkala wajah wanita itu terpatri di dalam ingatannya.

Wajah wanita itu, meskipun samar, tampak menyisakan perasaan tak menentu dan kerinduan yang mendalam di hatinya. Mata biru yang melengkung indah seperti bulan sabit, senyuman yang menawan dan juga erangan manis yang bergulir ketika wanita itu berada di bawah kungkungannya tengah membanjiri ingatan Reinhard.

”Tidak … ini tidak mungkin ….”

Reinhard bergegas bangkit. Ia meraih handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, lalu dengan cepat menyusuri setiap ruang di dalam kamar tersebut. Namun, ia tidak menemukan jejak wanita itu.

“Sial! Ke mana dia?” gumam Reinhard dengan frustasi.

Ia pun memungut jasnya yang tergeletak di lantai ruang tamu dan merogoh ponselnya. Jemarinya begerak cepat dan menekan nomor kontak asistennya.

“Owen, berikan aku salinan rekaman CCTV di depan kamarku dan lacak informasi wanita yang masuk ke kamarku semalam! Aku ingin mengetahui keberadaannya sekarang!” titah Reinhard ketika panggilannya terhubung.

Tanpa menunggu tanggapan dari asistennya, Reinhard langsung mematikan telepon tersebut secara sepihak. Ia pun bergegas membersihkan tubuhnya, lalu pergi memastikan jika semua hal yang baru saja terlintas di dalam ingatannya bukanlah sekedar halusinasi ataupun mimpinya!

***

Rintik hujan membasahi lahan sebuah pemakaman yang cukup mewah. Tampak sosok Anya berdiri di depan sebuah makam yang terawat dengan baik. Batu nisan itu bertuliskan “James Stein”, nama kepala keluarga Stein terdahulu, sosok yang paling dihormati dan dipercayai oleh Anya.

“Tuan Stein, kamu pernah bilang kalau aku adalah penyelamat keluargamu, memintaku untuk terus membantu Edwin dan perusahaan,” bisik wanita itu dengan suara serak.

Air mata Anya mengalir tanpa henti saat ia mengingat kebaikan hati James Stein yang selalu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Saat James masih hidup, kehidupan Anya jauh lebih baik daripada saat ini. Bahkan Edwin dan keluarga Stein lainnya akan berhati-hati dalam bersikap dan berbicara dengannya.

Namun, semuanya berubah ketika James meninggal dunia. Edwin berubah menjadi orang yang sangat berbeda dari saat awal pernikahan mereka hingga tadi Anya menyadari jika ternyata ia bukanlah siapa-siapa bagi mereka selain gelandangan yang menyedihkan.

Seulas senyuman getir terulas di bibir Anya. “Apa benar yang telah dikatakan Edwin tadi? Apa benar kalau Anda …,” suaranya tercekat oleh air matanya selama beberapa detik sebelum akhirnya bergumam kembali, “apa benar Anda telah membohongiku, Tuan Stein?”

Kecelakaan tiga tahun lalu sempat membuat Anya koma selama dua bulan penuh, tetapi ketika ia sadar ia memang tidak mengingat apa pun dan semua ingatannya saat itu adalah pengakuan yang diberikan oleh James Stein dan putranya!

Setelah dipikirkan kembali, Anya merasa ia memang bodoh seperti yang diucapkan Edwin tadi.

Bisa-bisanya ia percaya begitu saja dengan ucapan mereka. Bahkan, selama tiga tahun ini, ia telah memberikan kontribusi besar di belakang layar atas kejayaan perusahaan Stein dan tidak ada yang mengetahui hal itu selain James sendiri.

Semua ia lakukan karena ayah mertuanya yang memintanya dengan dalih membantu reputasi Edwin nanti, tetapi sekarang … apa yang didapatkannya?

Selama hampir satu jam lamanya, Anya berdiri meratapi makam tersebut dengan wajah tanpa ekspresi. Darah dari pelipisnya telah bercampur dengan tetesan air hujan, tetapi rasa sakit tersebut tidak sebanding dengan perih yang menusuk di dalam hatinya.

Wajah Anya perlahan tertunduk. Kepalanya terasa semakin pusing. Ia mencoba mencari pegangan, tetapi tangannya yang gemetar hanya menangkap udara kosong. Tubuhnya pun limbung dan akhirnya terjatuh di depan makam tersebut.

Hujan masih terus turun membasahi tubuh lemah wanita malang itu. Di tengah keheningan yang didominasi suara hujan tersebut, Anya mendengar suara langkah kaki berat di dekatnya. Suara langkah itu terhenti di depan tubuh Anya.

‘Siapa?’ batin Anya, berusaha membuka matanya yang terasa berat.

Pandangannya samar-samar menangkap bayangan seorang pria yang berdiri di hadapannya. Pria itu tampak tinggi dan berwibawa meskipun sebagian wajahnya tersembunyi di balik payung hitam yang dibawanya.

Detik berikutnya, Anya telah kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Pria berpenampilan elegan itu berjongkok di samping tubuh Anya. Satu tangannya mencengkeram pelan dagu wanita itu agar ia bisa melihat wajahnya dengan lebih jelas.

Sorot mata ambernya telah diselimuti kebingungan. "Bagaimana bisa ada dua orang yang begitu mirip seperti ini?”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Popy Try
apa ada kembaran anya ato emang orang yg sama
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
ternyata semuanya sudah direncanakan oleh Edwin dan Thalia, suatu saat kalian hrus membay4r ini semua.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 4 -Mirip, Tapi Asing

    “Bagaimana mungkin ada kebetulan seperti ini ….” Gumaman pria berwajah tampan nan tegas itu terdengar semakin pelan. Rahang kokohnya terkatup rapat hingga gigi-giginya bergemeratak. Ia berusaha menguasai rasa kaget yang masih memenuhi pikirannya. Ingatan akan malam panas yang dihabiskannya bersama wanita yang terbujur di hadapannya saat ini kembali berputar di dalam kepalanya. Seperti yang diduganya, semua yang dilakukannya semalam bersama wanita itu benar-benar bukanlah mimpi! “Bos, hujan sudah turun semakin deras. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke mobil?” Lamunan pria itu beralih sejenak. Sorot mata tajam bak serigala miliknya tertuju pada asisten kepercayaannya yang berdiri di belakangnya sejak tadi. Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu menyerahkan payung di tangannya kepada bawahannya tersebut. Ia pun mengangkat tubuh Anya di kedua belah tangannya, lalu membawanya menuju mobil yang tidak terparkir jauh dari pemakaman. *** “Bagaimana keadaan lukanya?” Seorang dokter mu

    Last Updated : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 5 - Kamu Masih Hidup?

    “Kamu tidak mengenalku, Anya Stein?”Netra Anya terbelalak. “A-Anda … laki-laki yang semalam ….”Anya menggigit bibirnya dengan kuat. Degup jantungnya mendadak berpacu cepat ketika mengingat kegilaannya semalam, tetapi ia mengusir ingatan memalukan itu dari dalam kepalanya dan kembali menatap pria asing itu dengan gugup.“Dari mana Anda tahu nama saya, Tuan?” selidik Anya.Tanpa menjawab pertanyaannya, Reinhard mengeluarkan kartu tanda pengenal dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada wanita itu.“Kenapa Anda bisa memegang kartu identitas saya?” tanya Anya, semakin bingung.“Aku membutuhkannya untuk mengisi data pasien,” jawab Reinhard dengan acuh tak acuh.Anya pun tertegun menatap kartu identitasnya. Ia baru menyadari jika ruangannya yang ditempatinya saat ini adalah kamar rumah sakit.“Anda … memasukkan saya ke kamar VIP?” tanya Anya dengan syok.“Apa ada masalah?” Kening Reinhard mengerut.Namun, Anya tidak menjawab. Ia bergegas bangkit dari ranjangnya, tetapi gerakannya tertahan

    Last Updated : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 6 - Jebakan Terencana

    "Si-siapa Alicia?" Anya bertanya dengan suara yang bergetar. Ia mencoba menginterogasi pria itu dengan harapan dapat menemukan sedikit titik terang atas rasa ingin tahunya.Namun, Reinhard malah menatapnya dengan dingin, pandangannya seakan menjadi tembok tak tertembus yang memisahkan mereka. Anya bisa merasakan suhu ruangan seolah turun beberapa derajat, dan sebuah perasaan asing menyelinap di hatinya—perasaan bahwa ia telah melangkahi batas yang seharusnya tak pernah disentuh.“Mengenai hal yang terjadi semalam, aku tidak ingin kamu menyalahkanku secara sepihak. Kamu yang mendatangiku dan meminta bantuanku, sedangkan aku hanya melakukan yang kamu inginkan.”Alih-alih menjawab, Reinhard malah meluruskan kesalahpahaman wanita itu terhadapnya. Namun, Anya malah memberikan tatapan tajam.“Kamu tahu kan apa pun bisa terjadi di saat seseorang berada dalam pengaruh alkohol?” Reinhard mencoba membela dirinya dan tidak menerima tuduhan yang memberatkannya atas perbuatan yang dilakukan semala

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 7 - Pria Berkuasa yang Berbahaya

    “Edwin Stein, Thalia Vale ….”Hanya dengan mengucapkan nama kedua orang itu saja, amarah di dalam dada Anya terasa menggelegak. Segala rasa sakit, penghinaan, dan kekecewaan yang selama ini Anya pendam, kini berubah menjadi kemarahan yang tak terbendung.Anya merasa ia harus bertindak, bukan hanya untuk membalas dendam, tetapi juga untuk membuktikan bahwa ia tidak akan menjadi seseorang yang lemah dan mudah ditindas!‘Tapi, apa yang bisa kulakukan?’Seketika Anya menyadari ketidakberdayaannya. Walaupun ia memiliki tekad dan kebencian yang begitu besar, tetapi ia tidak memiliki dukungan yang dapat diandalkan untuk dapat menuntaskan kebenciannya terhadap Edwin dan Thalia ataupun untuk mengubah keadaannya sendiri.Satu-satunya hal yang dapat Anya lakukan hanyalah menarik kontribusinya terhadap kemajuan perusahaan Stein selama tiga tahun ini. Namun, hal itu tidak akan cukup untuk membuat Edwin dan keluarganya serta Thalia merasakan penderitaan yang dialaminya selama tiga tahun ini.Anya in

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 8 - Ingatan yang Terguncang

    “Ini benar-benar gila …,” gumam Anya yang masih mencoba menerima kebenaran dari informasi yang didapatkannya. Melihat kekagetan wanita itu, Reinhard pun tersenyum kecil. "Sekarang kamu baru sadar kalau kamu sudah menjadi wanita yang sangat beruntung?" ucapnya dengan bangga. Tatapan Anya perlahan berubah datar. “Aku tidak merasa beruntung sekali pun, Tuan Muda Hernandez,” timpalnya seraya memutar bola matanya dengan malas. “Kamu yakin?” Netra Reinhard menyipit tajam. “Padahal banyak wanita yang ingin mendekatiku dan rela melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan hal yang kamu dapatkan semalam, Anya Stein.” Namun, Anya malah terkekeh kecil mendengar ucapan pria itu. “Kenapa kamu sepanik itu? Apa aku sudah melukai harga dirimu sebagai seorang lelaki,” ledeknya. Reinhard berdeham canggung dan memalingkan wajahnya. “Tidak,” kilahnya, enggan menunjukkan jika ia memang sangat tersinggung dengan penilaian wanita itu. Suara tawa Anya perlahan lenyap. Ia kembali menatap Reinhard dengan waja

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 9 - Aku Telah Kembali

    “Austin, aku rasa lukanya sangat serius. Jika tidak, tidak mungkin dia bisa pingsan lagi. Apa tidak sebaiknya kamu periksa lebih terperinci?” saran Reinhard kepada sahabatnya yang masih memeriksa keadaan Anya. Austin hanya meliriknya sekilas, lalu menghela napas pelan. “Baiklah. Aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada cedera serius. Tapi untuk sekarang, sebaiknya kamu tidak mendesaknya lebih jauh seperti yang aku katakan sebelumnya,” jawab Austin seraya memeriksa denyut nadi wanita itu. “Aku tidak mendesaknya, Austin.” Reinhard berkata dengan nada kesal, menatap Austin dengan tajam. Ia tidak terima dituduh sebagai pelaku yang membuat wanita itu tertekan dan pingsan. Austin meletakkan stetoskop di lehernya setelah memastikan kondisi Anya stabil, kemudian melanjutkan, “Menurut pengamatanku, seharusnya lukanya tidak seserius ini. Tapi, melihat kondisinya sekarang, ada kemungkinan cedera lain yang tidak kita ketahui,” paparnya. Reinhard terdiam, men

    Last Updated : 2024-08-20
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 10 - Luka yang Masih Tertinggal

    “Nona Stein, apa kepalamu masih terasa sakit?” Pertanyaan yang dilontarkan Reinhard membuyarkan lamunan Alicia. Perasaan Alicia terasa campur aduk antara kegembiraan dan kesedihan. Gembira karena akhirnya ingatannya bisa kembali dan mengingat jati dirinya sebagai Alicia Lorenzo. Namun, kesedihan meliputi dirinya karena pertemuannya dengan Reinhard kembali membuka luka lama—penolakan dingin dari pria yang pernah mencuri hatinya dulu. Dengan sepasang netra yang berkaca-kaca dan bibir yang masih membisu, Alicia menatap Reinhard dengan pilu. Luka yang pernah diberikan pria itu kini kembali terbuka dan mengingatkan kisah pahit yang terjadi di antara mereka. ‘Memalukan sekali. Kenapa aku bisa bertemu dengannya lagi dalam keadaan seperti ini?’ batin Alicia seraya tersenyum pahit pada dirinya sendiri. “Kenapa kamu diam saja, Nona Stein?” Reinhard mulai terdengar frustrasi, jelas tidak sabar menghadapi keheningan Alicia. Bukan Alicia tidak mau menjawab, tetapi ia masih berusaha menyesuai

    Last Updated : 2024-08-21
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 11 - Perasaan yang Masih Ada

    “Ma-maaf, Tuan Muda Hernandez. Tadi aku tidak bermaksud apa pun,” ucap Alicia dengan gugup.Sesaat tadi Alicia tidak sengaja menumpahkan amarahnya terhadap Reinhard karena masih terpengaruh oleh ingatan masa lalunya atas tindakan pria itu. Emosi yang telah lama terpendam sulit untuk ia kendalikan.Reinhard menatapnya dengan alis sedikit terangkat, masih berusaha memahami perubahan mendadak dalam sikap Alicia."Tidak apa-apa, Nona Stein," jawab Reinhard dengan nada datar, meskipun ada keheranan dalam suaranya.“Mungkin aku … hanya lelah,” cicit Alicia kemudian dengan wajah tertunduk dalam.Reinhard membisu. Ia dapat melihat kebohongan wanita itu, tetapi tidak berniat membongkarnya dan akhirnya berkata, “Baiklah. Sekarang kamu beristirahatlah, aku juga masih ada urusan lain. Sebaiknya kamu memberi tahu keluargamu mengenai masalahmu ini.”‘Keluarga?’ Alicia terdiam mendengar hal itu.Ia tidak yakin masih memiliki keluarga apabila dirinya memang telah dinyatakan meninggal. Pun, apabila du

    Last Updated : 2024-08-23

Latest chapter

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 308

    “Nenek, bagaimana keadaanmu?”Suara riang Amora terdengar memenuhi ruangan saat ia masuk bersama ibu mertuanya, Liliana Ritter.Alicia dan neneknya langsung menoleh bersamaan. Melihat kedatangan mereka, Alicia segera bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Amora dan menuntun langkahnya menuju tempat duduknya tadi.“Terima kasih, Alicia,” ucap Amora seraya tersenyum kecil dan menatap adik iparnya dengan seksama.Ia kemudian terkekeh kecil. "Kalau dipikir-pikir, kamu benar-benar sudah dewasa sekarang. Sudah tahu bagaimana merawat orang lain."Alicia terkejut dengan pujian itu. "Ka-Kak Amora?" Wajahnya langsung memerah.Amora tersenyum penuh arti. Ia ingat betul, dulu saat ia masih mengandung Ryuji, Alicia hampir tak pernah menunjukkan kepedulian seperti ini."Memangnya dulu aku seburuk itu sampai Kakak harus menggodaku begitu?" gerutu Alicia, pura-pura kesal."Aku memujimu, Alicia," sahut Amora seraya memutar bola matanya.Liliana Ritter, yang sejak tadi meletakkan barang bawaannya di

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 307

    Reinhard menghentikan langkahnya sejenak di dekat parkiran mobil setelah berada di luar rumah terlantar tersebut. Ia menoleh sekilas ke arah bangunan yang kini bergema oleh jeritan putus asa Edwin.Owen, yang berdiri di sampingnya, melirik ekspresi dingin Reinhard sekilas sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, “Tuan Muda, apa Anda percaya dengan ucapan Edwin tadi?”Reinhard menghela napas pelan, tatapannya masih terpaku pada rumah itu. "Percaya atau tidak, dia pantas mendapatkan semua ini."Owen meneguk salivanya dengan kasar, lalu mengangguk pelan. Ia dapat memahami kebencian Reinhard terhadap Edwin, mengingat semua hal yang dilakukan pria itu pada Alicia selama tiga tahun ini.Owen melirik darah Edwin yang masih menempel pada telapak tangan tuan mudanya tersebut. Ia pun memberikan sapu tangannya kepada Reinhard dan kembali bertanya, “Apa Anda tidak ingin menanyakannya langsung kepada Nyonya mengenai masalah ini, Tuan Muda?”Reinhard menerima sapu tangan itu tanpa berkata apa-ap

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 306 - Interogasi Part 2

    “Jangan … jangan lakukan itu … aku benar-benar tidak tahu apa-apa ….”Edwin tergagap, suaranya gemetar, hampir tak terdengar. Matanya terpaku pada kilatan tajam ujung pisau yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang akan ia alami jika bilah itu merobek kulitnya.Seketika, Edwin tersentak ketika mata pisau menyentuh pipinya. Darah pun mengalir dari goresan tipis yang diberikan Reinhard pada wajahnya tersebut.Suara ringisan terdengar dari bibir Edwin tatkala pisau tersebut menyayat kulit wajahnya.. Air matanya pun perlahan mengalir. “Su-sudah kubilang … itu hanya kecelakaan. Waktu itu … aku terlalu mabuk dan aku─”Ucapan Edwin terhenti karena mata pisau tersebut telah beralih dan menancap di punggung tangannya. Suara erangan kesakitan lolos dari bibirnya, tubuhnya menegang sementara darah segar mulai merembes dari luka tersebut.Edwin berniat menarik tangannya, tetapi Reinhard malah menekan ujungnya semakin kuat. “Aarggh!” teriak Edwin.

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 305 - Interogasi Part 1

    “Aku juga bisa membuat seolah-olah kamu melarikan diri dari persidangan. Dengan begitu, polisi tidak akan mencurigai apa pun,” lanjut Reinhard dengan nada santai. "Bagaimana? Tidak ada lagi yang perlu kamu cemaskan, bukan?" Edwin menggeram, napasnya memburu karena kemarahan yang meluap-luap. “Kau …!” Tanpa berpikir panjang, Edwin mencoba menerjang ke arah Reinhard, tetapi sebelum sempat menyentuhnya, Owen sudah lebih dulu bertindak. Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Edwin, membuatnya terhuyung ke belakang. Rasa sakit menyebar dari rahangnya hingga ke kepala. Sebelum Edwin sempat bereaksi, tangan kuat Owen segera mencengkeram kerah bajunya, lalu menariknya ke tepi kolam. “Lepaskan aku!” teriak Edwin, memberontak histeris. Owen menghempaskan tubuh Edwin dengan kuat hingga wajah pria itu menghantam besi di pinggiran kolam. Darah pun mengucur deras dari hidungnya. Reinhard telah berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke tepi kolam. “Owen, cukup,” cegahnya saat melihat a

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 304 - Utusan Neraka

    “Reinhard Hernandez … ter-ternyata kamu ….” Perlahan rahang Edwin mengatup erat. Sorot matanya yang dipenuhi kebencian, menatap Reinhard dengan tajam. Ia tidak akan pernah lupa bagaimana dirinya dipermalukan dan dihancurkan di acara pernikahannya beberapa hari lalu. Amarah di dalam diri Edwin pun meledak. Ia berniat bangkit dan menyerang Reinhard,. Akan tetapi, pria itu baru menyadari jika dirinya dalam kondisi terikat. Salah seorang bawahan Reinhard juga langsung menekannya kembali ke kursi dengan kuat. "Lepaskan aku!" Edwin menggeram, meronta sekuat tenaga. Namun, cengkeraman pengawal Reinhard tersebut tidak memberinya celah sedikit pun. Tanpa peringatan, sebuah tinju pun mendarat telak di perutnya. Edwin tersentak, mengerang kesakitan. Tubuhnya hampir terjungkal ke belakang, tetapi bawahan Reinhard tersebut segera menarik kerah bajunya, membuatnya tetap duduk. Rasa sakit membuat Edwin terdiam selama beberapa saat. Namun, ketika ia bisa bernapas teratur kembali, ia melontarkan

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 303

    Setelah tiga jam membahas beberapa perkembangan dan proyek yang dilakukan Nexus, akhirnya pertemuan tersebut pun berakhir. “Serahkan laporannya kepada tim saya dan silakan kembali ke ruangan masing-masing,” ucap Reinhard sebelum berdiri dari tempat duduknya. Tanpa menunggu tanggapan semua orang, Reinhard langsung melangkah keluar, diikuti oleh Owen. Begitu pintu ruangan tertutup kembali, semua orang pun menarik napas lega. Selama rapat berlangsung, mereka merasa sedang mengikuti interogasi daripada diskusi bisnis. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan baru yang diambil oleh Reinhard membuat mereka yakin Nexus dapat kembali bangkit di bawah kepemimpinan Reinhard. Sayangnya, tidak semua orang berpikiran yang sama. Ada beberapa orang yang merasa terancam, tetapi mereka hanya bisa menyembunyikan kegelisahan mereka di balik ekspresi tenang dan mencoba mencari cara untuk mendapatkan kepercayaan Reinhard. Saat Reinhard turun ke lobi, matanya menangkap kerumunan wartawan yang sudah menunggu

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 302 - Pengalihan Kekuasaan

    Reinhard melirik sekilas ke arah Alexei yang duduk di ujung meja. Wajah pamannya tampak tenang, tetapi ada ketegangan samar di balik sorot matanya.Pria paruh baya itu bergegas menghampiri Reinhard, lalu menjabat tangannya.“Rein, akhirnya kamu datang juga,” sapa Alexei dengan nada ramah, tetapi Reinhard bisa merasakan kegugupan yang tersirat dalam suara pamannya tersebut.“Sepertinya Paman takut aku tidak datang dan berubah pikiran.”Meskipun Alexei cukup terkejut dengan sindiran dingin yang menusuk tersebut, tetapi pria paruh baya itu tetap mempertahankan senyumannya. “Mana mungkin. Aku tahu kamu adalah orang yang menepati janji, Rein.”Reinhard menatap Alexei lurus-lurus. Ia tidak menanggapi ucapannya.Alexei pun mempersilakannya duduk, kemudian mereka pun memulai perbincangan tentang proses pengalihan saham.Saat notaris Alexei hendak menyerahkan dokumen, Reinhard mengangkat tangan, menghentikannya.“Ada apa?” tanya Alexei dengan bingung.“Aku membawa notarisku sendiri dan dia sud

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 301 - Permainan Berbahaya

    Owen terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh Reinhard. “Maksud Anda … pengalihan saham ini memang jebakan Tuan Alexei?” Reinhard tersenyum sinis. “Kamu tahu … semalam diam-diam pamanku itu ternyata sudah menarik sebagian besar modalnya dari Nexus.” Reinhard mengetahui hal tersebut saat melakukan peretasan ke dalam sistem keuangan Nexus. Sama seperti Owen, ia juga sangat terkejut dan hampir tidak percaya dengan hal yang ditemukannya. Owen menatapnya, tak percaya. "Padahal Anda adalah keponakannya, tapi kenapa beliau begitu tega menjerumuskan Anda?" geramnya, ikut terluka dan marah atas tindakan Alexei tersebut. Reinhard dapat memahami peraaaan asistennya tersebut. Ia menghela napas panjang dan berkata, “Tapi, saya rasa Paman Alexei bukan orang seperti ini.” Owen cukup terkejut mendengar pemikiran positif tuan mudaya tersebut. “Tuan Muda, Anda masih saja membelanya. Padahal dia─” Sebelum Owen sempat menyelesaikan kalimatnya, Reinhard telah memotongnya den

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 300 - Serigala Berbulu Domba

    Setelah mendengar suara Alicia, rasa kantuk Reinhard seakan menguap. Wajah malu-malu Alicia memberikan sedikit kehangatan di dalam hatinya setelah ia kelelahan karena berkutat dengan pekerjaannya.Demi mengetahui informasi yang dirahasiakan ayahnya mengenai Ken Stewart, semalam Reinhard mendatangi markas besar Dark Wolf dan menemui salah satu rekan dekat Hans Miller yang diyakini Reinhard juga terlibat dalam tugas tersebut.Dengan menggunakan sedikit kekerasan dan pemaksaan, Reinhard berhasil mendapatkan informasi persembunyian Ken Stewart yang sebelumnya ditemukan oleh bawahan ayahnya tersebut.Owen segera mencari rekaman CCTV di sekitar kediaman Ken untuk mengidentifikasi sosok yang dimaksud oleh Hans.Sementara, Owen memeriksa rekaman CCTV yang didapatkannya, Reinhard melacak alur keuangan Nicholas dengan meretas sistem perbankan yang terhubung dengan Nexus.Saat melakukan pelacakan tersebut, Reinhard merasa sangat mengantuk dan memutuskan untuk berbaring sejenak. Akan tetapi, ia m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status