Share

Bab 6 - Jebakan Terencana

"Si-siapa Alicia?" Anya bertanya dengan suara yang bergetar. Ia mencoba menginterogasi pria itu dengan harapan dapat menemukan sedikit titik terang atas rasa ingin tahunya.

Namun, Reinhard malah menatapnya dengan dingin, pandangannya seakan menjadi tembok tak tertembus yang memisahkan mereka. 

Anya bisa merasakan suhu ruangan seolah turun beberapa derajat, dan sebuah perasaan asing menyelinap di hatinya—perasaan bahwa ia telah melangkahi batas yang seharusnya tak pernah disentuh.

“Mengenai hal yang terjadi semalam, aku tidak ingin kamu menyalahkanku secara sepihak. Kamu yang mendatangiku dan meminta bantuanku, sedangkan aku hanya melakukan yang kamu inginkan.”

Alih-alih menjawab, Reinhard malah meluruskan kesalahpahaman wanita itu terhadapnya. Namun, Anya malah memberikan tatapan tajam.

“Kamu tahu kan apa pun bisa terjadi di saat seseorang berada dalam pengaruh alkohol?” Reinhard mencoba membela dirinya dan tidak menerima tuduhan yang memberatkannya atas perbuatan yang dilakukan semalam atas dasar keinginan dan hasrat masing-masing.

“Terlebih lagi dalam pengaruh afrodisiak. Benar-benar sulit untuk menghentikanmu sebelum kamu terpuaskan. Kamu harusnya bersyukur karena aku mau membantumu dengan mengikuti keinginanmu,” tukas pria itu kemudian.

Mendengar hal tersebut, Anya pun mengerutkan keningnya. “Apa maksudmu?”

Reinhard tersenyum smirk. “Seperti kuduga, ternyata kamu memang tidak sadar kalau kamu sudah dalam pengaruh obat peningkat gairah semalam.”

“A-apa?” Netra Anya terbelalak lebar.

Perlahan wajahnya tertunduk dalam. Ia kembali teringat dengan keanehan yang terjadi padanya kemarin malam. ‘Pantas saja aku tidak dapat mengendalikan diriku. Ternyata karena ….’

Bayangan lelaki paruh baya berperut buncit yang hendak menodainya semalam kembali terbayang di dalam benaknya. Manik mata Anya pun berubah horor seketika. Refleks, ia memeluk tubuhnya yang gemetar karena rasa takut dan jijik yang menyelimuti pikirannya.

Anya kembali mengangkat wajahnya, menatap lekat sosok Reinhard, pria gila yang telah mengambil kesempatannya semalam.

Walaupun ia sempat merasakan ketakutan terhadap pria ini, tetapi anehnya, semalam ia tidak merasa risi dengan perlakuannya.

Seingatnya, pria ini memang melakukannya dengan lembut, walaupun terkadang juga sangat menggila di saat gairahnya memuncak.

‘Sial! Sepertinya otakku benar-benar rusak.’ Anya memegang sisi kepalanya yang berdenyut perih, lalu kembali membatin, ‘Apa pun alasannya, hal ini tetap tidak dapat dibenarkan. Dia sama saja dengan penjahat cabul, Anya. Jangan lengah hanya karena wajah tampannya!’

Anya menarik napasnya dalam-dalam, menenangkan pikirannya yang semakin kacau. “Bagaimana kamu bisa tahu tentang hal ini di saat aku sendiri tidak tahu?”

Tatapan penuh curiga ditujukan Anya kepada Reinhard, lalu sebuah dugaan mencuat di dalam benaknya. “Apa jangan-jangan … kamu yang sudah melakukannya dan berpura-pura bekerja sama dengan biadab tua itu untuk menjebakku?”

Reinhard sangat terkejut mendengar kecurigaan wanita itu, tetapi detik berikutnya ia terkekeh pelan.

“Apa yang kamu tertawakan? Apa begitu lucu menjebak seseorang ke dalam permainan gilamu yang menjijikkan itu?” hardik Anya yang membuat tawa Reinhard terhenti.

Bibir Anya terkatup rapat ketika pria itu menatapnya dengan tajam. Sorot mata dari kilatan amber milik pria itu membuat jantung Anya berdebar cepat. Ada sesuatu dalam tatapan Reinhard yang membuat Anya merasa terperangkap, seolah-olah dia sedang dihakimi oleh mata yang lebih mengetahui segalanya.

“Analisa yang sangat konyol,” desis Reinhard dengan dingin. “Apa kamu lupa kalau kamu yang mendatangiku dan meminta bantuanku? Atas dasar alasan apa kamu menuduhku telah menjebakmu? Apa kamu memiliki bukti?”

Ketegangan pun tercipta di antara mereka. Anya merasakan napasnya tercekat, tetapi ia tidak dapat menjawab pria itu.

“Aku tidak peduli apakah kamu percaya padaku atau tidak, Anya Stein,” lanjut Reinhard yang membuat perasaan Anya semakin tertekan.

Namun, sebelum Anya sempat memberikan tanggapan, tiba-tiba saja pria itu menyodorkan ponselnya. dan memperlihatkan rekaman video di mana Anya dan Edwin sedang melakukan makan malam bersama di restoran Grand Luxury.

“Dari mana kamu bisa memiliki rekaman ini?” tanya Anya dengan bingung.

“Tidak perlu memusingkan hal itu. Lihatlah sendiri dan kamu akan mendapatkan jawaban yang kamu inginkan,” jawab Reinhard yang membuat wanita itu kembali menatap layar ponselnya.

Terlihat momen romantis yang dilakukan Edwin padanya semalam dan membuat Anya sempat merasa hal yang dilakukannya bersama suaminya itu hanyalah sekedar mimpi kosong belaka. Kening Anya mengernyit ketika netranya menangkap tindakan mencurigakan yang dilakukan Edwin.

Anya pun kembali teringat jika ia memang sempat meninggalkan kursinya untuk melakukan pembayaran di meja kasir atas permintaan suaminya tersebut.

Ternyata Edwin menuangkan sesuatu di dalam gelas minumannya di saat Anya lengah dan ketika ia kembali ke meja tersebut, tanpa menaruh curiga sedikit pun, Anya meneguk minumannya saat Edwin mengajaknya bersulang!

“Jadi … Edwin yang sudah ….”

Ponsel di tangan Anya teremas erat. Ia masih tidak dapat percaya dengan kebenaran yang diperlihatkan padanya, tetapi tidak ada lagi hal yang bisa disangkalnya.

Hanya saja Anya tidak dapat memahami kenapa bisa ada lelaki paruh baya yang tak dikenalnya masuk ke dalam kamar hotel mereka. Apakah Edwin juga yang telah merencanakannya?

Pandangan Anya kembali tertuju pada layar ponsel Reinhard. Netranya memicing tajam tatkala melihat sosok seorang wanita yang terekam jelas pada layar ponselnya.

Wanita itu─Thalia Vale berdiri di depan pintu kamar hotelnya, lalu tidak berapa lama kemudian tampak sosok pria paruh baya semalam yang ingin melecehkan Anya berbincang dengannya.

Thalia menyerahkan sebuah kartu kepada pria paruh baya itu dan dengan kartu akses tersebut, pria paruh baya itu masuk ke dalam kamar hotelnya!

“Tha-Thalia, jadi dia yang ….”

Gumaman Anya tercekat. Ia masih tidak dapat mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.

Ternyata bukan karena Anya yang lupa mengunci pintu kamarnya ataupun kesalahan dari pihak hotel dalam memberikan kartu akses kamarnya, tetapi karena Thalia dan Edwin yang telah merencanakan semuanya untuk menjebaknya!

Anya meremas kedua tangannya di depan dadanya yang terasa perih. Ia masih tidak memahami alasan Thalia ikut bekerja sama dengan Edwin melakukan hal ini.

Selama satu tahun terakhir ini, Anya begitu percaya padanya. Sejak Thalia kembali dari pendidikannya di luar negeri, ia selalu datang ke kediaman Stein dan menjalin hubungan yang baik dengannya.

Wanita itu juga sering membelanya apabila Edwin bersikap buruk padanya. Tidak ada celah sedikit pun yang menunjukkan jika Thalia memiliki alasan untuk melakukan semua ini.

‘Sebenarnya kenapa─’

Kegelisahan Anya terhenti sejenak, Rekaman CCTV yang ditampilkan pada layar ponsel Reinhard kembali memperlihatkan sosok Edwin yang datang menghampiri Thalia setelah menyerahkan kartu akses kamar hotel tersebut.

Bola mata Anya telah berkilat tajam ketika melihat Edwin merangkul mesra pinggang Thalia dan mencumbu bibir wanita itu. Mereka pun pergi begitu saja tanpa mempedulikan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada Anya di dalam kamar tersebut.

“Jadi … mereka berdua ….”

Seketika air mata Anya berjatuhan tanpa terkendali. Ia kembali teringat dengan ekspresi dan senyuman sinis Thalia saat melihatnya terjatuh setelah didorong oleh Edwin tadi.

Satu lagi kebodohan telah dilakukan Anya dengan mempercayai wanita itu. Rasa sakit yang menjalar di dadanya semakin kuat. Seluruh kepercayaannya telah runtuh dalam sekejap oleh kedua orang yang dianggap berharga baginya.

‘Ternyata semua hanya rencana busuk kalian agar bisa memfitnahku dan Edwin memiliki alasan untuk menceraikanku!’ pikir Anya.

Amarah dan kebencian telah berkobar di dalam dadanya. Ia bersumpah tidak akan pernah memaafkan semua perbuatan Edwin dan Thalia yang telah memfitnah, menipu dan membodohinya selama ini.

‘Aku pasti akan membuat kalian membayar semua ini!’ batin Anya dengan tekad yang membara.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
anya km haruss memblass mereka semua, km sudah difitnah dan di usir
goodnovel comment avatar
Popy Try
di tunggu up selanjutnya,, minta bantuan rheinhard aja untuk balas dendam ke mereka
goodnovel comment avatar
AliceLin
sama2 kak ^^
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status