“Nikahi dia, Rein. Atau aku dan ayahmu tidak akan mengakuimu sebagai putra kami lagi!”Peringatan yang dilayangkan Selina membuat ketegangan di dalam ruangan terasa semakin berat. Namun, hal tersebut tidak membuat putranya merasa terancam dan malah menambah kekesalannya.Alicia, yang terjebak dalam situasi canggung tersebut, hanya bisa mengamati keduanya dalam diam. Ia merasa tidak memiliki ruang untuk menyela pembicaraan tersebut.Perhatian Alicia kembali terengut ketika mendengar ancaman penuh emosional dari Selina Anderson. “Apa kamu mau melihat Mama mati dulu baru kamu puas, Rein?” .Suara wanita paruh baya itu bergetar, menambah intensitas ketegangan di ruangan. Alicia dapat melihat keseriusan pada wajahnya. Namun, rasa kagetnya semakin bertambah ketika mendengar Reinhard menjawab, "Baiklah."Netra Alicia pun terbelalak lebar mendengar keputusan Reinhard tersebut. 'Hei! Apa kamu sudah gila, Xavier? Kenapa kamu seenaknya menyetujui permintaan itu tanpa memikirkan perasaanku?'Ingi
Reinhard duduk dengan tenang di kursi yang ada di samping ranjang pasien. Ia menatap Alicia dengan wajah datar. Sudah lima menit berlalu sejak ibunya keluar dari ruangan itu─setelah wanita paruh baya itu teringat akan janjinya sore nanti.Namun, tidak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibir Reinhard maupun Alicia. Keduanya hanya saling bertatapan dengan intens. Ekspresi Reinhard begitu tenang dan membuat Alicia sulit untuk menerka jalan pikiran pria itu.“Ibumu ternyata orang yang baik. Aku tidak menyangka dia tidak akan peduli dengan latar belakangku,” ucap Alicia yang mencoba memecahkan keheningan di antara mereka.Ya, Alicia masih terkejut dengan respon Selina Anderson. Wanita paruh baya itu, meskipun tahu bahwa Alicia adalah seorang yatim piatu dan “calon janda" seperti yang diakuinya tadi, tetapi ia tetap tidak peduli dan justru mendesak Alicia untuk segera menjadi menantu.Hal ini benar-benar mengejutkannya. Sangat berbeda dari yang Alicia bayangkan, mengingat wanita-wanit
Keheningan yang menggantung di antara mereka membuat denyut jantung Alicia semakin tidak karuan. Ia pun berpikir untuk mempertanyakan lebih lanjut, tetapi sebelum ia melakukannya, suara kekehan kecil telah meluncur dari bibir pria itu.Kedua alis Alicia menyatu, matanya tertuju lurus pada Reinhard yang masih menertawakannya.“Apa leluconku terlalu garing?” tanya pria itu yang membuat Alicia melongo.“Le-lelucon?” gumam Alicia dengan syok.Seketika ia menyadari maksud pria itu, lalu ia pun memanyunkan bibirnya dengan kesal. “Aku rasa kamu tidak cocok menjadi pelawak, Tuan Muda Hernandez? Kamu bukan membuat orang tertawa, tapi mereka bisa mati mendadak karena leluconmu,” gerutunya.Suara tawa Reinhard pun perlahan terhenti. Namun, bibirnya masih mengulas senyuman tipis. “Kamu tahu … tidak banyak orang yang memiliki banyak keberanian sepertimu, Nona Stein,” ucapnya, tidak menutupi rasa kagumnya atas sikap wanita itu yang terus-menerus menjawabnya tanpa ragu.Alicia tersentak. Tanpa sadar
“Tidak perlu khawatir. Apa pun permintaanmu, selama aku, Reinhard Xavier Hernandez, bisa memenuhinya, kamu tidak akan pernah merasa dikecewakan.”Janji yang diucapkan Reinhard membuat hati Alicia seketika terasa lega, tetapi ia tidak menyangka Reinhard memahami maksudnya.“Tapi, sebaliknya, aku bukan lelaki yang baik dan menjadi wanitaku bukanlah hal yang mudah,” ucap Reinhard lebih lanjut.Alicia mengulum senyumnya, tidak terpengaruh sedikit pun dengan tekanan yang diberikan pria itu. “Aku mengerti. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mempermalukanmu. Karena itu, aku ingin hubungan kita tidak dipublikasikan secara resmi kepada publik dan tidak perlu mengadakan pesta apa pun. Bagaimana menurutmu?”Kening Reinhard pun mengernyit. “Apa alasannya?” selidiknya, masih tidak memahami rencana wanita itu dan semakin bertanya-tanya.Padahal Reinhard sempat berpikir, Alicia menginginkan status sebagai wanitanya agar mendapatkan keuntungan dari hal itu. Bukan hanya statusnya akan terangk
‘Berhentilah tersenyum seperti orang bodoh, Alicia!’ hardik Alicia kepada dirinya sendiri.Wanita itu menepuk kedua pipinya sendiri yang telah merona merah. Ia masih tidak dapat mengendalikan rasa kaget dan kegembiraannya atas kesepakatannya dengan Reinhard beberapa saat lalu.Reinhard Xavier Hernandez, pria yang dulu terasa begitu jauh dari jangkauannya, kini telah setuju untuk menjalin hubungan dengannya—meskipun hubungan itu harus tersembunyi dari publik, ia sudah merasa dirinya sangat luar biasa.Alicia kembali menggelengkan kepalanya dengan kuat, masih merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Semua usaha dan strategi yang pernah dilakukannya dulu untuk mendapatkan hati pria itu kini terasa sangat konyol.Perasaan campur aduk dalam dirinya membuat Alicia merenung lebih dalam. Saat ini Reinhard mungkin telah setuju untuk menjalin hubungan, tapi Alicia tahu bahwa pria itu bukan orang yang mudah percaya. Setiap langkah yang ia ambil harus diperhitungkan dengan cermat.
Di dalam mobil Maybach hitam yang sedang melaju cepat di tengah jalan bebas hambatan, Reinhard tampak sibuk melakukan penelusuran pada layar ponselnya.Pria itu terlihat serius, menyelami berbagai pesan dan email yang masuk. Namun, pikirannya terpecah antara pekerjaan dan beberapa hal yang mengusiknya sejak tadi. Karena merasa lelah, ia pun melepaskan kacamata bacanya sejenak dan memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.Owen yang duduk di sampingnya sejak tadi pun menyadari kegelisahan Reinhard. Ia pun mengakhiri panggilan telepon yang masih terhubung dengannya dan menoleh kepada majikannya itu.“Tuan Muda, apa Anda mau saya belikan sesuatu?" tanya Owen dengan cemas.Sejak kembali dari rumah sakit, Reinhard belum menyentuh apa pun selain suplemen dan sebotol air mineral. Tidak biasanya Owen melihat majikannya gelisah seharian seperti ini—biasanya Reinhard adalah sosok yang selalu tenang dan teroganisir.Reinhard melirik Owen sejenak. "Tidak perlu. Saya hanya perlu beristirahat lebih a
"Apa pihak Mirage juga tidak pernah bertemu dengan orang bernama Venus itu?"Reinhard yang tertarik mendengar sosok misterius itu pun bertanya kepada asistennya. Ia tidak ingin melewatkan orang-orang berbakat seperti sosok bernama Venus tersebut."Tidak, Tuan Muda. Dari informasi yang saya dapat, dia hanya ingin berkomunikasi melalui email saja," jawab Owen yang membuat rasa ingin tahu Reinhard semakin besar.Reinhard tertegun sejenak, lalu ia pun memerintah, “Temukan orang itu dan berikan penawaran untuk bekerja di Divine!"“Baik, Tuan Muda.” Owen mengangguk, meskipun ia sendiri tidak tahu harus memulai pencariannya dari mana.“Bagaimana dengan Manajer Blunt, Tuan? Apa Anda ingin memecatnya?” tanya Owen, mengalihkan pandangan Reinhard kembali padanya.“Tidak,” jawab Reinhard. “Pemecatan terlalu mudah baginya.”Owen menatapnya dengan bingung. Sebelum ia bertanya, Reinhard kembali berkata, “Bedebah tua itu pasti sudah sering melakukan hal yang sama dan dia pasti telah meraup banyak keu
“Terima kasih sudah mengizinkan saya untuk keluar hari ini, Dokter Lawrence. Saya pikir Anda ingin menjadikan saya sebagai pasien abadi di rumah sakit ini.”Alicia menatap tajam pria muda berkacamata dengan setelan jas putih yang berdiri di hadapannya tersebut. Seulas senyuman ramah yang diberikannya hanya untuk menutupi rasa kesalnya terhadap dokter tersebut.Kemarin, dokter itu─Austin Lawrence tidak membiarkannya keluar dari rumah sakit, meskipun Alicia sudah merasa sehat. Alicia sudah tidak betah berlama-lama menghirup udara rumah sakit tersebut.Mendengar sindiran dari pasien wanitanya, dokter muda itu malah tertawa kecil. “Saya hanya ingin memastikan Anda benar-benar pulih sebelum pulang," katanya dengan nada bersahabat. "Kesehatan pasien adalah prioritas saya, Nona. Jadi saya harap Anda dapat memahami keputusan saya kemarin."Alicia tersenyum malas. Meskipun masih ada sedikit rasa kesal yang tersisa, tetapi ia tidak ingin memperpanjang perdebatannya dengan dokter muda tersebut.