Share

Bab 5 - Kamu Masih Hidup?

Author: AliceLin
last update Last Updated: 2024-07-16 19:57:07

“Kamu tidak mengenalku, Anya Stein?”

Netra Anya terbelalak. “A-Anda … laki-laki yang semalam ….”

Anya menggigit bibirnya dengan kuat. Degup jantungnya mendadak berpacu cepat ketika mengingat kegilaannya semalam, tetapi ia mengusir ingatan memalukan itu dari dalam kepalanya dan kembali menatap pria asing itu dengan gugup.

“Dari mana Anda tahu nama saya, Tuan?” selidik Anya.

Tanpa menjawab pertanyaannya, Reinhard mengeluarkan kartu tanda pengenal dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada wanita itu.

“Kenapa Anda bisa memegang kartu identitas saya?” tanya Anya, semakin bingung.

“Aku membutuhkannya untuk mengisi data pasien,” jawab Reinhard dengan acuh tak acuh.

Anya pun tertegun menatap kartu identitasnya. Ia baru menyadari jika ruangannya yang ditempatinya saat ini adalah kamar rumah sakit.

“Anda … memasukkan saya ke kamar VIP?” tanya Anya dengan syok.

“Apa ada masalah?” Kening Reinhard mengerut.

Namun, Anya tidak menjawab. Ia bergegas bangkit dari ranjangnya, tetapi gerakannya tertahan karena kepalanya─yang masih dibalut perban─tiba-tiba berdenyut sakit.

“Kamu mau pergi ke mana?” Reinhard menatap wanita itu dengan penuh selidik, lalu memperingatkannya, “Sebaiknya kamu berhenti bergerak sembarangan. Lukamu baru saja diobati.”

Sayangnya, Anya tidak menggubris pria itu. Dengan menahan rasa sakit di dalam kepalanya, ia kembali bangkit dan turun dari ranjangnya.

Ketika Anya hendak mencabut selang infusnya, Reinhard menghalanginya dengan mencengkeram kedua lengannya. “Apa kamu sudah gila? Kamu tidak dengar apa yang aku katakan tadi?” hardik pria itu.

“Anda yang gila, Tuan!” balas Anya tidak kalah murkanya. Netra birunya menyalang tajam dan membuat pria itu terpaku.

Gadis itu kembali berkata, “Saya tidak punya uang untuk membayar kamar ini, Tuan!”

Reinhard tercengang selama tiga detik sebelum terbentuk kerutan di dahinya, lalu detik berikutnya suara tawa kecil pun meluncur dari bibirnya.

Anya pun menatap pria asing itu dengan bingung. Ia merasa sedikit tersinggung dan bertanya, “Apa yang Anda tertawakan?”

Perlahan suara kekehan Reinhard terhenti. Ia juga cukup terkejut dan merasa aneh dengan sikapnya sendiri.

‘Apa yang sudah kulakukan?’ Reinhard ikut bertanya-tanya sendiri. Ia tidak menyangka akan spontan bersikap akrab dengan wanita itu.

“Tuan,” panggil Anya, membuyarkan lamunan Reinhard.

Pria itu pun menoleh, berdeham canggung, lalu berkata, “Mengenai masalah uang, kamu tidak perlu mencemaskannya, Nona. Aku berani membawamu ke sini berarti aku yang menjamin biayanya.”

Anya tertegun, memandang pria itu dengan curiga. “Ini aneh. Kita tidak saling mengenal. Anda tidak memiliki alasan untuk melakukan semua ini untuk saya.”

“Alasan?” Reinhard tersenyum smirk. “Aku baru tahu kalau membantu seseorang harus memerlukan alasan. Jika memang begitu, pantas saja sekarang banyak orang yang memilih untuk tidak peduli dengan kesulitan orang lain.”

Ucapan pria itu menyadarkan Anya bahwa pria itu memang tulus ingin membantunya. “Terima kasih atas bantuanmu, Tuan,” cicit Anya, merasa malu pada dirinya sendiri karena meragukannya.

Akan tetapi, Anya tidak merasa lega begitu saja. Ia tetap merasa aneh dengan pria asing itu. Entah kenapa setiap kali melihat wajahnya, ia merasa pernah melihatnya di suatu tempat.

“Hanya itu?” Satu alis Reinhard terangkat, mengalihkan pandangan Anya padanya.

Kening Anya mengernyit. Ia tidak memahami maksudnya. Namun, sikap acuh tak acuh pria itu sangat mengusiknya.

“Bisakah Anda bersikap dan berbicara sedikit lebih sopan? Sejak tadi Anda terus berbicara santai seolah kita sangat akrab.”

Mendengar protes yang dilontarkan wanita itu, Reinhard malah tersenyum tipis. 

“Aku sudah menyelamatkanmu dua kali. Aku rasa aku tidak perlu berbicara formal denganmu dan aku juga pantas mendapatkan lebih dari sekedar ucapan terima kasih,” balas Reinhard dengan nada menggoda, tetapi netra tajamnya mengamati reaksi Anya.

Ingatan malam panas yang mereka lakukan kembali berkelebat di dalam benak Anya. 

“Menyelamatkanku?” Wanita itu pun tersenyum getir dan memandang Reinhard dengan tajam. “Apa meniduriku semalam juga kamu perhitungkan sebagai bantuan, Tuan?”

Sindiran sinis yang meluncur dari bibir Anya membuat Reinhard terhenyak. Kini wanita itu juga memasang sikap yang sama dengannya, tidak lagi menunjukkan tata kramanya.

Reinhard dapat melihat kemarahan dari netra wanita itu. Namun, ia tetap bersikap tenang dan membalasnya, “Tentu saja termasuk bantuan meskipun sebenarnya aku terpaksa melakukannya. Tapi, karena kamu begitu agresif, aku─”

Bola mata Anya melebar. “Bohong!” sangkalnya dengan cepat.

“Ini adalah kenyataan, Nona Stein,” ucap Reinhard. “Kamu lupa kalau semalam kamu yang sudah meminta untuk terus melanjutkan permainan sampai beronde-ronde?”

Wajah Anya memerah seketika. “Ti-tidak mungkin!” tampiknya lagi.

“Kenapa tidak mungkin? Kamu mau lihat bukti betapa liarnya kamu semalam, huh?” Reinhard pun membuka mantelnya dan berniat membuka kancing kemejanya untuk menunjukkan bekas cakaran yang ditinggalkan wanita itu di punggungnya.

Namun, wanita itu buru-buru menahan tangannya. “Apa yang kamu lakukan? Dasar mesum!”

Reinhard mengurungkan tindakannya sembari tersenyum smirk. “Seharusnya kamu bersyukur, Anya Stein. Kalau bukan karena aku, semalam kamu pasti─”

Plak!

Satu tamparan keras melayang pada pipi Reinhard, langsung menghentikan ucapannya saat itu juga. Rasa perih pun menjalar pada pipi kanannya. Ia terpaku syok selama tiga detik, lalu dengan cepat kesadarannya kembali, menoleh kepada Anya dan mencengkeram erat pergelangan wanita itu. “Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu─”

Bentakan Reinhard terhenti tatkala dirinya melihat sorot mata biru yang menatapnya dengan tajam, seolah menyelami mata ambernya dalam-dalam. Kilasan ingatan tiga tahun lalu kembali berkelebat di dalam kepalanya.

“A-Alicia ….” Reinhard bergumam pelan secara spontan.

Anya bergeming syok saat mendengar sebutan familiar dari bibir pria itu. Air mata yang menggenang pada pelupuk matanya pun luruh seketika dan membuat perasaannya semakin bercampur aduk. Dadanya terasa sangat sesak dan perih. Namun, ia menyeka air matanya dengan cepat.

Di sisi lain, Reinhard tampak kebingungan. Sorot mata wanita itu benar-benar menghipnotisnya. Kerinduan di dalam hatinya pun menggebu-gebu. Terlebih lagi ketika sinar mata yang dipenuhi amarah itu menyala hebat.

“Kamu masih hidup?” gumam Reinhard lagi. Suaranya terdengar berat, namun perih. Tangannya telah menyentuh wajah Anya dengan lembut dan membuat wanita itu mematung, kaget.

Anya menatapnya dengan penuh waspada, tetapi rasa ingin tahunya menguatkan dirinya dan akhirnya ia membuka suaranya dengan gugup, “Kenapa kamu bicara seperti itu?”

Reinhard tersentak. Ia menahan napasnya selama beberapa detik, lalu menarik kembali tangannya dari wajah Anya dan mengepalkannya dengan kuat. Keraguan kembali merayap di dalam hatinya saat wanita itu menatapnya dengan penuh kebingungan.

Perlahan Reinhard memalingkan wajahnya, memejamkan netranya kuat-kuat. ‘Gila! Apa yang sudah aku pikirkan?’ geramnya kepada dirinya sendiri.

Bisa-bisanya ia mengira Alicia masih hidup! Mana mungkin hal itu terjadi!

Sementara itu, masih dengan penuh kebingungan, Anya tertegun dalam-dalam. ‘Tadi … aku tidak salah dengar, kan? Dia memanggilku … Alicia?’

Ingatan asing yang sempat terlintas beberapa waktu lalu dan ucapan aneh pria itu membuat Anya menyadari jika ada satu hal yang tidak sesuai di dalam dirinya.

Kebohongan yang dikatakan Edwin sebelumnya semakin memperkuat dugaan ada rahasia besar yang terselubung di balik kecelakaan yang dialaminya tiga tahun lalu dan ia merasa pria jangkung di hadapannya ini pasti memiliki jawaban yang diinginkannya!

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Luna
thanks banget kak Alicelin semangat trs nulisnya
goodnovel comment avatar
Luna
hmmm nyesek mbayangin nasib Alicia yg mencintai kulkas 2pintu anaknya mama Selina dan papa Regan,,, kak Alicelin pas bikin cerita flashback nya mereka berdua nanti pasti kueren
goodnovel comment avatar
Popy Try
waaaah jd kangen sama regis amora niih ,,,,, apa akan nyelip nanti regis amora ><
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 6 - Jebakan Terencana

    "Si-siapa Alicia?" Anya bertanya dengan suara yang bergetar. Ia mencoba menginterogasi pria itu dengan harapan dapat menemukan sedikit titik terang atas rasa ingin tahunya.Namun, Reinhard malah menatapnya dengan dingin, pandangannya seakan menjadi tembok tak tertembus yang memisahkan mereka. Anya bisa merasakan suhu ruangan seolah turun beberapa derajat, dan sebuah perasaan asing menyelinap di hatinya—perasaan bahwa ia telah melangkahi batas yang seharusnya tak pernah disentuh.“Mengenai hal yang terjadi semalam, aku tidak ingin kamu menyalahkanku secara sepihak. Kamu yang mendatangiku dan meminta bantuanku, sedangkan aku hanya melakukan yang kamu inginkan.”Alih-alih menjawab, Reinhard malah meluruskan kesalahpahaman wanita itu terhadapnya. Namun, Anya malah memberikan tatapan tajam.“Kamu tahu kan apa pun bisa terjadi di saat seseorang berada dalam pengaruh alkohol?” Reinhard mencoba membela dirinya dan tidak menerima tuduhan yang memberatkannya atas perbuatan yang dilakukan semala

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 7 - Pria Berkuasa yang Berbahaya

    “Edwin Stein, Thalia Vale ….”Hanya dengan mengucapkan nama kedua orang itu saja, amarah di dalam dada Anya terasa menggelegak. Segala rasa sakit, penghinaan, dan kekecewaan yang selama ini Anya pendam, kini berubah menjadi kemarahan yang tak terbendung.Anya merasa ia harus bertindak, bukan hanya untuk membalas dendam, tetapi juga untuk membuktikan bahwa ia tidak akan menjadi seseorang yang lemah dan mudah ditindas!‘Tapi, apa yang bisa kulakukan?’Seketika Anya menyadari ketidakberdayaannya. Walaupun ia memiliki tekad dan kebencian yang begitu besar, tetapi ia tidak memiliki dukungan yang dapat diandalkan untuk dapat menuntaskan kebenciannya terhadap Edwin dan Thalia ataupun untuk mengubah keadaannya sendiri.Satu-satunya hal yang dapat Anya lakukan hanyalah menarik kontribusinya terhadap kemajuan perusahaan Stein selama tiga tahun ini. Namun, hal itu tidak akan cukup untuk membuat Edwin dan keluarganya serta Thalia merasakan penderitaan yang dialaminya selama tiga tahun ini.Anya in

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 8 - Ingatan yang Terguncang

    “Ini benar-benar gila …,” gumam Anya yang masih mencoba menerima kebenaran dari informasi yang didapatkannya. Melihat kekagetan wanita itu, Reinhard pun tersenyum kecil. "Sekarang kamu baru sadar kalau kamu sudah menjadi wanita yang sangat beruntung?" ucapnya dengan bangga. Tatapan Anya perlahan berubah datar. “Aku tidak merasa beruntung sekali pun, Tuan Muda Hernandez,” timpalnya seraya memutar bola matanya dengan malas. “Kamu yakin?” Netra Reinhard menyipit tajam. “Padahal banyak wanita yang ingin mendekatiku dan rela melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan hal yang kamu dapatkan semalam, Anya Stein.” Namun, Anya malah terkekeh kecil mendengar ucapan pria itu. “Kenapa kamu sepanik itu? Apa aku sudah melukai harga dirimu sebagai seorang lelaki,” ledeknya. Reinhard berdeham canggung dan memalingkan wajahnya. “Tidak,” kilahnya, enggan menunjukkan jika ia memang sangat tersinggung dengan penilaian wanita itu. Suara tawa Anya perlahan lenyap. Ia kembali menatap Reinhard dengan waja

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 9 - Aku Telah Kembali

    “Austin, aku rasa lukanya sangat serius. Jika tidak, tidak mungkin dia bisa pingsan lagi. Apa tidak sebaiknya kamu periksa lebih terperinci?” saran Reinhard kepada sahabatnya yang masih memeriksa keadaan Anya. Austin hanya meliriknya sekilas, lalu menghela napas pelan. “Baiklah. Aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada cedera serius. Tapi untuk sekarang, sebaiknya kamu tidak mendesaknya lebih jauh seperti yang aku katakan sebelumnya,” jawab Austin seraya memeriksa denyut nadi wanita itu. “Aku tidak mendesaknya, Austin.” Reinhard berkata dengan nada kesal, menatap Austin dengan tajam. Ia tidak terima dituduh sebagai pelaku yang membuat wanita itu tertekan dan pingsan. Austin meletakkan stetoskop di lehernya setelah memastikan kondisi Anya stabil, kemudian melanjutkan, “Menurut pengamatanku, seharusnya lukanya tidak seserius ini. Tapi, melihat kondisinya sekarang, ada kemungkinan cedera lain yang tidak kita ketahui,” paparnya. Reinhard terdiam, men

    Last Updated : 2024-08-20
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 10 - Luka yang Masih Tertinggal

    “Nona Stein, apa kepalamu masih terasa sakit?” Pertanyaan yang dilontarkan Reinhard membuyarkan lamunan Alicia. Perasaan Alicia terasa campur aduk antara kegembiraan dan kesedihan. Gembira karena akhirnya ingatannya bisa kembali dan mengingat jati dirinya sebagai Alicia Lorenzo. Namun, kesedihan meliputi dirinya karena pertemuannya dengan Reinhard kembali membuka luka lama—penolakan dingin dari pria yang pernah mencuri hatinya dulu. Dengan sepasang netra yang berkaca-kaca dan bibir yang masih membisu, Alicia menatap Reinhard dengan pilu. Luka yang pernah diberikan pria itu kini kembali terbuka dan mengingatkan kisah pahit yang terjadi di antara mereka. ‘Memalukan sekali. Kenapa aku bisa bertemu dengannya lagi dalam keadaan seperti ini?’ batin Alicia seraya tersenyum pahit pada dirinya sendiri. “Kenapa kamu diam saja, Nona Stein?” Reinhard mulai terdengar frustrasi, jelas tidak sabar menghadapi keheningan Alicia. Bukan Alicia tidak mau menjawab, tetapi ia masih berusaha menyesuai

    Last Updated : 2024-08-21
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 11 - Perasaan yang Masih Ada

    “Ma-maaf, Tuan Muda Hernandez. Tadi aku tidak bermaksud apa pun,” ucap Alicia dengan gugup.Sesaat tadi Alicia tidak sengaja menumpahkan amarahnya terhadap Reinhard karena masih terpengaruh oleh ingatan masa lalunya atas tindakan pria itu. Emosi yang telah lama terpendam sulit untuk ia kendalikan.Reinhard menatapnya dengan alis sedikit terangkat, masih berusaha memahami perubahan mendadak dalam sikap Alicia."Tidak apa-apa, Nona Stein," jawab Reinhard dengan nada datar, meskipun ada keheranan dalam suaranya.“Mungkin aku … hanya lelah,” cicit Alicia kemudian dengan wajah tertunduk dalam.Reinhard membisu. Ia dapat melihat kebohongan wanita itu, tetapi tidak berniat membongkarnya dan akhirnya berkata, “Baiklah. Sekarang kamu beristirahatlah, aku juga masih ada urusan lain. Sebaiknya kamu memberi tahu keluargamu mengenai masalahmu ini.”‘Keluarga?’ Alicia terdiam mendengar hal itu.Ia tidak yakin masih memiliki keluarga apabila dirinya memang telah dinyatakan meninggal. Pun, apabila du

    Last Updated : 2024-08-23
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 12 - Salah Paham

    Duar!Suara seperti ledakan itulah yang terdengar di dalam kepala Alicia saat ini. Detak jantungnya yang menggila membuatnya merasa seolah waktu berhenti sesaat. Ia tidak bisa berpikir jernih karena kening Reinhard yang menempel pada keningnya terasa begitu panas, seperti api yang membakar seluruh kesadarannya.Aroma maskulin Reinhard juga menggelitik indra penciumannya, membuat deru napas Alicia tercekat selama beberapa saat. Detik-detik yang berlalu terasa sangat lambat dan setiap detak jantungnya menggema seperti ledakan kecil yang mengguncang hatinya.Alicia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu. Pandangannya terpaku pada mata amber Reinhard yang begitu dekat, seakan ingin menelusuri seluruh isi pikirannya.‘I-ini … benar-benar berbahaya!’ pikirnya dengan panik. Seluruh tubuh Alicia terasa kaku dan ia kehilangan cara untuk berpikir jernih.Melihat ekspresi wanita itu, Reinhard menyadari tindakan yang sengaja dilakukannya ini sangat berdampak besar terhadap wanita itu. S

    Last Updated : 2024-08-24
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 13 - Ultimatum

    “Ya ampun, kamu mengenal saya?” Selina Anderson cukup terkejut mendengar pujian dari “kekasih” putranya tersebut. Binar matanya telah dipenuhi rasa ingin tahu yang besar.Namun, Alicia tersentak. Ia menyadari kecerobohannya. Diam-diam ia melirik Reinhard, tetapi pria itu bersikap sangat datar dan tidak peduli. ‘Sepertinya dia tidak ingat,’ batinnya, merasa lega.Padahal dulu Alicia pernah mengatakan kepada Reinhard jika ia sangat mengagumi ibunya dan meminta pria itu untuk mempertemukan mereka. Akan tetapi, Reinhard tidak pernah mengabulkannya.“Kebetulan saya pernah melihat wawancara Anda di televisi. Saya tidak pernah menyangka bisa bertemu langsung dengan Anda seperti ini, Chef,” sahut Alicia yang masih memandang wanita paruh baya itu dengan penuh kekaguman.Selina terkekeh pelan. “Terima kasih. Tapi, jangan memanggil saya seperti itu. Aneh rasanya ada yang memanggil saya Chef saat saya tidak berada di dapur,” sahutnya.Alicia mengangguk kecil. “Baiklah, Nyonya.”Wanita paruh baya

    Last Updated : 2024-08-25

Latest chapter

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 255 - Terperangkap Di Antara Dua Pria

    Alicia memandang kakaknya dan Reinhard secara bergantian, lalu suara tawa Regis yang terdengar sinis mengalihkan kembali fokus Alicia padanya.“Dia memberitahuku? Kalau dia memberitahuku, apa aku masih harus mencari masalah dengannya sekarang?” cetus Regis dengan suara yang terdengar dingin.Reinhard memang tidak memberitahu Regis mengenai keberadaan Alicia. Meskipun beberapa waktu lalu Regis menghubunginya dan memberitahu kedatangannya ke kota tersebut, Reinhard juga tidak mengatakan apa pun terkait Alicia kepadanyaNamun, mereka telah sepakat untuk bertemu malam ini. Reinhard bermaksud untuk menceritakan tentang Alicia kepada Regis saat mereka bertemu nanti dengan mempertemukan mereka secara langsung.Hanya saja, secara tidak terduga, Regis tiba-tiba saja muncul di tengah acara tadi dan hal itu tentunya cukup mengejutkan Reinhard.Namun, Reinhard sangat bersyukur Regis dapat menyesuaikan skenario mereka saat menjatuhkan keluarga Stein, padahal mereka tidak pernah berdiskusi apa pun

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 254 - Menuntut Penjelasan

    “Mau ke mana? Urusan kita belum selesai, Alicia,” ucap Regis seraya menyeringai dingin. Sorot matanya terlihat tajam, membuat jantung Alicia berdegup semakin cepat karena merasa terintimidasi.“Me-memangnya ada urusan apa, Kak?” Alicia mengalihkan pandangannya dengan gugup.Netra Regis menyipit tajam. “Kamu mau berpura-pura bodoh, huh?”“Aku … aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Sekarang aku sangat lelah dan mau pulang,” sahut Alicia, berusaha menghindari pembicaraan dengan kakaknya.Meskipun sebelumnya Regis telah menerimanya kembali sebagai adik, tetapi Alicia tahu bahwa ada banyak hal yang harus dijelaskannya kepada kakaknya tersebut. Tatapan tajam Regis saat ini seakan menuntut penebusan dosa darinya.Alicia teringat kembali kejadian tiga tahun lalu di mana Regis sudah memperingatkannya untuk tidak lagi melakukan hal bodoh dengan menemui Reinhard.Regis merasa malu dengan perbuatan Alicia yang terus mengejar pria itu, meski sudah ditolak berkali-kali. Karena itu, Regis memblo

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 253 - Semua Sudah Berakhir

    Bisik-bisik tamu undangan perlahan memudar ketika satu per satu dari mereka memutuskan untuk meninggalkan acara yang telah berubah menjadi mimpi buruk. Beberapa melirik Miranda dengan simpati, tetapi tidak ada yang ingin mengulurkan tangan mereka untuk membantunya.Namun, langkah para tamu terhenti di depan pintu keluar aula saat melihat para pengawal Lorenzo dan Hernandez memblokir jalan mereka.“Apa yang kalian lakukan? Kenapa menghalangi jalan kami?” protes salah seorang tamu.Salah seorang pengawal Lorenzo pun menjawab, “Kami hanya ingin memeriksa ponsel Anda semua. Setelah itu kalian sudah boleh pergi.”Kegelisahan mulai menyelimuti para tamu undangan. Beberapa dari mereka saling berbisik, mencoba mempertimbangkan apakah harus menuruti permintaan tersebut.Namun, ada salah seorang tamu yang kembali mengajukan protesnya. “Apa maksudnya ponsel kami diperiksa? Ini melanggar privasi!”Meski menghadapi pen

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 252 - Runtuh Dalam Sekejap

    Mendengar pengakuan Thalia terkait janin di dalam rahimnya tersebut, Miranda sangat syok. Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan tak percaya. “Ini … ini tidak benar, kan, Ed?”Alih-alih menjawab, Edwin malah memalingkan wajahnya.“Kenapa kamu melakukannya, Ed?” Miranda mendesak putranya lebih lanjut. Namun, pria itu masih tertunduk dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Pandangan Miranda pun tertuju kepada Thalia. Ia meraih kedua tangan wanita itu dan bertanya dengan wajah yang masih terlihat syok, “Thalia, kamu … kamu pasti berbohong, kan? Kamu sengaja mengatakan ini hanya untuk menyudutkan Edwin, bukan? Tolong katakan kalau ini tidak benar!”Miranda memohon dengan suara bergetar, seolah masih berharap menemukan celah untuk menyelamatkan nama baik putranya.Selama ini Miranda selalu memperlakukan Thalia dengan baik karena mengira wanita itu mengandung penerus keluarga Stein. Namun, ia tidak

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 251 - Kebenaran yang Lebih Mengejutkan

    Miranda terperangah. Ia pun bergegas menghampiri John dan memohon, “Tu-tuan Vale, Anda tidak boleh menggugurkannya. Dia … dia adalah penerus keluarga Stein.” John mendengus sinis. “Saya tidak mau punya keturunan dari darah daging seperti kalian!” cetusnya. Pandangan John beralih kepada cucunya yang tengah berdiri seperti mayat hidup. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan air mata bercucuran di wajahnya.Kebenaran yang diterimanya mengenai Edwin sudah memberikan pukulan yang sangat besar bagi Thalia. Melihat kondisi cucunya tersebut, John hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kecewa yang dalam.“Kamu telah mempermalukan keluarga kita dengan laki-laki pilihanmu ini, Thalia,” ucap John seraya mendengus kasar.Thalia tersenyum pahit. Ia tidak berusaha membela diri. Saat ini tatapannya terlihat kosong seolah semua harapan hidupnya sudah lenyap tak berbekas. Selama ini Thalia mengira Edwin benar-benar mencintainya sepenuh hati hingga ia sangat membenci Alicia yang diangga

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 250 - Hadiah Kejutan Part 2

    “Keputusan yang sangat bagus, Tuan Vale.” Suara Alicia membuat perhatian John tertuju padanya.Pria tua itu menatapnya dengan bingung. Sebelum John bertanya lebih jauh, Alicia pun berkata, “Kebetulan saya masih ada kejutan lain yang harus Anda dan semuanya nikmati.”Mendengar hal tersebut, Edwin semakin panik dan berkata dengan murka, “Apa lagi yang kamu inginkan? Apa kamu belum puas menjebakku, Anya?!”Alicia hanya mendengus sinis, sama sekali tidak mengindahkan ucapan mantan suaminya tersebut. Ia memerintahkan Owen untuk menampilkan tayangan video berikutnya di mana terlihat cuplikan adegan panas yang sudah disensor sebelumnya.Dalam tayangan itu hanya memperlihatkan wajah Edwin dengan wanita bayarannya. Namun, orang-orang dapat melihat dengan jelas ekspresi Edwin yang sangat menikmati momen intimnya dengan wanita itu."Ya ampun, menjijikkan sekali.""Jadi dia juga sering jajan di luar? Benar-benar gila!"Berbagai umpatan dari orang-orang pun terdengar memenuhi aula. Air muka John V

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 249 - Hadiah Kejutan Part 1

    Alicia memberikan isyarat kepada Owen, yang dengan segera menyampaikan perintah melalui earpiece di telinganya. Seketika lampu-lampu di aula meredup, dan layar besar di ujung ruangan menyala, menampilkan sebuah video. Suasana menjadi hening. Semua mata tertuju pada layar. Wajah Edwin memucat seketika ketika ia melihat tayangan yang mulai diputar. Itu adalah rekaman suara dan video yang jelas memperlihatkan aksi Edwin yang sedang bercengkerama dengan seorang petinggi suatu instansi khusus perizinan produk. Selama seminggu terakhir ini produk Shiny terus mendapatkan laporan keluhan dari para konsumen dan terus menjadi bahan pemberitaan di media. Karena itu Mirage diminta untuk bekerja sama dalam melakukan pemeriksaan terhadap produk tersebut. Namun, Edwin menggunakan cara pintas untuk mempercepat pemulihan nama baik perusahaannya agar produk dapat dipasarkan kembali. Dalam rekaman tersebut terdengar jelas bagaimana Edwin memohon untuk diloloskan dengan mengimingi imbalan yang sangat

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 248 - Peringatan Regis

    Keringat dingin mengucur deras di pelipis Edwin saat tatapan penuh amarah dan kebencian Regis tertuju padanya.Dengan wajah menahan rasa malu, Edwin pun mencoba untuk menciptakan kesempatan untuk dirinya dan memohon dengan suara terbata-bata, “Tu-tuan Muda Lorenzo, saya akui kalau saya bersalah. Saya benar-benar minta maaf. Kalau waktu itu saya tahu dia adalah adik Anda, saat itu juga saya pasti akan mengembalikannya kepada Anda.”Namun, bukannya menunjukkan rasa iba, Regis malah menyeringai sinis. “Mengembalikan?” gumamnya dengan wajah yang seketika berubah dingin dan penuh kekejaman.Edwin menelan ludah, tubuhnya gemetar. “Saya ... Saya benar-benar menyesal. Tolong beri saya kesempatan untuk menebus kesalahan ini, Tuan Muda Lorenzo ....”Regis melangkah mendekat. Kepalan tangannya yang telah tergenggam erat pun akhirnya melayang dengan cepat, menghantam wajah Edwin dengan keras. Suara teriakan kaget dari para tamu wanita yang menyaksikan adegan tersebut pun terdengar memenuhi aula.

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 247 - Penerimaan

    Melihat ekspresi orang-orang yang sedang menunggu jawaban darinya, Regis pun tertawa kecil. Suara tawanya terdengar dalam dan penuh percaya diri, membuat suasana semakin tegang.“Kamu benar. Dia memang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat, tapi …,” Regis sengaja menggantungkan ucapannya. Tatapannya mengedar ke sekeliling ruangan, lalu berhenti pada sosok Alicia.Dari jaraknya saat ini, Regis bisa melihat sepasang mata biru Alicia yang berkaca-kaca. Sorot mata yang dipenuhi emosi yang bercampur aduk itu membuat Regis merasakan bahwa adiknya itu memiliki cerita pahit yang dipenuhi dengan rasa sakit yang berusaha disimpannya rapat-rapat.Seulas senyuman tipis Regis layangkan kepadanya, lalu ia melanjutkan, “Tapi, dia adalah gadis keras kepala yang sangat beruntung. Bahkan malaikat maut saja berteman baik dengannya.”Ucapan Regis yang diselimuti guyonan ringan itu berhasil membuat Alicia tersenyum, tetapi air mata wanit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status