Share

Bab 4 -Mirip, Tapi Asing

Author: AliceLin
last update Last Updated: 2024-07-16 19:56:39

“Bagaimana mungkin ada kebetulan seperti ini ….”

Gumaman pria berwajah tampan nan tegas itu terdengar semakin pelan. Rahang kokohnya terkatup rapat hingga gigi-giginya bergemeratak. Ia berusaha menguasai rasa kaget yang masih memenuhi pikirannya.

Ingatan akan malam panas yang dihabiskannya bersama wanita yang terbujur di hadapannya saat ini kembali berputar di dalam kepalanya. Seperti yang diduganya, semua yang dilakukannya semalam bersama wanita itu benar-benar bukanlah mimpi!

“Bos, hujan sudah turun semakin deras. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke mobil?”

Lamunan pria itu beralih sejenak. Sorot mata tajam bak serigala miliknya tertuju pada asisten kepercayaannya yang berdiri di belakangnya sejak tadi.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu menyerahkan payung di tangannya kepada bawahannya tersebut. Ia pun mengangkat tubuh Anya di kedua belah tangannya, lalu membawanya menuju mobil yang tidak terparkir jauh dari pemakaman.

***

“Bagaimana keadaan lukanya?”

Seorang dokter muda berkacamata tersenyum mendengar pertanyaan dari seorang pria yang sejak tadi memasang wajah datar di sampingnya, tetapi pria itu tetap tidak mampu menutupi kecemasannya terhadap pasien wanita yang baru saja ditanganinya.

“Aku baru kali ini melihatmu sepanik ini, Rein. Sepertinya wanita ini sangat spesial. Apa dia kekasihmu?” goda dokter tersebut, yang tidak lain adalah sahabat dari pria yang memiliki nama lengkap Reinhard Xavier Hernandez.

“Apa kamu ingin menjadi mata-mata ibuku lagi, Austin Lawrence?” desis Reinhard yang telah mendelik tajam.

Austin terkekeh pelan. “Mau sampai kapan kamu mengungkit hal itu?”

“Sampai kamu terbaring di dalam kuburan pun tetap akan kuungkit,” balas Reinhard dengan nada setengah bercanda, meski sorot matanya tetap serius.

Ia tidak akan lupa bagaimana dirinya tertipu karena kerja sama Austin dengan ibunya lima tahun lalu hingga akhirnya ia harus terpaksa kembali dari petualangannya dan terjebak dalam intrik keluarga yang membelenggu kebebasannya hingga saat ini.

Austin tersenyum simpul mengingat hal tersebut. “Maaf, waktu itu aku─”

“Aku tidak butuh maafmu. Sekarang jelaskan, bagaimana keadaan wanita ini?” sela Reinhard yang mulai tidak sabaran.

Austin menghela napas pelan dan berkata, “Lukanya tidak terlalu serius. Aku sudah membersihkan dan menjahitnya, tapi mungkin akan menimbulkan sedikit bekas.”

“Tapi, tenang saja. Nanti akan kuresepkan salep yang bisa menyamarkan bekasnya,” lanjut Austin dengan cepat ketika menerima kilatan tajam dari sorot mata Reinhard.

“Kapan dia bisa sadar?” tanya Reinhard lagi, tanpa mengubah ekspresi dinginnya.

“Mungkin sebentar lagi. Tapi, sebaiknya biarkan dia beristirahat dulu. Tubuhnya mengalami kelelahan yang cukup parah. Selain itu, dia mungkin mengalami syok emosional yang berat.”

‘Syok?’ Reinhard membatin.

Ia pun tertegun, kembali teringat dengan keadaan wanita itu saat ditemukannya tadi. Entah hal apa yang membuat wanita itu harus mendatangi pemakaman di tengah cuaca yang tidak bersahabat, tetapi ia merasa Austin benar. Wanita itu sepertinya memang mengalami hari yang berat.

‘Apa dia menyesal dan bersalah karena hal yang terjadi semalam?’ terka Reinhard di dalam hati.

Ia mengira jika dirinya mungkin yang telah menyebabkan masalah bagi wanita itu. Namun, Reinhard merasa kesalahan tidak sepenuhnya ada pada dirinya. Wanita itu sendiri yang mendatangi kamarnya dan menyerangnya lebih dulu. Namun, ketika hasrat Reinhard telah terbakar, wanita itu malah memintanya untuk berhenti.

Tentu saja, Reinhard tak bisa menahan diri dan akhirnya hubungan itu terjadi. Akan tetapi, pada akhirnya wanita itulah yang tidak mau melepaskannya dan membuatnya harus bekerja ekstra untuk memuaskannya.

“Dia hanya butuh waktu untuk pulih, tapi aku yakin dia akan baik-baik saja,” Suara Austin mengalihkan lamunan Reinhard.

Kening Austin mengernyit ketika melihat seulas senyuman yang tidak biasa sempat terbit pada bibir sahabatnya tersebut. “Kamu tidak sakit kan, Rein?” selorohnya.

Reinhard pun kembali bersikap penuh permusuhan dengannya seperti biasanya. Satu kesalahan Austin  dulu membuat hubungan mereka menjadi sedikit renggang.

Karena tidak ingin menjadi target pelampiasan amarahnya, Austin pun memutuskan untuk keluar dari ruangan itu, tetapi langkahnya terhenti sejenak dan menoleh kepada Reinhard.

“Kemarin kamu baik-baik saja, kan?” Nada Austin terdengar khawatir. Ia tahu jika kemarin Reinhard pasti telah mabuk berat seperti tahun-tahun sebelumnya. Kemarin adalah hari dalam setahun yang paling berat dilalui Reinhard, hari peringatan kematian dari seseorang yang dikasihinya.

“Ibumu sangat khawatir. Dia memintamu untuk pulang di hari ulang tahunnya nanti,” kata Austin dengan wajah serius. Namun, Reinhard tidak menjawab. Austin pun hanya bisa menghela napas kasar dan kembali melanjutkan langkahnya.

Keheningan memenuhi ruangan tersebut setelah kepergian Austin. Reinhard berjalan menghampiri ranjang pasien, lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang tersebut.

Manik mata ambernya menatap lekat pasien wanita di hadapannya saat ini. Perlahan tangannya menyusuri wajah yang masih terlelap. Hanya deru napas teratur yang terdengar dari wanita itu.

Seolah ditarik ke dalam pusaran waktu, bayangan masa lalu berkelebat di pikirannya, membuat dada Reinhard terasa semakin sesak. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang memiliki kemiripan seperti ini.

Ya, Anya terlihat sangat mirip dengan gadis yang pernah ia abaikan cintanya dan meninggalkan penyesalan tak terhingga di dalam hatinya selama tiga tahun terakhir!

Hanya saja tubuh gadis itu tidak sekurus Anya. Rambut golden brown-nya lebih berkilau, kulitnya juga lebih terawat dan … Reinhard tidak tahu apakah mereka juga memiliki warna mata yang sama atau tidak. Semalam ia terlalu mabuk dan ruangan juga terlalu gelap untuk melihat lebih jelas.

Reinhard menggenggam tangan wanita itu dengan lembut. ‘Sepertinya aku sudah gila kalau berharap dia masih hidup saat ini,’ batinnya seraya tersenyum getir.

Lamunan Reinhard terhenti ketika melihat kelopak mata wanita di hadapannya itu mulai terbuka. Netranya ikut terbelalak ketika melihat warna biru dari sepasang bola mata yang tengah memandang langit-langit ruangan.

“Ini ….” Suara Anya terdengar serak.

Perlahan pandangan Anya tertuju kepada lelaki di sampingnya. Ia tersentak dan mencoba untuk bangkit, tetapi gerakannya tertahan karena pria itu mencengkeram kedua lengannya dengan erat.

“Kamu─”

Suara Anya tercekat dengan sorot mata tajam yang terasa sangat menakutkan. Tubuhnya terasa menciut karena cengkeraman tangan pria itu terasa begitu kuat. “Le-lepaskan aku,” cicit Anya.

Kening Reinhard mengernyit. Ia dapat merasakan ketakutan dari tatapan wanita itu terhadap dirinya. Perlahan ia pun melepaskan cengkeramannya, tetapi sepasang matanya masih menatap Anya dengan penuh pertimbangan.

’Warna mata yang sama, tapi … sangat asing,’ gumam Reinhard di dalam hati. Harapan yang sempat terbesit di dalam benaknya beberapa waktu lalu pun perlahan-lahan memudar saat melihat kewaspadaan wanita itu terhadap dirinya.

“Ka-kamu siapa? Aku … aku di mana?” cecar Anya di tengah kebingungannya.

Ruangan yang begitu mewah, tetapi terasa asing tersebut membuatnya tidak nyaman. Terlebih lagi aroma desinfektan yang mendominasi ruangan itu membuat kepalanya terasa pusing.

Kedua alis Reinhard bertaut. “Kamu tidak mengenalku, Anya Stein?”

Ia tampak tersinggung dengan pertanyaan wanita itu. Padahal mereka sudah berbagi kehangatan semalam, tetapi bisa-bisanya wanita itu tidak ingat padanya!

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Popy Try
anya sepertinya sedang hilang ingatan waktu itu san sekarang udah mulai ingat kembali
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
jangan2 anya memang orang yg sama dimasalalu Rein cuma saat ini anya sedang hilang ingatan.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 5 - Kamu Masih Hidup?

    “Kamu tidak mengenalku, Anya Stein?”Netra Anya terbelalak. “A-Anda … laki-laki yang semalam ….”Anya menggigit bibirnya dengan kuat. Degup jantungnya mendadak berpacu cepat ketika mengingat kegilaannya semalam, tetapi ia mengusir ingatan memalukan itu dari dalam kepalanya dan kembali menatap pria asing itu dengan gugup.“Dari mana Anda tahu nama saya, Tuan?” selidik Anya.Tanpa menjawab pertanyaannya, Reinhard mengeluarkan kartu tanda pengenal dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada wanita itu.“Kenapa Anda bisa memegang kartu identitas saya?” tanya Anya, semakin bingung.“Aku membutuhkannya untuk mengisi data pasien,” jawab Reinhard dengan acuh tak acuh.Anya pun tertegun menatap kartu identitasnya. Ia baru menyadari jika ruangannya yang ditempatinya saat ini adalah kamar rumah sakit.“Anda … memasukkan saya ke kamar VIP?” tanya Anya dengan syok.“Apa ada masalah?” Kening Reinhard mengerut.Namun, Anya tidak menjawab. Ia bergegas bangkit dari ranjangnya, tetapi gerakannya tertahan

    Last Updated : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 6 - Jebakan Terencana

    "Si-siapa Alicia?" Anya bertanya dengan suara yang bergetar. Ia mencoba menginterogasi pria itu dengan harapan dapat menemukan sedikit titik terang atas rasa ingin tahunya.Namun, Reinhard malah menatapnya dengan dingin, pandangannya seakan menjadi tembok tak tertembus yang memisahkan mereka. Anya bisa merasakan suhu ruangan seolah turun beberapa derajat, dan sebuah perasaan asing menyelinap di hatinya—perasaan bahwa ia telah melangkahi batas yang seharusnya tak pernah disentuh.“Mengenai hal yang terjadi semalam, aku tidak ingin kamu menyalahkanku secara sepihak. Kamu yang mendatangiku dan meminta bantuanku, sedangkan aku hanya melakukan yang kamu inginkan.”Alih-alih menjawab, Reinhard malah meluruskan kesalahpahaman wanita itu terhadapnya. Namun, Anya malah memberikan tatapan tajam.“Kamu tahu kan apa pun bisa terjadi di saat seseorang berada dalam pengaruh alkohol?” Reinhard mencoba membela dirinya dan tidak menerima tuduhan yang memberatkannya atas perbuatan yang dilakukan semala

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 7 - Pria Berkuasa yang Berbahaya

    “Edwin Stein, Thalia Vale ….”Hanya dengan mengucapkan nama kedua orang itu saja, amarah di dalam dada Anya terasa menggelegak. Segala rasa sakit, penghinaan, dan kekecewaan yang selama ini Anya pendam, kini berubah menjadi kemarahan yang tak terbendung.Anya merasa ia harus bertindak, bukan hanya untuk membalas dendam, tetapi juga untuk membuktikan bahwa ia tidak akan menjadi seseorang yang lemah dan mudah ditindas!‘Tapi, apa yang bisa kulakukan?’Seketika Anya menyadari ketidakberdayaannya. Walaupun ia memiliki tekad dan kebencian yang begitu besar, tetapi ia tidak memiliki dukungan yang dapat diandalkan untuk dapat menuntaskan kebenciannya terhadap Edwin dan Thalia ataupun untuk mengubah keadaannya sendiri.Satu-satunya hal yang dapat Anya lakukan hanyalah menarik kontribusinya terhadap kemajuan perusahaan Stein selama tiga tahun ini. Namun, hal itu tidak akan cukup untuk membuat Edwin dan keluarganya serta Thalia merasakan penderitaan yang dialaminya selama tiga tahun ini.Anya in

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 8 - Ingatan yang Terguncang

    “Ini benar-benar gila …,” gumam Anya yang masih mencoba menerima kebenaran dari informasi yang didapatkannya. Melihat kekagetan wanita itu, Reinhard pun tersenyum kecil. "Sekarang kamu baru sadar kalau kamu sudah menjadi wanita yang sangat beruntung?" ucapnya dengan bangga. Tatapan Anya perlahan berubah datar. “Aku tidak merasa beruntung sekali pun, Tuan Muda Hernandez,” timpalnya seraya memutar bola matanya dengan malas. “Kamu yakin?” Netra Reinhard menyipit tajam. “Padahal banyak wanita yang ingin mendekatiku dan rela melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan hal yang kamu dapatkan semalam, Anya Stein.” Namun, Anya malah terkekeh kecil mendengar ucapan pria itu. “Kenapa kamu sepanik itu? Apa aku sudah melukai harga dirimu sebagai seorang lelaki,” ledeknya. Reinhard berdeham canggung dan memalingkan wajahnya. “Tidak,” kilahnya, enggan menunjukkan jika ia memang sangat tersinggung dengan penilaian wanita itu. Suara tawa Anya perlahan lenyap. Ia kembali menatap Reinhard dengan waja

    Last Updated : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 9 - Aku Telah Kembali

    “Austin, aku rasa lukanya sangat serius. Jika tidak, tidak mungkin dia bisa pingsan lagi. Apa tidak sebaiknya kamu periksa lebih terperinci?” saran Reinhard kepada sahabatnya yang masih memeriksa keadaan Anya. Austin hanya meliriknya sekilas, lalu menghela napas pelan. “Baiklah. Aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada cedera serius. Tapi untuk sekarang, sebaiknya kamu tidak mendesaknya lebih jauh seperti yang aku katakan sebelumnya,” jawab Austin seraya memeriksa denyut nadi wanita itu. “Aku tidak mendesaknya, Austin.” Reinhard berkata dengan nada kesal, menatap Austin dengan tajam. Ia tidak terima dituduh sebagai pelaku yang membuat wanita itu tertekan dan pingsan. Austin meletakkan stetoskop di lehernya setelah memastikan kondisi Anya stabil, kemudian melanjutkan, “Menurut pengamatanku, seharusnya lukanya tidak seserius ini. Tapi, melihat kondisinya sekarang, ada kemungkinan cedera lain yang tidak kita ketahui,” paparnya. Reinhard terdiam, men

    Last Updated : 2024-08-20
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 10 - Luka yang Masih Tertinggal

    “Nona Stein, apa kepalamu masih terasa sakit?” Pertanyaan yang dilontarkan Reinhard membuyarkan lamunan Alicia. Perasaan Alicia terasa campur aduk antara kegembiraan dan kesedihan. Gembira karena akhirnya ingatannya bisa kembali dan mengingat jati dirinya sebagai Alicia Lorenzo. Namun, kesedihan meliputi dirinya karena pertemuannya dengan Reinhard kembali membuka luka lama—penolakan dingin dari pria yang pernah mencuri hatinya dulu. Dengan sepasang netra yang berkaca-kaca dan bibir yang masih membisu, Alicia menatap Reinhard dengan pilu. Luka yang pernah diberikan pria itu kini kembali terbuka dan mengingatkan kisah pahit yang terjadi di antara mereka. ‘Memalukan sekali. Kenapa aku bisa bertemu dengannya lagi dalam keadaan seperti ini?’ batin Alicia seraya tersenyum pahit pada dirinya sendiri. “Kenapa kamu diam saja, Nona Stein?” Reinhard mulai terdengar frustrasi, jelas tidak sabar menghadapi keheningan Alicia. Bukan Alicia tidak mau menjawab, tetapi ia masih berusaha menyesuai

    Last Updated : 2024-08-21
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 11 - Perasaan yang Masih Ada

    “Ma-maaf, Tuan Muda Hernandez. Tadi aku tidak bermaksud apa pun,” ucap Alicia dengan gugup.Sesaat tadi Alicia tidak sengaja menumpahkan amarahnya terhadap Reinhard karena masih terpengaruh oleh ingatan masa lalunya atas tindakan pria itu. Emosi yang telah lama terpendam sulit untuk ia kendalikan.Reinhard menatapnya dengan alis sedikit terangkat, masih berusaha memahami perubahan mendadak dalam sikap Alicia."Tidak apa-apa, Nona Stein," jawab Reinhard dengan nada datar, meskipun ada keheranan dalam suaranya.“Mungkin aku … hanya lelah,” cicit Alicia kemudian dengan wajah tertunduk dalam.Reinhard membisu. Ia dapat melihat kebohongan wanita itu, tetapi tidak berniat membongkarnya dan akhirnya berkata, “Baiklah. Sekarang kamu beristirahatlah, aku juga masih ada urusan lain. Sebaiknya kamu memberi tahu keluargamu mengenai masalahmu ini.”‘Keluarga?’ Alicia terdiam mendengar hal itu.Ia tidak yakin masih memiliki keluarga apabila dirinya memang telah dinyatakan meninggal. Pun, apabila du

    Last Updated : 2024-08-23
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 12 - Salah Paham

    Duar!Suara seperti ledakan itulah yang terdengar di dalam kepala Alicia saat ini. Detak jantungnya yang menggila membuatnya merasa seolah waktu berhenti sesaat. Ia tidak bisa berpikir jernih karena kening Reinhard yang menempel pada keningnya terasa begitu panas, seperti api yang membakar seluruh kesadarannya.Aroma maskulin Reinhard juga menggelitik indra penciumannya, membuat deru napas Alicia tercekat selama beberapa saat. Detik-detik yang berlalu terasa sangat lambat dan setiap detak jantungnya menggema seperti ledakan kecil yang mengguncang hatinya.Alicia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu. Pandangannya terpaku pada mata amber Reinhard yang begitu dekat, seakan ingin menelusuri seluruh isi pikirannya.‘I-ini … benar-benar berbahaya!’ pikirnya dengan panik. Seluruh tubuh Alicia terasa kaku dan ia kehilangan cara untuk berpikir jernih.Melihat ekspresi wanita itu, Reinhard menyadari tindakan yang sengaja dilakukannya ini sangat berdampak besar terhadap wanita itu. S

    Last Updated : 2024-08-24

Latest chapter

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 333

    Sementara itu di luar vila, jauh di dalam hutan yang semakin berkabut, Alicia, Mark, dan dua pengawal lainnya berjalan cepat menyusuri jalur setapak yang dikelilingi pepohonan tinggi.Mereka telah berjalan hampir dua puluh menit dari tempat mobil ditinggalkan, namun belum juga menemukan jejak Reinhard.Mark melirik Alicia yang terlihat pucat dan kelelahan. Rasa khawatir membuatnya akhirnya bersuara, "Nona, sebaiknya Anda beristirahat sebentar."Alicia tetap melangkah tanpa menjawab. Melihat hal itu, Mark terpaksa menahan lengannya agar ia berhenti."Ada apa, Mark?" tanya Alicia, nada suaranya jelas menunjukkan ketidaksabaran.Mark menghela napas panjang. "Nona, kita hanya berputar-putar. Anda tidak menyadari kalau kita sudah melewati tempat yang sama beberapa kali?"Alicia terdiam dan melihat sekeliling. Pandangannya tertuju pada sebuah pohon yang tadi sempat ia tandai. Dahi berkerut, menyadari bahwa Mark benar."Sepertinya kita salah jalan dari awal," lanjut Mark sambil mengamati sek

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 332

    [Sepuluh menit sebelumnya.] Di dalam ruangan utama vila, suasana mendadak tegang. Jason dan Ken refleks menoleh saat suara tembakan pertama menggema di luar sana. Alexei, yang baru saja menyelesaikan tanda tangannya pada dokumen di depannya, berhenti sejenak. Ia mengerutkan keningnya, mencoba menelaah situasi yang tiba-tiba saja berubah. “Suara apa itu? Apa ada penyusup?!” teriak Ken yang telah beranjak dari duduknya. Ketika ia berniat keluar dari ruangan, tiba-tiba salah satu bawahannya menunjuk ke arah monitor dan berseru panik, “Tuan! Sandera kita … dia menghilang!” “Apa?” Ken tersentak. Sontak, ia menoleh ke arah layar monitor bersamaan dengan Jason dan Alexei. Di layar, mereka melihat beberapa bawahan Ken sudah tergeletak tak bernyawa di lantai, sedangkan Nicholas sudah tidak ada di tempatnya! "Sial! Siapa yang sudah melakukan hal ini?!" Ken menggeram marah. Tangannya sigap meraih walkie-talkie, lalu ia memanggil para bawahannya, tetapi hanya ada suara statis yang t

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 331

    Reinhard berlindung di balik meja marmer, menekan punggungnya ke permukaan dingin sambil melirik ke arah bawahannya. Dengan satu isyarat cepat, ia memberi perintah untuk membalas serangan.Kepanikan mulai menyebar di antara penjaga Ken saat salah satu rekan mereka roboh karena tertembak. Suara tembakan pun saling bersahutan. Salah satu dari bawahan Ken berlari ke arah ruang utama, mungkin hendak melaporkan kejadian ini. “Jangan biarkan dia pergi!” Reinhard menggeram. Salah satu bawahannya langsung bertindak. Dengan satu tembakan tepat di kaki, penjaga itu terjatuh, meraung kesakitan sambil merangkak mencari perlindungan. Namun, Reinhard tidak memberi kesempatan. Ia mengangkat senjatanya dan menembak pria itu, mengakhiri nyawanya dalam sekejap. Suara tembakan terus menghujani ruangan tersebut hingga akhirnya keadaan menjadi sunyi. Reinhard menarik napasnya dalam-dalam. Ia kembali mengintip dari balik tempat persembunyiannya dan mendapati dua penjaga baru masuk ke ruang makan d

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 330

    “Jadi bagaimana?” Suara Jason membuyarkan lamunan Alexei.Netra Alexei menyipit tajam. “Apa aku bisa mempercayaimu? Kamu yakin dia akan melepaskan kami?” selidiknya seraya melirik ke arah Ken yang tersenyum sinis.“Mungkin untuk menyelamatkan putramu, aku bisa menjanjikannya. Tapi, mengenai nyawamu, aku rasa ….” Jason terdiam sejenak, lalu mengangkat bahunya dan melanjutkan, “mungkin tergantung kemurahan hatinya lagi.”“Dari awal kesepakatan kita tidak seperti itu. Kenapa aku harus menurutimu?” protes Alexei.Jason tersenyum tipis. “Tadi Ken sudah bilang, bukan? Anda sama sekali tidak ada hak untuk bernegosiasi di sini, Tuan Alexei.”Meskipun suara Jason terdengar tenang, tetapi terdengar sangat menusuk.Alexei mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Sejak awal ia tahu jika ia tidak akan keluar hidup-hidup dari tempat itu karena Ken menginginkan nyawanya.Namun, Alexei tetap datang demi Nicholas. Ia bersedia melakukan apa pun─meskipun harus menukar dengan nyawanya sekalipun─untuk men

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 329

    Ken mendengus. “Kamu pikir kamu masih punya hak untuk bernegosiasi denganku, huh?”Alexei tidak menjawab. Ia hanya memberikan tatapan tajam kepada Ken.Namun, pada akhirnya Ken pun menyalakan layar monitor di dalam ruangan itu dan memperlihatkan situasi di ruangan penyekapan Nicholas.Alexei tercengang. Hampir saja ia tidak mengenal sosok putranya tersebut. Kondisi Nicholas yang terikat di sebuah kursi terlihat sangat mengenaskan, pucat dan sangat kurus seperti seseorang yang kekurangan gizi dalam waktu yang lama.Mata cekungnya tampak kosong, tulang pipinya menonjol, dan luka-luka menghiasi kulitnya—beberapa masih segar, sementara yang lain belum sepenuhnya mengering.“Air … berikan aku air ….”Hati Alexei terasa teremas mendengar permintaan putranya yang lemah dan nyaris tak terdengar tersebut. Rasa sakit di tubuhnya bukan lagi masalah, karena pemandangan di hadapannya jauh lebih

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 328

    Di dalam vila, suasana terasa mencekam.Alexei berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah pria yang duduk dengan santai di sofa berlapis kulit. Aroma kayu tua bercampur asap cerutu mengisi udara, menambah kesan suram ruangan dengan pencahayaan temaram itu.“Mau sampai kapan kamu diam, Ken?” Suara Alexei menggema dan penuh amarah. “Di mana putraku?!”Sejak memasuki ruangan ini, Ken Stewart tidak menggubrisnya, seolah Alexei hanyalah seonggok patung tak bernilai. Baru ketika Alexei kehilangan kesabaran, pria itu mengangkat satu alisnya dan menyeringai sinis.“Ya ampun,” ujarnya dengan nada mengejek. “Ternyata hanya segini kesabaranmu, Alexei. Padahal dulu, aku ingat kamu pernah mendiamkanku sehari penuh hanya karena kesalahan kecil.”“Kenapa? Kamu tidak ingat?” cibir Ken saat melihat Alexei yang tidak merespon ucapannya. “Ternyata otakmu sekecil otak udang. Cepat sekali melupakan masa-masa indah kita.”“Ken!” Alexei mengepalkan tangannya dengan erat. Sindiran halus itu cukup untuk mem

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 327

    “Mark,” suara Alicia melembut. “Anggap aku memohon padamu. Kamu boleh melaporkanku pada kakak atau ayahku. Tapi, biarkan aku pergi.” Mark menghela napas frustrasi. “Nona─” “Aku mohon, Mark. Aku tidak bisa diam saja melihatnya menerobos bahaya sendiri,” pinta Alicia sekali lagi. Mark terdiam. Ia bisa merasakan ketulusan dan tekad besar dari nona mudanya. Seraya mengembuskan napasnya dengan kasar, ia bergumam pasrah, “Anda benar-benar tidak berubah. Masih saja menjadi nona yang keras kepala.” “Mark─” “Baiklah. Anda boleh pergi, tapi bersama kami,” potong Mark. Senyum lega merekah di wajah Alicia. “Terima kasih, Mark,” cicitnya dengan rasa haru. “Tapi, berjanjilah … kita harus melihat situasi dulu dan Anda jangan bertindak sendiri,” ucap Mark mengingatkan. Alicia mengangguk cepat. Mark menatapnya sejenak. Seketika hatinya dipenuhi keraguan yang sangat besar akan respon yang diberikan nona mudanya itu. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain saat ini. Lagipula Regis telah

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 326

    Reinhard berjalan keluar dari gedung penyidik melalui pintu belakang gedung untuk menghindari kamera wartawan yang sejak tadi menunggunya di depan gedung.Demi mengantisipasi pengejaran para awak media tersebut, ia juga mengganti pakaiannya dengan setelan kasual dan topi yang telah dipersiapkannya sejak awal. Sebuah mobil telah menantinya di belakang gedung tersebut.Di saat yang hampir bersamaan, Alicia baru saja turun dari mobilnya dan tanpa sengaja melihat sosok pria yang baru saja memasuki mobil tersebut. Kedua alisnya bertaut saat mengenali wajah yang sudah lama dirindukannya.“Xavier?” gumamnya dengan penuh keceriaan.Refleks, ia melangkah lebih dekat untuk memastikan penglihatannya, tetapi mobil itu sudah lebih dulu melaju pergi.“Mau ke mana dia? Bukannya seharusnya dia ….”Melihat Reinhard pergi dengan terburu-buru, Alicia merasa ada sesuatu yang terjadi. Namun, ia menggelengkan kepalanya dengan kuat, mengesampingkan kecurigaannya terlebih dahulu. Tanpa mengulur waktu, ia kem

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 325

    Di sebuah ruangan interogasi di gedung penyidik, Reinhard yang dikabarkan sedang menjalani interogasi, malah terlihat sangat santai menikmati secangkir kopi hangat yang disuguhkan untuknya.Tidak ada sedikit pun ketegangan ataupun rasa frustrasi yang tergores di wajahnya, jauh dari kesan seorang tersangka yang tengah diperiksa ketat.Di seberangnya, seorang pria paruh baya berseragam resmi duduk dengan tenang dan penuh wibawa. Sorot matanya tajam, penuh analisis, tetapi bibirnya melengkung, membentuk senyuman tipis.“Kamu benar-benar menganggap tempat ini seperti rumahmu, hm?” cibir pria berseragam itu.Reinhard tersenyum. Sembari meletakkan cangkir kopinya, ia berkata, “Tenang saja. Aku akan membayar mahal kopi ini, Paman Steven. Apa kamu tidak percaya padaku?”Pria berseragam yang memiliki pangkat tertinggi di kota tersebut tertawa kecil. “Kalau orang-orang di luar sana melihatmu seperti ini, sepertinya mereka yang menanti kejatuhanmu pasti akan sangat kecewa.”Reinhard berpura-pura

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status