Share

Bab 2 - Kebohongan

“Dasar jalang! Apa yang sudah kamu lakukan semalaman di luar sana, hah!?”

Anya terhenyak. Air matanya yang berusaha ditahannya pun mengalir perlahan. Meskipun ia memahami kemarahan suaminya, hatinya tetap saja sakit mendengar makian kasar itu. Anya tahu Edwin memiliki alasan untuk melakukannya, meskipun hal itu tidak bisa dibenarkan.

“Edwin, aku bisa jelaskan. Tolong dengarkan aku─”

Anya masih berusaha menjelaskan perihal keadaan yang menimpanya saat ini. Namun, lagi-lagi suaminya menyela, “Apa lagi yang perlu dijelaskan, Anya? Apa kamu pikir aku buta?”

Suara Edwin semakin meninggi. Ia berteriak di depan wajah Anya, membuat wanita itu berjengit.

Edwin menarik kerah gaun Anya dengan kuat sehingga robekannya semakin panjang.

“Ed–” Suara Anya tercekat. Air matanya meluncur semakin deras.

“Lihatlah dirimu! Seperti pelacur saja.”

Deg!

Anya meremas gaunnya dengan kuat, mencoba untuk menahan diri untuk tidak membalasnya dengan amarah yang sama.

"Edwin! Apa yang kamu lakukan pada Anya?" Tiba-tiba seorang wanita berdiri di antara Anya dan suaminya, sebelum kemudian berbalik dan memeluk Anya dengan wajah prihatin.

Wanita itu, Thalia Vale, adalah teman masa kecil Edwin yang belakangan sering mengunjungi kediaman Stein setelah kembali dari luar negeri.

"Kamu baik-baik saja, Anya?" tanya Thalia dengan suaranya yang lembut.

Anya mengangguk singkat.

"Edwin, istrimu baru pulang setelah semalam hilang," ucap Thalia pada sahabatnya. "Setidaknya beri istrimu kesempatan untuk menjelaskan dulu."

Tanpa menunggu respons Edwin terlebih dahulu, Anya berkata, "Edwin, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Wanita itu menatap sang suami dengan sedih. "Semalam aku sudah menunggumu di kamar. Tapi, tiba-tiba ada laki-laki asing yang masuk ke kamar kita. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa masuk, tapi dia─”

“Ck, omong kosong!” Edwin memotong ucapannya dengan kasar. “Aku muak dengan semua alasanmu. Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku akan percaya?”

“Tapi itu benar-benar terjadi, Ed. Aku─”

"Sudahlah!" Edwin mengibaskan tangannya, menghentikan ucapan Anya sekali lagii. "Aku sudah tidak bisa memaklumimu lagi. Kamu hanya mempermalukan nama baik Stein, Anya."

Pria itu menatap Anya dengan tatapan penuh kebencian. "Mulai hari ini, aku tidak mau melihat wanita kotor sepertimu di sini lagi!"

Mata Anya membelalak. "Ma-maksud--"

"Ya. Angkat kakimu dari sini, Anya," kata Edwin dengan gusar. Pria itu menghela napas kasar. "Ck, sudah seharusnya aku tidak menikah dengan gelandangan sepertimu."

"Edwin, jangan mengatakan itu!" Thalia menegur. Penampilan wanita cantik dan terawat itu sangat kontras dengan Anya.

"Memang benar, Tha. Kalau bukan karena permintaan ayahku dan rasa kasihan, aku tidak sudi menjadikan gelandangan ini sebagai istriku," ucap Edwin. "Seharusnya ia berterima kasih karena bisa menumpang dengan nyaman di sini, tapi wanita kurang ajar ini justru berselingkuh dengan pria lain!"

Ucapan sang suami kembali menorehkan luka di hati Anya. Namun, wanita itu juga merasa bingung.

Anya diberi tahu bahwa dirinya menjadi yatim piatu tanpa sanak saudara karena kecelakaan yang sempat membuat Anya koma dan hilang ingatan. Kecelakaan itu juga telah menewaskan orang tua wanita tersebut. Seperti itulah yang dikatakan keluarga Stein padanya ketika ia siuman pasca kecelakaan tersebut.

Oleh sebab itu, Anya menerima keputusan ayah Edwin untuk mempercepat penikahan dan karena itu, ia menggantungkan hidupnya kepada Edwin selama ini.

Ia memercayai Edwin dan keluarga Stein sepenuh hatinya karena hanya mereka yang ia miliki.

Namun, apa maksud Edwin dengan gelandangan ....?

"Apa maksudmu?" tanya Anya kemudian. Suara masih bergetar, tapi nada suaranya terdengar bingung. "Bukankah memang kita sudah bertunangan sejak awal?"

Edwin menatap Anya dengan ekspresi seakan-akan Anya adalah orang paling bodoh di dunia.

"Kamu masih memercayai itu setelah merasakan sendiri bagaimana pernikahan kita selama tiga tahun ini?" tanya pria itu balik. "Dasar bodoh."

"Tidak," gumam Anya, menolak percaya. "Tidak mungkin...."

Jadi ... selama ini mereka menipunya?

Apakah sebenarnya Anya tidak yatim piatu? Dan dia bukan tunangan Edwin?

Apa yang sebenarnya terjadi sebelum Anya hilang ingatan dan--

--sebenarnya siapa Anya?

"Kalian membohongiku!?" Anya melangkah mendekati Edwin, lalu mencengkeram lengannya. "Selama tiga tahun ... kalian--"

"Lepas!" Edwin menyentakkan tangan Anya dari lengannya dengan kuat. Dorongan kasar itu membuat kaki Anya tidak dapat berpijak dengan baik hingga wanita itu jatuh membentur meja, membuat darah langsung mengalir deras dari kepalanya. "Bukan salahku. Ayahkulah yang membohongimu di awal. Kalau kamu mau minta pertanggungjawaban, minta saja pada mendiang ayahku!"

Usai mengatakan itu, Edwin bergegas pergi, tidak peduli sedikit pun melihat kondisi Anya itu.

Para pelayan yang melihat kejadian itu juga hanya berdiri dengan tatapan sinis, beberapa bahkan tampak tidak menghiraukan kondisi Anya.

Sementara Thalia ... apakah Anya salah lihat? Kenapa wanita itu justru tersenyum melihat kondisinya, sebelum kemudian berbalik mengikuti Edwin?

Dengan ini, Anya tidak memiliki alasan lagi untuk terus berada di tempat itu.

Dengan tubuh gemetar, Anya mencoba bangkit dari lantai. Akan tetapi, kepalanya terasa pusing dan membuatnya kembali terduduk. Ia menyentuh pelipisnya yang terluka dengan pelan.

Tiba-tiba rasa sakit menyerang hebat di dalam kepalanya. Ia mencoba melawan rasa sakit itu, tetapi sekelebat ingatan tiba-tiba menyeruak di dalam benaknya.

"Mau sampai kapan kamu mengikutiku? Berhentilah berbuat ulah!"

Suara bentakan yang tegas memenuhi ruang di dalam kepalanya. Suara itu sangat tidak asing, tetapi Anya tidak dapat mengingat siapa pemilik suara yang membuatnya tiba-tiba merasa sangat merindukannya.

Bayangan samar yang terbentuk di dalam benaknya juga terus menarik dirinya seperti magnet dan terus berputar secara tidak beraturan.

Kepalanya berdenyut semakin hebat. Kilasan ingatan kabur lainnya kembali menekan kesadaran Anya.

'Aku bukan orang yang pantas untukmu. Lupakanlah aku, Alicia. Dengan statusmu itu, kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik!'

Anya terkesiap. ‘Alicia?’ gumamnya di dalam hati.

Nama familiar itu membuat kening Anya mengernyit. Jantungnya mendadak berpacu dengan cepat seolah mengatakan jika nama itu memiliki kaitan yang sangat erat dengannya.

Tubuhnya bergetar hebat ketika Anya mencoba mengumpulkan potongan-potongan ingatan aneh itu di dalam kepalanya.

"Siapa orang itu? Kenapa … dia memanggilku Alicia?" batin Anya seraya memejamkan netranya dengan erat. Rasa sakit di dalam kepalanya semakin menyiksa saat ia memaksakan dirinya. "Sebenarnya siapa aku?"

AliceLin

Hayoo apa ada yg mengenal Alicia? ehehhee

| 2
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Popy Try
q jd kepikiran alicia adik regis
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
cerita yg menarik, siapa anya atau Alicia yg sebenarnya
goodnovel comment avatar
NN.
uwwaaaahhhh .. alicia.. alicia regis???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status