Helaan napas pelan lolos dari bibir Qiyana. Wanita itu mengalihkan tatapannya ke arah lain seraya melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Seharusnya ia tidak perlu terlalu terkejut melihat ‘wanita kesayangan Kenzo' ada di sini lagi. Qiyana memilih menatap lurus ke depan ketika melangkah melewati Kenzo dan Amanda yang tampaknya ingin pergi keluar. Sebelah tangannya masih menyentuh perutnya dengan ringisan-ringisan kecil yang lolos dari bibirnya. Qiyana ingin bersikap seolah-olah tidak ada yang berpapasan dengannya di sini. Akan tetapi, Kenzo menghancurkan rencana tersebut karena langsung mencekal dan menariknya ke arah ruang tengah. Suaminya pasti marah, Qiyana tahu itu. “Kenapa kamu tiba-tiba pulang?” cerca Kenzo tanpa basa-basi. “Bukannya tadi aku sudah mengatakan kalau aku hanya ingin menyelesaikan urusan sebentar? Aku pasti kembali ke sana dan menemanimu. Apa susahnya menurut?” Qiyana berdecih sinis sembari melepas cekalan Kenzo pada pergelangan tangannya. “Han
“Kamu tidak apa-apa, Qiyana? Kenapa tidak berhati-hati? Akan sangat berbahaya kalau sampai kamu terjatuh. Kamu bisa membahayakan janin yang ada di dalam perutmu juga!” cerca Kenzo dengan nada bicara cukup ketus. “Sudah aku katakan berulang lagi, harusnya kamu hanya perlu beristirahat di kamar saja. Bahkan, aku juga sudah menyiapkan banyak makanan di sana. Apa lagi yang kurang? Kalau kamu membutuhkan sesuatu, ada banyak orang yang bisa kamu mintai pertolongan, termasuk aku,” sambung lelaki itu penuh peringatan. Qiyana yang masih mengatur detak jantungnya yang menggila karena insiden sebelumnya kembali dibuat terkejut dengan sikap suaminya sendiri. Ia yakin tidak ada yang salah dengan indra pendengarannya. Dan terdengar jelas sekali bagaimana lelaki itu memarahinya di saat dirinya nyaris terjatuh karena Amanda. Qiyana yang merasa kesal dan tidak terima pun langsung kembali menegakkan tubuhnya. Manik matanya menatap sinis ke arah dua orang yang kini berdiri di hadapannya. Entah apa yan
Netra gelap Kenzo yang semula masih sayu karena kantuk mendadak terbuka lebar setelah mendengar sesuatu yang Qiyana bisikkan padanya. “Kamu ingin itu? Sekarang? Qiyana, lihatlah jam berapa saat ini, besok saja ya? Sekarang sudah tengah malam, Sayang. Aku berjanji akan mengabulkan permintaanmu besok.” Kenzo menarik Qiyana merapat ke pelukannya dengan mata kembali terpejam. “Ayo tidur lagi, kamu tidak boleh begadang. Aku akan langsung mencari apa yang kamu inginkan setelah matahari terbit nanti. Hanya tinggal beberapa jam lagi, kamu mau menunggu dulu, ‘kan?” Qiyana yang merasa keinginannya ditolak langsung memberontak dengan mata berkaca-kaca. Suasana hatinya yang labil ini sangat menyebalkan. Ia tidak ingin bersikap seperti ini, namun hormon kehamilannya mendominasi lebih kuat. Sama seperti yang terjadi saat dirinya bertengkar dengan Amanda. “Kamu tidak mau mengabulkan permintaanku?” tanya Qiyana dengan suara bergetar. Beriringan dengan itu, air matanya pun menetes dan isakan pelanny
Sebelah alis Qiyana terangkat mendengar ancaman yang Amanda tujukan padanya. “Kamu sedang mengancamku? Kenapa? Kamu takut aku mengambil sesuatu yang berharga bagimu? Atau takut dia yang berpaling?” Qiyana melipat kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi menantang yang sangat ketara. Selagi Kenzo belum kembali, sepertinya tidak ada salahnya jika ia meladeni kegilaan wanita di hadapannya ini. Tentu saja gestur yang Qiyana tunjukkan berhasil menyulut emosi Amanda hingga ke puncak. Wajah wanita itu kini berubah memerah menahan amarah. Pasti emosinya sudah mendidih sampai ke ubun-ubun. Sengaja, Qiyana malah memperpanas keadaan, menatap wanita itu dengan sorot menilai. “Kamu! Aku tahu tidak ada cinta dari Kenzo untukmu! Kalian hanya menikah demi kepentingan masing-masing! Sekarang, aku memang belum mengetahui alasannya, tapi suatu saat nanti aku akan menemukannya! Statusmu hanya sementara, jangan merasa besar kepala!” desis Amanda penuh penekanan. Lagi-lagi, Qiyana tetap memasang ek
Qiyana nyaris menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Wanita itu spontan menoleh ke belakang di mana suaminya sedang menatapnya penuh keheranan. Ia benar-benar lupa kalau saat ini adalah hari libur dan Kenzo sedang berada di rumah. Tanpa menuntaskan obrolannya dengan Nadira apalagi berpamitan, Qiyana langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Wanita itu berdeham pelan seraya kembali menetralkan air mukanya agar tidak terlihat mencurigakan di depan suaminya. Mungkin Nadira juga sudah mendengar suara Kenzo dan mengerti mengapa ia tiba-tiba memutus pembicaraan mereka. “Kenapa kamu terlihat terkejut begitu? Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, ‘kan?” Kenzo kembali melontarkan pertanyaan sembari beranjak dari pintu toilet dan berjalan menuju lemari pakaian. Tetesan air yang berasal dari rambut lelaki itu meluruh membasahi wajah, kemudian turun ke dada dan meluncur terus ke bawah. Penampilan enzo yang hanya menggunakan handuk yang menggantung rendah di pinggangnya memang sa
[“Kamu pergi ke mana lagi? Kenapa tidak mengatakan apa pun padaku? Aku sudah kembali ke café itu dan bertemu dengan Nadira, dia mengatakan kamu sudah pergi sejak tadi. Bukannya aku sudah mengatakan kalau kamu harus memberitahu—”] “Urusanku dengan Nadira memang sudah selesai. Tapi, aku memiliki urusan lain di tempat lain. Tadi kamu mengatakan kalau aku harus menghubungimu saat aku ingin pulang. Nah, sekarang aku belum mau pulang. Nanti aku pasti memberitahumu kalau urusanku sudah selesai,” potong Qiyana cepat. “Aku sudah bilang sebelumnya kalau urusanku pasti lama. Kamu sendiri yang ingin menunggu, ‘kan? Kalau kamu ingin pulang duluan juga tidak masalah. Mungkin aku baru pulang agak sore.” Wanita itu kembali menambahkan dengan nada santai. Dengan sebelah tangan yang masih memegang ponselnya, Qiyana melanjutkan langkah. Wanita itu baru saja tiba di gedung apartemen mantan sekretarisnya di perusahaan sang ayah dulu. Seseorang yang dirinya hubungi beberapa saat lalu. Karena tidak menda
“Kamu jangan keluar dulu dari mobil. Mereka tidak boleh melihat kamu di sini. Kamu lihat ini dulu, mereka pasti datang karena foto-foto kita yang viral di media sosial,” tutur Kenzo sembari menunjukkan sebuah video dari ponselnya pada sang istri. Qiyana yang sebenarnya masih kesal terpaksa melirik ponsel suaminya yang kini berada tepat di depan matanya. Netranya terbelalak melihat foto-fotonya dengan Kenzo yang tersebar di media sosial. Bukan hanya itu, ada juga sebuah video yang menampilkan saat dirinya masuk rumah sakit beberapa waktu lalu. Beberapa artikel mengaitkan foto-fotonya bersama Kenzo dengan video saat dirinya dan lelaki itu berada di rumah sakit. Beberapa orang berkomentar jika dirinya lah wanita yang Kenzo gendong saat berada di rumah sakit itu. Qiyana sedikit mensyukuri ide Kenzo untuk menggunakan topi dan masker saat mereka pergi bersama-sama di luar rumah. Tetapi, entah bagaimana bisa para warganet malah mengaitkan dirinya dengan wanita bermasker itu. Meski pada
“Ken, boleh aku minta tolong—” Qiyana sontak kembali mengatupkan bibirnya ketika Kenzo melengos pergi begitu saja sebelum permintaannya terlontar. Wanita itu menatap sebal ke arah suaminya yang sudah melangkah cukup jauh dari area dapur tanpa menoleh sama sekali. Seolah-olah tidak mendengar suaranya, padahal jelas-jelas mereka bersebelahan tadi. Ketika salah satu bodyguard Kenzo melintas, Qiyana pun langsung meminta tolong diambilkan bahan makanan yang berada di lemari yang tidak bisa ia jangkau. Qiyana hanya ingin meminta tolong diambilkan itu saja, tetapi suaminya malah pergi dan tidak mau peduli. Qiyana tak menyangka hanya karena celetukan yang tak sengaja ia lontarkan tempo hari, Kenzo malah marah dan lebih sering mengabaikannya sekarang. Padahal ia hanya sedikit menyinggung tentang kepulangan Amanda yang begitu mendadak, mengaitkan dengan tersebarnya foto-foto mereka dan suaminya terlihat tidak terima. “Dia benar-benar kekanakan! Hanya karena masalah ini saja dia sampai mengab