Qiyana nyaris menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Wanita itu spontan menoleh ke belakang di mana suaminya sedang menatapnya penuh keheranan. Ia benar-benar lupa kalau saat ini adalah hari libur dan Kenzo sedang berada di rumah. Tanpa menuntaskan obrolannya dengan Nadira apalagi berpamitan, Qiyana langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Wanita itu berdeham pelan seraya kembali menetralkan air mukanya agar tidak terlihat mencurigakan di depan suaminya. Mungkin Nadira juga sudah mendengar suara Kenzo dan mengerti mengapa ia tiba-tiba memutus pembicaraan mereka. “Kenapa kamu terlihat terkejut begitu? Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, ‘kan?” Kenzo kembali melontarkan pertanyaan sembari beranjak dari pintu toilet dan berjalan menuju lemari pakaian. Tetesan air yang berasal dari rambut lelaki itu meluruh membasahi wajah, kemudian turun ke dada dan meluncur terus ke bawah. Penampilan enzo yang hanya menggunakan handuk yang menggantung rendah di pinggangnya memang sa
[“Kamu pergi ke mana lagi? Kenapa tidak mengatakan apa pun padaku? Aku sudah kembali ke café itu dan bertemu dengan Nadira, dia mengatakan kamu sudah pergi sejak tadi. Bukannya aku sudah mengatakan kalau kamu harus memberitahu—”] “Urusanku dengan Nadira memang sudah selesai. Tapi, aku memiliki urusan lain di tempat lain. Tadi kamu mengatakan kalau aku harus menghubungimu saat aku ingin pulang. Nah, sekarang aku belum mau pulang. Nanti aku pasti memberitahumu kalau urusanku sudah selesai,” potong Qiyana cepat. “Aku sudah bilang sebelumnya kalau urusanku pasti lama. Kamu sendiri yang ingin menunggu, ‘kan? Kalau kamu ingin pulang duluan juga tidak masalah. Mungkin aku baru pulang agak sore.” Wanita itu kembali menambahkan dengan nada santai. Dengan sebelah tangan yang masih memegang ponselnya, Qiyana melanjutkan langkah. Wanita itu baru saja tiba di gedung apartemen mantan sekretarisnya di perusahaan sang ayah dulu. Seseorang yang dirinya hubungi beberapa saat lalu. Karena tidak menda
“Kamu jangan keluar dulu dari mobil. Mereka tidak boleh melihat kamu di sini. Kamu lihat ini dulu, mereka pasti datang karena foto-foto kita yang viral di media sosial,” tutur Kenzo sembari menunjukkan sebuah video dari ponselnya pada sang istri. Qiyana yang sebenarnya masih kesal terpaksa melirik ponsel suaminya yang kini berada tepat di depan matanya. Netranya terbelalak melihat foto-fotonya dengan Kenzo yang tersebar di media sosial. Bukan hanya itu, ada juga sebuah video yang menampilkan saat dirinya masuk rumah sakit beberapa waktu lalu. Beberapa artikel mengaitkan foto-fotonya bersama Kenzo dengan video saat dirinya dan lelaki itu berada di rumah sakit. Beberapa orang berkomentar jika dirinya lah wanita yang Kenzo gendong saat berada di rumah sakit itu. Qiyana sedikit mensyukuri ide Kenzo untuk menggunakan topi dan masker saat mereka pergi bersama-sama di luar rumah. Tetapi, entah bagaimana bisa para warganet malah mengaitkan dirinya dengan wanita bermasker itu. Meski pada
“Ken, boleh aku minta tolong—” Qiyana sontak kembali mengatupkan bibirnya ketika Kenzo melengos pergi begitu saja sebelum permintaannya terlontar. Wanita itu menatap sebal ke arah suaminya yang sudah melangkah cukup jauh dari area dapur tanpa menoleh sama sekali. Seolah-olah tidak mendengar suaranya, padahal jelas-jelas mereka bersebelahan tadi. Ketika salah satu bodyguard Kenzo melintas, Qiyana pun langsung meminta tolong diambilkan bahan makanan yang berada di lemari yang tidak bisa ia jangkau. Qiyana hanya ingin meminta tolong diambilkan itu saja, tetapi suaminya malah pergi dan tidak mau peduli. Qiyana tak menyangka hanya karena celetukan yang tak sengaja ia lontarkan tempo hari, Kenzo malah marah dan lebih sering mengabaikannya sekarang. Padahal ia hanya sedikit menyinggung tentang kepulangan Amanda yang begitu mendadak, mengaitkan dengan tersebarnya foto-foto mereka dan suaminya terlihat tidak terima. “Dia benar-benar kekanakan! Hanya karena masalah ini saja dia sampai mengab
Manik mata Qiyana yang semula terpejam rapat, kini mulai terbuka perlahan-lahan. Ringisan pelan lolos dari bibir wanita itu ketika nyeri yang sangat terasa menghantam kepalanya. Ia mengerjapkan matanya berulang kali dan menyesuaikan indra penglihatannya dengan pencahayaan di tempatnya berada. Rumah sakit lagi. Qiyana langsung bisa menebak di mana keberadaannya sekarang setelah kesadarannya pulih sepenuhnya. Sorot matanya beralih ke samping dan mendapati suaminya sedang terlelap di kursi dengan kepala bersandar di brankarnya. Qiyana mengerutkan keningnya, berusaha menerka kejadian apa yang sebelumnya terjadi hingga membuatnya kembali berakhir di tempat ini. Wanita itu tersentak setelah berhasil mengumpulkan kepingan ingatannya. Sebelum kesadarannya menghilang, ia ingat kalau dirinya terjatuh ke kolam renang karena ulah Amanda. Pergerakan Qiyana membuat Kenzo yang tak sengaja ketiduran terbangun. Lelaki itu kontan berdiri ketika menyadari istrinya sudah sadarkan diri. “Kamu sudah sada
“Kamu tidak berani berhadapan dengan paman dan bibimu sendiri? Memangnya apa yang akan mereka lakukan? Anak mereka sudah jelas bersalah, sampai kapan kesalahannya terus menerus dimaafkan? Dia bukan anak kecil lagi, Ken! Dia harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya!” seru Qiyana sinis. Apa pun alasannya, Qiyana tak terima Amanda dibebaskan begitu saja tanpa mempertanggungjawabkan perbuatan yang dia lakukan. Apalagi kali ini sudah sangat keterlaluan dan membahayakan orang lain. Walaupun Qiyana juga ceroboh karena tidak berjalan dengan hati-hati, tetap saja Amanda harus mendapat balasan, bukan hanya sekadar meminta maaf dan semuanya selesai. Kalau seperti itu terus, Amanda malah akan semakin semena-mena karena menganggap perbuatannya wajar dilakukan. Qiyana sudah bisa menebak kalau Amanda memang tipikal perempuan manja yang selalu mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Tetapi, ia tidak menyangka kalau wanita itu sangat amat di spesialkan hingga tidak bisa membedakan mana yang sal
“Kenapa kamu mengundang lelaki ini kemari? Apa kamu tidak bisa meminta tolong padaku saja? Berapa kali aku bertanya padamu tentang apa yang kamu inginkan? Kenapa kamu malah melibatkan orang lain?” tanya Kenzo yang sebenarnya sudah berusaha menekan emosinya, namun sepertinya tidak berhasil. Qiyana mengangkat bahunya. Wanita itu tidak terlalu terkejut dengan respon suaminya. Sebenarnya ia juga tidak mau menambah masalah, tetapi dirinya sudah terlanjur meminta tolong pada Gino. Tepatnya kemarin, setelah Amanda pergi. Qiyana menginginkan sesuatu yang tidak dapat ditunda. Bahkan, ia sudah cukup bersabar dengan menunggu sampai hari berganti. Karena mengira ada kemungkinan Kenzo akan meninggalkannya karena Amanda lagi, ia pun memilih meminta tolong pada Gino. Sebelum pergi ke taman tadi, Qiyana juga sudah sempat membatalkan permintaannya. Tetapi, lelaki itu sudah terlanjur membeli pesanannya dan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Biarkan saja sekalipun Kenzo akan marah, lagipula lelak
Qiyana benar-benar lupa dengan keberadaan berkas yang tadinya ingin ia baca setelah berada di rumah waktu itu. Dan Kenzo tidak boleh melihat isinya. Otaknya berpikir cepat bagaimana caranya agar fokus lelaki itu teralih. Sebuah ide gila pun terlintas di kepalanya. “Aaarggh!” erang Qiyana berpura-pura kesakitan sembari menyentuh kepalanya yang sebenarnya baik-baik saja. Kenzo yang terkejut dan panik langsung menghampiri Qiyana yang masih mengerang kesakitan dan melupakan kertas yang berada di lantai. “Di mana yang sakit? Tunggu sebentar, aku akan memanggilkan dok—” “Eh, tidak usah! Kepalaku sudah membaik, kamu di sini saja, jangan pergi ke mana-mana,” cegah Qiyana seraya menggenggam tangan Kenzo erat-erat. “Tolong suapi aku ya? Aku masih lapar, sepertinya aku memang berubah menjadi rakus sekarang.” Sebenarnya Qiyana tak tega menipu Kenzo yang tampaknya benar-benar mengkhawatirkan dirinya. Padahal apa yang dirinya lakukan hanya akting belaka. Tetapi, mau bagaimana lagi, dirinya saja