"Pak Zeno!"Melihat pria yang familier itu, Milla langsung teringat kembali saat dia berada di Rumah Sakit Kota Cevo. Pria inilah yang datang mewakili pesta sosialita internasional untuk menjenguknya waktu itu.Milla masih ingat, nama pria ini adalah Zeno.Pria yang elegan di hadapannya itu, langsung menunjukkan sorot mata berbinar dan menggeleng takjub, "Bu Milla benar-benar luar biasa .... Bu Milla masih ingat aku?"Milla tersenyum tipis tanpa menjelaskan apa pun. Alasan nama itu melekat di ingatannya adalah karena Chris tampak sangat memperhatikan orang ini waktu itu."Boleh tahu, Bu Milla hari ini datang hanya untuk melihat-lihat, atau memang ada tanah yang sangat Anda incar?" tanya Zeno sambil berbasa-basi."Keluarga kami berencana membangun pabrik baru, dan memang ada sebidang tanah yang menarik perhatian," jawab Milla dengan tenang dan percaya diri.Zeno tersenyum sambil mengangguk. "Kebetulan, aku juga."Keduanya saling bertukar sapa dan mengobrol ringan. Mereka tidak menyadari
Acara lelang pun dimulai.Beberapa tanah di awal adalah pilihan favorit. Ada yang lokasinya strategis, ada yang dekat dengan sumber air, dan ada juga yang punya nilai ekonomis tinggi, semuanya jadi rebutan.Namun, Milla tetap tenang dan tidak menunjukkan minat sedikit pun. Sesekali, dia bahkan melirik ponsel untuk melihat berita terkini.Di media sosial, Laura benar-benar sudah ditinggalkan oleh agensinya. Isi kolom komentar semuanya penuh hujatan. Yah, itu memang akibat dari perbuatannya sendiri.Menjelang akhir acara, barulah tanah terakhir yang memang diincar oleh Milla akhirnya muncul.Pembawa acara memberikan sedikit penjelasan tentang tanah tersebut, lalu mengumumkan harga pembuka, yaitu 80 miliar."Sembilan puluh miliar!"Milla mengangkat papan nomor dengan suara lantang.Beberapa pria yang duduk di barisan depan refleks menoleh ke belakang. Itu suara wanita pertama yang ikut menawar malam itu. Begitu melihat wajah cantik Milla, mereka tampak puas. Suara dan penampilannya sama-s
Sunny hampir tersedak ludahnya sendiri! Dia sudah mengerahkan segala cara untuk bisa mendekati Zeno. Kini setelah akhirnya berdiri begitu dekat dengannya, Milla malah menghancurkan suasana!Milla benar-benar pembawa sial dalam hidupnya!Sunny mengepalkan tangan, bibirnya sampai pucat karena terlalu keras menggigit. Dia hanya bisa menatap Zeno dan Milla yang berjalan pergi bersama dan semakin menjauh darinya."Pak Zeno, terima kasih sudah mengalah tadi," ujar Milla dengan sopan.Zeno tersenyum sambil menggeleng, "Jangan panggil aku Pak Zeno, cukup panggil Zeno saja. Ngomong-ngomong, kenapa kamu mengincar tanah itu? Menurutku, dari segi harga dan lokasi, nilai investasinya nggak terlalu tinggi."Milla pun menjelaskan tentang rencana pembangunan pabrik baru milik Grup Jauhari dan bagaimana lokasi tanah itu sangat mendukung logistik dan efisiensi. Kemudian, dia balik bertanya, "Kalau kamu sendiri? Kenapa kamu tertarik sama tanah itu? Kalau aku nggak terus menawar, tanah itu pasti sudah kam
Sepuluh menit kemudian.Zeno kembali muncul di hadapan Milla. "Bu Milla, kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?"Milla tersenyum segan. "Pak Zeno mau dengar sejujurnya atau cuma sekadar basa-basi?"Mata Zeno berkilat dingin dan tertawa, "Coba kamu katakan dua-duanya?""Alasan palsunya, aku nggak sabar ingin membalas budi padamu. Tapi alasan sebenarnya ... aku baru tahu kalau beberapa rekan bisnis yang ingin kutemui malam ini, ternyata hadir di acara jamuan ini."Tatapan Zeno tertuju pada Milla yang berdiri di hadapannya dengan pesona yang begitu kuat. Sudut bibirnya sempat bergerak sedikit, menampakkan senyuman samar.Milla menambahkan, "Tapi memang, aku nggak suka berutang budi sama siapa pun. Jadi alasan ‘palsu’-ku tadi, sebenarnya nggak sepenuhnya palsu.""Hahaha."Zeno tertawa, "Bu Milla, kamu benar-benar wanita yang menarik."Milla tersenyum. Lengkungan di sudut bibirnya manis dan anggun.Zeno lalu menekuk sedikit lengannya, memberi isyarat agar Milla menggandengnya. Milla pun me
Di luar jendela toko dessert.Sebuah mobil Maybach hitam perlahan berhenti di tepi jalan. Jendela mobil turun separuh. Dari dalam, sorot mata Chris yang tajam menembus ke arah jendela kaca toko dan jatuh tepat pada sosok wanita di dalamnya.Air mata yang mengalir dari sudut mata Milla, menghujam langsung ke dasar hatinya. Apakah Milla menangis karena dirinya?Mengingat kembali ucapannya tadi, Chris merasa dirinya memang agak keterlaluan.Chris adalah pria yang rasional dan tenang. Namun hari ini, dia malah terbawa emosi dan mengucapkan kata-kata yang begitu menyakitkan. Kenapa bisa begitu?Chris menggenggam erat kemudinya dan mengernyit dalam.Saat dia hendak membuka pintu dan turun, Wilson meneleponnya.“Pak, tebakan Anda benar. Zeno memang menyuruh orangnya menyusup di acara jamuan. Tapi setelah Anda membawa Nyonya pergi, sepertinya mereka langsung membatalkan semua rencana. Kami hanya menemukan sedikit petunjuk .... Apakah Anda mau datang dan melihatnya sendiri?”"Aku mengerti, aku
Milla sudah lama tidak bertemu dengan ibunya. Begitu sampai di rumah, dia langsung mandi dan mencuci muka, lalu menyelinap ke tempat tidur ibunya dengan manja dan bersikeras ingin tidur bersama.Melalui perbincangan semalaman yang penuh kehangatan, Milla merasa energi dalam dirinya yang sebelumnya hampir habis, kembali terisi penuh oleh kekuatan cinta. Dia pun merasa siap untuk kembali berjuang menghadapi dunia luar.Namun, soal pertanyaan yang masih tak kunjung dijawab oleh ibunya, Milla memilih untuk tidak mengungkitnya lagi.Keesokan harinya, Nayla beristirahat di rumah.Milla juga sengaja pulang lebih awal dari kantor karena ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibunya. Namun, begitu sampai di rumah, dia menerima telepon dari asistennya yang meminta izin untuk membahas tahap berikutnya dari percobaan parfum terbaru.Setelah kejadian heboh dengan Laura, uji coba berikutnya pasti akan mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan. Departemen parfum di Grup Jauhari pun seda
Haha!Chris menoleh untuk melihat Wilson sekilas. Sorot matanya tampak dingin, seakan-akan bisa membunuh orang.Ekspresi Wilson penuh penderitaan. Kalau bisa, dia ingin langsung melompat ke dalam sumur dan mengakhiri hidupnya saat itu juga. Namun, apa yang bisa dia jelaskan? Di depan Chris, dia benar-benar tidak punya hak bicara sedikit pun.Chris dan Milla melakukan pernikahan rahasia, tapi dia yang selalu dijadikan tameng di depan calon ibu mertua. Yang paling menyebalkan, Chris tidak tega memarahi Milla karena tidak menjelaskan kepada ibunya dengan baik. Setiap kali malah dia yang selalu dijadikan pelampiasan amarah!Wilson benar-benar merasa menderita!"Kalian tadi lagi ngobrol apa?" Chris akhirnya memecah keheningan yang canggung."Oh, aku sedang menceritakan masa kecil Milla pada Wilson," jawab Nayla santai."Menarik?" tanya Chris sambil melirik dingin ke arah Wilson.Wilson langsung mematung. Dia tahu betul, entah menjawab ya atau tidak, nasibnya tetap akan menderita."Itu tadi
Milla berusaha keras menggigit bibirnya untuk menahan tawa.'Ada ya, orang membujuk dengan cara seperti ini? Kalau orang yang nggak tahu, bisa-bisa dikira dia sedang datang melayat.'Milla sengaja memasang wajah datar, lalu berkata, "Aku tahu diri, kok. Aku tahu aku ini seberapa penting di mata Pak Chris. Mana mungkin aku sok-sokan bikin ribut sama Anda?"Mata Chris sedikit memicing.Sejak melihat foto Milla kecil bersama ayahnya di album tadi, perasaannya sudah berubah. Memang, posisi Milla di hatinya ... seharusnya tidak boleh terlalu berat."Aku besok sudah janjian sama Pak Graham ke Kota Yoman, jadi nggak akan pulang," lanjut Milla."Ke Kota Yoman ngapain?" tanya Chris.Milla berpura-pura malas menjelaskan, lalu berkata, "Ada bunga langka namanya tanaman giok, cuma mekar di musim ini di Kota Yoman. Pak Graham mau ajak aku buat eksperimen aroma. Pak Chris nggak usah buang waktu untuk hal-hal yang nggak menarik buat Anda."Usai bicara, dia langsung berbalik dan pergi.Chris pun memer
Sunny menelepon Donny, merasakan detak jantungnya masih berdebar kencang. Dia menceritakan kejadian mengejutkan di pesta dansa kepada Donny. Di seberang telepon, Donny dan Vior langsung melompat kegirangan."Bagus, bagus sekali!" Donny berkata dengan penuh semangat, "Tenang saja, aku akan segera mengatur semuanya! Acara makan besok nggak bakal malu-maluin kamu!""Sekarang bukan cuma soal aku, tapi juga jangan malu-maluin Pak Chris," ujar Sunny dengan nada penuh kemenangan."Benar, benar." Donny mengangguk antusias. "Oh ya, Ayah akan segera mentransfer uang untukmu. Pergi beli pakaian dan perhiasan yang lebih berkelas. Kita nggak boleh buat Pak Chris malu di depan teman-temannya."Setelah menutup telepon, Vior bertanya dengan terkejut sekaligus gembira, "Sunny ... benar-benar berhasil menaklukkan hati Pak Chris?""Besok kita akan makan bersama, masih perlu diragukan?" Donny memelototi Vior yang curigaan dan meneruskan, "Pak Chris bukan hanya setuju untuk makan bersama, tapi juga membiar
Pesta dansa telah melewati puncaknya.Di lantai dansa, para pria dan wanita menari dengan penuh semangat. Di ruang istirahat VIP, Sunny menemukan bawahan wanita Zeno itu dan bertanya, "Semua perintah kalian sudah kuselesaikan malam ini. Selanjutnya, aku bebas, 'kan?""Bebas?" Bawahan wanita itu mencibir. "Apa yang sudah kamu selesaikan?""Pak Zeno menyuruhku menyebarkan gosip tentang Chris kepada para tamu wanita, membuat mereka membicarakannya dan memprovokasi Chris agar bersikap berbeda terhadap Milla. Aku sudah melakukannya.""Kamu nggak lihat tadi? Si wanita bodoh itu memilih berdansa dengan orang lain, bukan dengan Chris. Dan akhirnya, Chris malah mencariku untuk berdansa!"Sunny berusaha membela diri, "Aku juga nggak punya utang pada Pak Zeno. Sejak awal, kami cuma saling memanfaatkan. Sekarang aku nggak mau lagi, jadi aku bebas!""Orang yang dipilih Pak Zeno nggak punya hak untuk pergi begitu saja," ucap bawahan wanita itu dengan dingin."Lucu sekali!" Sunny menguatkan dirinya s
Chris terpaku. Dia hanya bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat Milla digandeng pria lain tepat di depan matanya.Keduanya melangkah masuk ke lantai dansa dengan langkah yang serasi. Pria itu memperkenalkan diri sambil berbicara dengan santai dan Milla tersenyum menanggapi.Pupil mata Chris langsung memicing tajam! Sejak kecil, apa pun yang diinginkannya, selalu bisa dia dapatkan. Akan tetapi, dia baru saja ditolak oleh wanitanya di depan umum!Saat itu juga, seorang wanita tiba-tiba berdiri di hadapannya dan menghalangi pandangannya ke arah Milla. Chris langsung menoleh ke arahnya dan menyadari bahwa orang itu adalah Sunny.Chris meredakan emosi di dadanya, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan ke arah Sunny. Sunny hampir tak percaya akan tindakan Chris ini!Matanya sampai nyaris berkaca-kaca karena terlalu terharu. Kemudian, dia buru-buru menyambut uluran tangan itu tanpa ragu.Tadi Sunny mendekat karena melihat Chris dibuat kesal oleh Milla. Dia bermaksud datang untuk menyindi
Milla mengangkat segelas minuman sambil berpura-pura santai bersandar di tepi bar. Dalam hati, pikirannya kembali memutar percakapan barusan dengan Graham dan semua kejadian sejak dia memasuki pesta malam itu.Sejauh ini, ada dua orang yang membuatnya curiga. Pertama, Sunny yang entah dari mana tahu bahwa kedatangannya ke pesta ini punya tujuan khusus. Yang kedua ... Zeno. Sebab, Zeno juga sempat menyinggung soal tanaman giok.Saat itu, di tempat yang tidak jauh darinya, terdengar beberapa wanita yang mendadak mengeluarkan seruan lirih."Kalian lihat berita barusan nggak?""Ada apa?""Barusan banget, Grup Mahendra baru saja mengakuisisi Pusat Perdagangan Kota Yoman!""Serius? Wah, itu pasti transaksi besar! Grup Mahendra benar-benar luar biasa kaya ...."Sambil membicarakannya, secara tak sadar mata mereka semua tertuju ke arah Chris yang berdiri di sisi lain aula. Pria itu benar-benar tampak seperti bangsawan sejati. Dia begitu berwibawa dan tak tersentuh. Andai bisa menikah dengannya
Milla terkejut saat menoleh. Kenapa Chris bisa muncul di sini?Bukankah ini Kota Yoman?Saat tatapan Chris dan Zeno saling bertemu, seberkas cahaya dingin saling memancar dari mata mereka. Milla seakan merasa dirinya bukan sedang berada di pesta Kota Yoman, melainkan kembali ke suasana Kota Huari."Pak Chris kenal Bu Milla?" Zeno masih tetap tersenyum tenang di bibirnya.Namun, Chris memasang wajah dingin dan penuh sindiran. "Bukan cuma kenal."Setelah berkata demikian, Chris langsung menarik tangan Milla dan membawanya pergi. "Kamu nggak boleh meracik parfum untuknya," katanya tanpa memedulikan bahwa Zeno bisa mendengar dengan jelas.Milla mengikuti di belakang Chris dengan langkah hati-hati, lalu bertanya, "Kamu bersikap begini ... nggak takut dia tahu hubungan kita?""Nggak,"jawab Chris dengan dingin. Dia lebih takut Milla akan terlibat dengan Zeno.Mereka berjalan ke arah balkon yang cukup sepi. Barulah setelah itu, Chris melepaskan tangannya. "Ingat baik-baik kata-kataku, jangan p
Setiap tahun, waktu tanaman giok mekar adalah waktu paling panas di Kota Yoman. Berbagai bunga yang menyukai cuaca panas pun bermekaran dengan serempak dan membakar semangat orang-orang yang datang.Para bangsawan dan tokoh masyarakat suka datang ke kota ini pada musim seperti ini, untuk mengadakan berbagai pesta dan pertemuan.Demi menyesuaikan diri dengan suasana yang begitu membara, Milla sengaja mengenakan gaun malam berwarna merah menyala saat menghadiri pesta dansa.Begitu dia melangkah masuk ke ruangan, semua mata langsung tertuju padanya. Meski wajahnya belum dikenal di kalangan ini, kecantikan dan auranya membuat orang-orang saling berbisik mencari tahu identitasnya.Sambil memperhatikan sekeliling, Milla mengambil segelas minuman dan berpikir dari mana dia harus mulai mencari petunjuk soal tanaman giok. Namun, belum sempat dia bergerak, terdengar suara perempuan yang sinis dari belakangnya."Kakak? Lama nggak ketemu!""Sunny?"Milla berbalik menatap Sunny dengan ekspresi hera
Namun, kenyataan tak seindah harapan.Saat Milla dan Graham tiba di kebun budidaya tanaman giok dengan tergesa-gesa, mereka diberi kabar bahwa semua tanaman giok telah diborong habis dengan harga tinggi."Semuanya?"Graham langsung gusar. Janggutnya bergetar dan matanya membelalak marah.Pemilik kebun mengangguk. "Maaf ya, Pak Graham.""Kalau kamu mau harga tinggi, aku bisa bayar! Berapa pun nggak masalah. Tapi masa satu batang pun nggak kamu sisakan untukku? Kita sudah saling kenal bertahun-tahun! Kamu sengaja mempermalukanku, ya!" Graham mulai naik pitam.Wajah pemilik kebun tampak serba salah. Dia menjelaskan, "Tahun ini memang agak spesial. Pembelinya orang penting. Mereka minta semua stok, nggak boleh ada yang tertinggal. Aku juga nggak bisa menolak ...."Milla buru-buru menahan Graham yang masih ingin marah, lalu bertanya dengan tenang, "Pak, boleh kami tahu siapa pembelinya? Mungkin kami bisa menghubunginya secara pribadi."Pemilik kebun tetap menggeleng. "Aku benar-benar nggak
Milla berusaha keras menggigit bibirnya untuk menahan tawa.'Ada ya, orang membujuk dengan cara seperti ini? Kalau orang yang nggak tahu, bisa-bisa dikira dia sedang datang melayat.'Milla sengaja memasang wajah datar, lalu berkata, "Aku tahu diri, kok. Aku tahu aku ini seberapa penting di mata Pak Chris. Mana mungkin aku sok-sokan bikin ribut sama Anda?"Mata Chris sedikit memicing.Sejak melihat foto Milla kecil bersama ayahnya di album tadi, perasaannya sudah berubah. Memang, posisi Milla di hatinya ... seharusnya tidak boleh terlalu berat."Aku besok sudah janjian sama Pak Graham ke Kota Yoman, jadi nggak akan pulang," lanjut Milla."Ke Kota Yoman ngapain?" tanya Chris.Milla berpura-pura malas menjelaskan, lalu berkata, "Ada bunga langka namanya tanaman giok, cuma mekar di musim ini di Kota Yoman. Pak Graham mau ajak aku buat eksperimen aroma. Pak Chris nggak usah buang waktu untuk hal-hal yang nggak menarik buat Anda."Usai bicara, dia langsung berbalik dan pergi.Chris pun memer
Haha!Chris menoleh untuk melihat Wilson sekilas. Sorot matanya tampak dingin, seakan-akan bisa membunuh orang.Ekspresi Wilson penuh penderitaan. Kalau bisa, dia ingin langsung melompat ke dalam sumur dan mengakhiri hidupnya saat itu juga. Namun, apa yang bisa dia jelaskan? Di depan Chris, dia benar-benar tidak punya hak bicara sedikit pun.Chris dan Milla melakukan pernikahan rahasia, tapi dia yang selalu dijadikan tameng di depan calon ibu mertua. Yang paling menyebalkan, Chris tidak tega memarahi Milla karena tidak menjelaskan kepada ibunya dengan baik. Setiap kali malah dia yang selalu dijadikan pelampiasan amarah!Wilson benar-benar merasa menderita!"Kalian tadi lagi ngobrol apa?" Chris akhirnya memecah keheningan yang canggung."Oh, aku sedang menceritakan masa kecil Milla pada Wilson," jawab Nayla santai."Menarik?" tanya Chris sambil melirik dingin ke arah Wilson.Wilson langsung mematung. Dia tahu betul, entah menjawab ya atau tidak, nasibnya tetap akan menderita."Itu tadi