Namun, kenyataan tak seindah harapan.Saat Milla dan Graham tiba di kebun budidaya tanaman giok dengan tergesa-gesa, mereka diberi kabar bahwa semua tanaman giok telah diborong habis dengan harga tinggi."Semuanya?"Graham langsung gusar. Janggutnya bergetar dan matanya membelalak marah.Pemilik kebun mengangguk. "Maaf ya, Pak Graham.""Kalau kamu mau harga tinggi, aku bisa bayar! Berapa pun nggak masalah. Tapi masa satu batang pun nggak kamu sisakan untukku? Kita sudah saling kenal bertahun-tahun! Kamu sengaja mempermalukanku, ya!" Graham mulai naik pitam.Wajah pemilik kebun tampak serba salah. Dia menjelaskan, "Tahun ini memang agak spesial. Pembelinya orang penting. Mereka minta semua stok, nggak boleh ada yang tertinggal. Aku juga nggak bisa menolak ...."Milla buru-buru menahan Graham yang masih ingin marah, lalu bertanya dengan tenang, "Pak, boleh kami tahu siapa pembelinya? Mungkin kami bisa menghubunginya secara pribadi."Pemilik kebun tetap menggeleng. "Aku benar-benar nggak
Setiap tahun, waktu tanaman giok mekar adalah waktu paling panas di Kota Yoman. Berbagai bunga yang menyukai cuaca panas pun bermekaran dengan serempak dan membakar semangat orang-orang yang datang.Para bangsawan dan tokoh masyarakat suka datang ke kota ini pada musim seperti ini, untuk mengadakan berbagai pesta dan pertemuan.Demi menyesuaikan diri dengan suasana yang begitu membara, Milla sengaja mengenakan gaun malam berwarna merah menyala saat menghadiri pesta dansa.Begitu dia melangkah masuk ke ruangan, semua mata langsung tertuju padanya. Meski wajahnya belum dikenal di kalangan ini, kecantikan dan auranya membuat orang-orang saling berbisik mencari tahu identitasnya.Sambil memperhatikan sekeliling, Milla mengambil segelas minuman dan berpikir dari mana dia harus mulai mencari petunjuk soal tanaman giok. Namun, belum sempat dia bergerak, terdengar suara perempuan yang sinis dari belakangnya."Kakak? Lama nggak ketemu!""Sunny?"Milla berbalik menatap Sunny dengan ekspresi hera
Milla terkejut saat menoleh. Kenapa Chris bisa muncul di sini?Bukankah ini Kota Yoman?Saat tatapan Chris dan Zeno saling bertemu, seberkas cahaya dingin saling memancar dari mata mereka. Milla seakan merasa dirinya bukan sedang berada di pesta Kota Yoman, melainkan kembali ke suasana Kota Huari."Pak Chris kenal Bu Milla?" Zeno masih tetap tersenyum tenang di bibirnya.Namun, Chris memasang wajah dingin dan penuh sindiran. "Bukan cuma kenal."Setelah berkata demikian, Chris langsung menarik tangan Milla dan membawanya pergi. "Kamu nggak boleh meracik parfum untuknya," katanya tanpa memedulikan bahwa Zeno bisa mendengar dengan jelas.Milla mengikuti di belakang Chris dengan langkah hati-hati, lalu bertanya, "Kamu bersikap begini ... nggak takut dia tahu hubungan kita?""Nggak,"jawab Chris dengan dingin. Dia lebih takut Milla akan terlibat dengan Zeno.Mereka berjalan ke arah balkon yang cukup sepi. Barulah setelah itu, Chris melepaskan tangannya. "Ingat baik-baik kata-kataku, jangan p
Milla mengangkat segelas minuman sambil berpura-pura santai bersandar di tepi bar. Dalam hati, pikirannya kembali memutar percakapan barusan dengan Graham dan semua kejadian sejak dia memasuki pesta malam itu.Sejauh ini, ada dua orang yang membuatnya curiga. Pertama, Sunny yang entah dari mana tahu bahwa kedatangannya ke pesta ini punya tujuan khusus. Yang kedua ... Zeno. Sebab, Zeno juga sempat menyinggung soal tanaman giok.Saat itu, di tempat yang tidak jauh darinya, terdengar beberapa wanita yang mendadak mengeluarkan seruan lirih."Kalian lihat berita barusan nggak?""Ada apa?""Barusan banget, Grup Mahendra baru saja mengakuisisi Pusat Perdagangan Kota Yoman!""Serius? Wah, itu pasti transaksi besar! Grup Mahendra benar-benar luar biasa kaya ...."Sambil membicarakannya, secara tak sadar mata mereka semua tertuju ke arah Chris yang berdiri di sisi lain aula. Pria itu benar-benar tampak seperti bangsawan sejati. Dia begitu berwibawa dan tak tersentuh. Andai bisa menikah dengannya
Chris terpaku. Dia hanya bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat Milla digandeng pria lain tepat di depan matanya.Keduanya melangkah masuk ke lantai dansa dengan langkah yang serasi. Pria itu memperkenalkan diri sambil berbicara dengan santai dan Milla tersenyum menanggapi.Pupil mata Chris langsung memicing tajam! Sejak kecil, apa pun yang diinginkannya, selalu bisa dia dapatkan. Akan tetapi, dia baru saja ditolak oleh wanitanya di depan umum!Saat itu juga, seorang wanita tiba-tiba berdiri di hadapannya dan menghalangi pandangannya ke arah Milla. Chris langsung menoleh ke arahnya dan menyadari bahwa orang itu adalah Sunny.Chris meredakan emosi di dadanya, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan ke arah Sunny. Sunny hampir tak percaya akan tindakan Chris ini!Matanya sampai nyaris berkaca-kaca karena terlalu terharu. Kemudian, dia buru-buru menyambut uluran tangan itu tanpa ragu.Tadi Sunny mendekat karena melihat Chris dibuat kesal oleh Milla. Dia bermaksud datang untuk menyindi
Pesta dansa telah melewati puncaknya.Di lantai dansa, para pria dan wanita menari dengan penuh semangat. Di ruang istirahat VIP, Sunny menemukan bawahan wanita Zeno itu dan bertanya, "Semua perintah kalian sudah kuselesaikan malam ini. Selanjutnya, aku bebas, 'kan?""Bebas?" Bawahan wanita itu mencibir. "Apa yang sudah kamu selesaikan?""Pak Zeno menyuruhku menyebarkan gosip tentang Chris kepada para tamu wanita, membuat mereka membicarakannya dan memprovokasi Chris agar bersikap berbeda terhadap Milla. Aku sudah melakukannya.""Kamu nggak lihat tadi? Si wanita bodoh itu memilih berdansa dengan orang lain, bukan dengan Chris. Dan akhirnya, Chris malah mencariku untuk berdansa!"Sunny berusaha membela diri, "Aku juga nggak punya utang pada Pak Zeno. Sejak awal, kami cuma saling memanfaatkan. Sekarang aku nggak mau lagi, jadi aku bebas!""Orang yang dipilih Pak Zeno nggak punya hak untuk pergi begitu saja," ucap bawahan wanita itu dengan dingin."Lucu sekali!" Sunny menguatkan dirinya s
Sunny menelepon Donny, merasakan detak jantungnya masih berdebar kencang. Dia menceritakan kejadian mengejutkan di pesta dansa kepada Donny. Di seberang telepon, Donny dan Vior langsung melompat kegirangan."Bagus, bagus sekali!" Donny berkata dengan penuh semangat, "Tenang saja, aku akan segera mengatur semuanya! Acara makan besok nggak bakal malu-maluin kamu!""Sekarang bukan cuma soal aku, tapi juga jangan malu-maluin Pak Chris," ujar Sunny dengan nada penuh kemenangan."Benar, benar." Donny mengangguk antusias. "Oh ya, Ayah akan segera mentransfer uang untukmu. Pergi beli pakaian dan perhiasan yang lebih berkelas. Kita nggak boleh buat Pak Chris malu di depan teman-temannya."Setelah menutup telepon, Vior bertanya dengan terkejut sekaligus gembira, "Sunny ... benar-benar berhasil menaklukkan hati Pak Chris?""Besok kita akan makan bersama, masih perlu diragukan?" Donny memelototi Vior yang curigaan dan meneruskan, "Pak Chris bukan hanya setuju untuk makan bersama, tapi juga membiar
Chris tidak bisa menebak suasana hati Milla saat ini.Di pesta dansa, Milla yang lebih dulu mengusulkan kerja sama. Mereka menjaga jarak dan masing-masing bertugas mengumpulkan informasi tentang tanaman giok. Milla fokus pada tamu pria, sementara Chris menangani tamu wanita.Siapa sangka, para wanita yang gemar bergosip justru memperkeruh situasi, membuat hubungan mereka tampak semakin renggang di mata orang lain.Namun, sekarang Chris bisa memastikan satu hal, yaitu Milla sengaja menghindarinya. Itu artinya, wanita ini benar-benar peduli.Melihat sosoknya yang berdiri termenung di balkon, diterpa angin malam, Chris merasa hatinya dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan.Dia tahu Milla peduli dengan gosip tentang dirinya dan sahabat kecilnya dulu, peduli apakah dirinya hanya pengganti di hati Chris. Semakin Chris merasa senang atas situasi ini, semakin hatinya merasa bimbang ...."Nggak dingin?" Chris akhirnya melangkah ke balkon, melepas jaketnya dan berniat menyelimutinya.Namun, Mil
"Tante, meski kamu lagi bertengkar sama Paman, ada beberapa hal yang tetap saja harus dibatasi. Kalau sudah kejadian, nyesal belakangan juga nggak ada gunanya lagi!" ucap Yoan dengan panik, seolah takut Milla nekat melakukan sesuatu karena emosi.Milla juga kaget melihat Yoan. Dia refleks merapatkan jubah mandinya dan mendekat sambil bertanya dengan curiga, "Terus kenapa kamu ada di sini?"Milla berjalan tanpa maksud apa-apa, tapi di mata Yoan, langkah Milla terlihat mengancam. Dia pun panik dan mundur sampai terdesak ke dinding. Dengan kedua tangan menutupi dada, dia berseru, "Tante, tolong tenang ... jangan ... jangan mendekat ...."Kening Milla semakin berkerut. Dia benar-benar tak habis pikir, kenapa malam ini dua pria dari Keluarga Mahendra bergiliran muncul di kamarnya? Ada yang aneh dengan kamar ini!Tiba-tiba, suara dingin penuh amarah terdengar dari belakang mereka, "Kalian lagi ngapain?!"Ternyata saat Milla mandi terlalu lama, Chris sempat keluar ke balkon untuk menerima dua
Keesokan harinya, Milla menerima pemberitahuan dari departemen bisnis bahwa Grup Mahendra telah mengambil alih hak penamaan proyek parfum terjangkau sepenuhnya.Alis Milla berkerut tipis. Dia melirik ke arah pria yang masih menjadikan ruang rawat inap sebagai kantor pribadinya, lalu bertanya pada asistennya dengan suara pelan, "Harus begini, ya?""Bu Milla, begitu Grup Mahendra turun tangan, grup lain sama sekali nggak berani ikut campur. Lagi pula, biaya hak penamaan yang mereka kasih kali ini tinggi sekali sampai nggak masuk akal," jawab asisten dari seberang telepon.Milla mengusap rambutnya dengan kesal. Pria ini benar-benar gila! Apa dia pikir bisa membeli perlawanan Milla dengan uang?Mimpi!Milla langsung menutup telepon.Meski dia tidak bisa mengubah keputusan bisnis Grup Jauhari, tapi setidaknya dia bisa menentukan di mana dirinya tinggal. Dengan cepat, dia memesan kamar hotel di dekat rumah sakit dan memberi tahu Joy untuk membantunya keluar dari rumah sakit.Dengan begitu, d
Di luar kamar rawat, Joy memberi Chris pelajaran singkat dengan penuh semangat dan keberanian.Saat masuk kembali ke kamar, langkah Joy begitu percaya diri. Dalam hati, dia merasa bahwa di dunia ini tak banyak orang yang bisa membuat Chris menurut ... dan ternyata dia adalah salah satunya!Sebenarnya, beberapa hari ini Milla sangat sibuk. Selain harus menghadiri sejumlah pertemuan, dia juga perlu segera menuntaskan rencana promosi peluncuran parfum pria. Ditambah lagi proyek parfum terjangkau yang akan segera diluncurkan, semua detail masih harus dia periksa dan putuskan sendiri.Namun sekarang, karena kakinya cedera dan tidak bisa hadir langsung dalam rapat, Milla memilih memfokuskan seluruh tenaganya pada progres proyek-proyek perusahaan.Agar identitasnya sebagai istri Chris tetap rahasia bagi para rekan kerja, Milla menangani seluruh urusan internal lewat rapat video. Sementara urusan promosi yang ditangani Joy, dia tangani langsung secara tatap muka.Begitu Joy kembali ke kamar sa
"Katakan," perintah Chris dengan tatapan tajam."Sudah sejak tiga bulan lalu, ada pihak yang diam-diam membeli saham Jauhari dengan harga tinggi. Sejumlah investor ritel sudah menjual saham mereka ke institusi itu," lapor Wilson."Institusi apa?""Masih dalam penyelidikan," jawab Wilson hati-hati. "Dari luae, ini terlihat seperti perusahaan yang bersih, tapi didirikan belum lama. Menurutku ada yang mencurigakan.""Selidiki sampai tuntas."Chris memberi perintah dengan suara tegas, "Kumpulkan semua bukti selama prosesnya.""Siap! Anda tenang saja, Pak!" Wilson langsung menjawab sigap.Malam itu, Chris tidak muncul lagi.Milla mengira sikap dinginnya tadi membuat sang presdir tersinggung. Mungkin harga dirinya terluka dan dia pergi karena kesal. 'Baguslah,' pikir Milla. Setidaknya dia bisa menikmati sedikit ketenangan.Milla pun menelepon asistennya di kantor, mengatakan bahwa dia tidak bisa menghadiri konferensi industri besok. Sekalian saja istirahat total malam ini.Tak disangka, begi
"Apa maksudmu?"Milla merasa suasana tiba-tiba jadi aneh. Dia tetap bertanya dengan ragu, "Maksudmu perubahan setelah operasi ya?"Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Chris tiba-tiba melangkah lebih dekat. Tubuhnya hampir menempel pada Milla, tatapannya membara menembus langsung ke matanya. Milla langsung menegang, matanya membelalak penuh kewaspadaan. Dia tidak tahu apa yang tiba-tiba merasuki pria di depannya."Kamu mau ngapain?"Chris tidak menjawab. Tubuhnya condong ke depan dan menindih tubuh Milla. Suaranya rendah, serak, dan menggoda. "Kamu pernah merasa nggak ... begitu lihat aku, seperti pernah melihatku sebelumnya?""Hah?"Milla belum sempat memahami maksudnya, bibir Chris sudah turun menghantam bibirnya dan menguasai Milla dengan penuh dominasi."Mm ... he ... hei!" Milla terkejut sejenak, lalu segera mendorongnya dengan siku.Kalau awalnya dia masih mengira Chris hanya sedang berlagak mesra, sekarang dia yakin pria itu tidak sedang bercanda. Yang dia rasakan dari pria ini
Di sisi lain, proyek parfum terjangkau milik Grup Bakhtiar kembali mengikuti sebuah roadshow pendanaan kecil. Namun, nasib buruk tampaknya belum juga berakhir. Levis lagi-lagi pulang dengan tangan hampa.Di dalam mobil, dia mendengar kabar dari asistennya yang menyelidiki Jauhari Parfum. Milla ternyata mendaftar untuk ikut festival parfum! Seketika, bibir Levis menegang karena kesal."Kenapa Milla bisa punya kualifikasi ikut festival parfum? Jangan-jangan, rumor itu benar, dia jadi murid terakhir Graham?"Tatapan Levis jadi semakin gelap. Dia juga teringat laporan dari bawahannya sebelumnya. Sejak Milla masuk ke divisi parfum Jauhari, dia sendiri yang meracik banyak wewangian dan hampir semuanya jadi produk unggulan Jauhari. Persis seperti masa kejayaan ayahnya dulu.Levis semakin yakin, bahwa alasan Keluarga Jauhari bisa mengungguli Grup Bakhtiar di industri parfum bukan sekadar karena kerja keras. Ayah dan anak itu pasti punya bakat alami di bidang ini.Indra penciuman.Memikirkan ha
"Siapa sangka temperamennya jelek sekali!"Joy mengeluh sambil menyerahkan ponselnya kepada Milla. Milla melirik sekilas nomor di layar, dia langsung paham alasan Joy mengeluh. Lagi pula, memang tidak semua orang bisa menoleransi sifat Graham.Sambil naik ke mobil Joy, Milla menelpon balik Graham, "Ada apa, Guru?""Aku sudah sampai di Kota Huari!"Graham langsung berkata, "Bukannya kamu bilang kamu menggunakan tanaman giok sebagai bahan dasar dan berhasil menciptakan wewangian baru? Ayo bawa aku ke sana, aku mau mencium aromanya!""Oke, akan kukirimkan alamatnya, aku juga akan segera ke sana."Milla tahu bahwa Graham adalah orang yang sangat tidak sabaran. Dia tidak bisa menunggu barang sedetik pun. Oleh karena itu, Milla memutuskan menyuruh Joy langsung mengantarnya kembali ke Jauhari Parfum, lalu menunggu Graham di ruang peracikan parfum.Benar saja, Graham datang terburu-buru. Setelah mencermati wangi yang diracik Milla, kerutan di wajahnya mengencang, "Parfum ini untuk pria, ya?""
"Ada foto-foto pribadi di ponselmu? Kalau boleh, aku mau lihat." Silas tiba-tiba meminta.Milla membuka galeri dan menunjukkan beberapa foto. "Lihat saja, tapi semua itu foto lama ya. Akhir-akhir ini terlalu sibuk, jadi nggak sempat foto-foto."Silas menatap foto-foto Milla itu dengan mata yang makin bersinar. Sekarang dia yakin, kedua perempuan yang menjelek-jelekkan Milla di hadapannya itu, jelas melakukannya secara sengaja.Seorang gadis dengan senyuman sehangat dan secerah ini, mana mungkin seperti yang dikatakan mereka?"Kelihatannya masa kecilmu bahagia banget," komentar Silas sambil mengembalikan ponsel.Mendengar nada suaranya yang emosional, Milla mengikuti alur percakapan, "Kamu sendiri gimana? Masa kecilmu nggak bahagia ya?"Silas menggeleng. "Sejak kecil aku sudah ikut berbagai kompetisi. Orang tuaku bangga sekali padaku. Setiap hari aku diwawancara oleh media dari seluruh dunia. Jadi ...."Milla mengangguk. Dia tidak perlu mendengar kelanjutannya untuk memahami kenapa Sila
"Benar sekali, model sampul utama kami hari ini adalah Milla. Itu permintaan langsung dari Pak Silas sendiri," ujar Preston dengan tegas.Silas memang tidak suka diwawancarai wartawan. Sebelum dia diundang hari ini, asistennya bahkan sudah menekankan hal itu. Namun, entah dari mana, tiba-tiba segerombolan wartawan datang dan mencegat Silas, membuatnya sampai terpisah dari asistennya karena panik. Fashion Bazaar nyaris membuat Silas marah besar.Kalau saja Silas tidak tiba-tiba tertarik pada Milla dan bahkan menyebut Milla sebagai sumber inspirasinya sampai bersikeras ingin memotretnya, mungkin Silas sudah meninggalkan lokasi sejak tadi.Jadi, ketika Preston mendengar bahwa wartawan-wartawan itu diundang oleh Grace, dia pun kesal dan memilih meluapkannya di tempat."Sejak awal Bu Milla adalah pilihan utama kami untuk sampul edisi kali ini. Mungkin rekan-rekan wartawan mendapat informasi yang salah. Sebenarnya, yang digantikan adalah Grace. Wawancara halaman dalam yang semula direncanaka