Chris tidak bisa menebak suasana hati Milla saat ini.Di pesta dansa, Milla yang lebih dulu mengusulkan kerja sama. Mereka menjaga jarak dan masing-masing bertugas mengumpulkan informasi tentang tanaman giok. Milla fokus pada tamu pria, sementara Chris menangani tamu wanita.Siapa sangka, para wanita yang gemar bergosip justru memperkeruh situasi, membuat hubungan mereka tampak semakin renggang di mata orang lain.Namun, sekarang Chris bisa memastikan satu hal, yaitu Milla sengaja menghindarinya. Itu artinya, wanita ini benar-benar peduli.Melihat sosoknya yang berdiri termenung di balkon, diterpa angin malam, Chris merasa hatinya dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan.Dia tahu Milla peduli dengan gosip tentang dirinya dan sahabat kecilnya dulu, peduli apakah dirinya hanya pengganti di hati Chris. Semakin Chris merasa senang atas situasi ini, semakin hatinya merasa bimbang ...."Nggak dingin?" Chris akhirnya melangkah ke balkon, melepas jaketnya dan berniat menyelimutinya.Namun, Mil
Donny belum pernah menghadiri pertemuan kalangan atas seperti ini. Dia takut kalau dirinya salah bertindak dan meninggalkan kesan buruk pada Chris.Dia tahu para tokoh besar lebih menyukai ketenangan. Jadi, setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, akhirnya dia memutuskan untuk menyewa seluruh lantai restoran dengan biaya besar agar tidak ada yang mengganggu mereka mengobrol.Setelah semuanya diatur, Donny meminta Sunny untuk mengonfirmasi waktu dengan asisten Chris.Wilson yang sudah menerima instruksi dari Chris sebelumnya, memastikan bahwa acara hari ini sepenuhnya mengikuti pengaturan Milla.Dia melaporkan hal ini kepada Milla, lalu Milla berkata dengan tenang, "Waktu dan tempat nggak masalah, biarkan saja mereka yang atur.""Baik."Wilson pun menyampaikan hal itu kepada Sunny. Donny dan putrinya sangat gembira! Mereka tidak menyangka bahwa Chris akan menyetujuinya dengan begitu mudah. Kini, mereka semakin percaya diri!Jamuan diadakan di siang hari. Sunny dan Donny tiba lebih awa
Para tamu yang sudah duduk pun segera berdiri dan menyapa, "Wajar kalau Pak Chris baru datang. Namanya juga orang sibuk!"Chris mengangguk ringan tanpa menunjukkan banyak ekspresi, hanya ada sedikit senyuman samar di matanya. "Maaf sudah membuat kalian menunggu.""Nggak lama kok! Kami juga baru saja tiba." Sebelum orang lain sempat berbicara, Donny buru-buru menyela, ingin menegaskan bahwa dia adalah tuan rumah acara ini.Sunny pun mendorong Milla ke samping dan menyambut Chris dengan sikap penuh perhatian. "Aku tahu kamu sangat sibuk, makanya aku nggak menelepon untuk mendesakmu."Sunny sengaja berbicara santai, ingin membuat semua orang berpikir bahwa hubungannya dengan Chris sangat akrab.Namun, Chris bahkan tidak meliriknya sedikit pun, apalagi menanggapi ucapannya.Melihat Chris mengabaikan usaha putrinya untuk menarik perhatian, Donny tahu sudah saatnya dia sendiri yang beraksi.Awalnya dia berpikir jika hubungan Chris dan Sunny cukup dekat, dia bisa bersikap lebih santai dan lan
Donny merasa dirinya hampir kehilangan kendali. Dia bergegas meninggalkan tempat itu.Sunny melihat ayahnya pergi. Kini di dalam ruang privat yang luas, hanya tersisa dirinya. Dia seperti badut yang ditinggalkan. Tidak ada yang peduli padanya, tetapi dia tahu semua orang diam-diam mentertawakannya.Sunny benar-benar tak sanggup bertahan lebih lama lagi. Dengan tergesa-gesa, dia membuka pintu dan berlari pergi.Namun, sebelum dia sempat keluar dari ruangan itu, tiba-tiba dia merasakan cahaya silau menusuk matanya. Dia langsung sadar itu bukan sinar matahari, melainkan lampu kilat kamera! Ada yang mengambil foto diam-diam!Sunny semakin kehabisan kata-kata. Dengan perasaan cemas dan marah, dia segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon media yang dihubungi sebelumnya. Dia ingin membatalkan berita yang akan disebarkan. Jika berita ini tersebar dan keluarga Chris memaksanya menikahi Milla, bagaimana nasibnya?Namun, di seberang telepon, temannya yang membuka perusahaan media langsung me
"Hm." Graham mengangguk, tetapi sorot matanya sedikit meredup."Jadi, dia ...." Mata Gorman berbinar saat mengamati Milla dari atas ke bawah."Namanya Milla Jauhari," ujar Graham.Gorman tidak menyerah dan tetap bertanya kepada Milla, "Milla, kamu sehat?"Meskipun pertanyaan ini agak mendadak, Milla tetap menjawab dengan sopan, "Aku sehat."Ketika kecil, kesehatannya memang kurang baik. Setelah menjalani operasi delapan tahun lalu, kini tubuhnya sudah pulih sepenuhnya dan tidak berbeda dari orang lain."Kalau begitu, bukan dia ...." Gorman menghela napas panjang dan bergumam, "Keturunan Keluarga Yunanda nggak mungkin sesehat ini. Kalaupun berhasil bertahan hidup setelah usia 20 tahun, mereka pasti sakit-sakitan. Hal ini juga berlaku untuk keluarga jauh.""Saat pertama kali bertemu dengannya, aku juga berpikir seperti itu." Graham ikut menghela napas.Ketika mereka sedang mengobrol, Chris tiba-tiba masuk dengan senyuman tipis di bibirnya. "Selamat untuk kalian.""Terima kasih." Milla be
Selain itu, sekarang Agnez adalah satu-satunya harapan Grace. Dia tidak memiliki jalan keluar yang lebih baik daripada ini.Sejak terakhir kali Grace salah memberikan informasi, ayahnya salah perhitungan hingga akhirnya produk Keluarga Young diboikot di pasar domestik dan bisnis keluarga mereka mengalami pukulan besar. Sejak saat itu, William tidak menyayanginya lagi seperti dulu.Keluarga Young punya banyak anak, Grace hanya salah satu dari sekian banyak pewaris. Jika ingin mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang ayahnya, dia harus memanfaatkan Keluarga Ruhian untuk mendapatkan dukungan di pasar domestik.Sambil menyanjung Agnez, dia juga bisa memanfaatkan Rafael untuk menyerang balik Milla. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Grace tentu tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini."Oh ya, waktu itu kamu bilang Milla menolak Kak Rafael, 'kan? Gimana kabar Kak Rafael sekarang? Sudah baikan?" Grace sengaja menanyakan hal itu saat makan."Kamu masih belum mengenal kakak
Sore hari, Milla tiba di titik kumpul, yakni di area parkir mobil camper.Joy dan beberapa temannya sudah menunggu di sana, begitu juga Rafael, yang datang membawa banyak makanan. Begitu melihat Milla, dia langsung menyerahkan dua kantong besar makanan ke tangannya.Milla sedikit canggung, tetapi tetap menerimanya dan memperkenalkan Rafael kepada teman-temannya. Setelah itu, mereka berangkat bersama menuju Gunung Tiliar dengan mobil camper.Karena Milla yang mengemudi, Joy duduk santai di kursi penumpang depan sambil menikmati makanan yang dibawa Rafael. Sambil mengunyah, dia memuji, "Harus diakui, selera si kakak ini lumayan bagus."Milla meliriknya sekilas. "Kalau begitu, nanti aku kasih tahu dia kalau kamu yang menghabiskan semuanya dan kamu juga bilang rasanya enak."Joy tertawa terbahak-bahak. "Kamu yakin masih mau sekamar denganku malam ini? Nggak mau kasih sedikit kesempatan untuk Rafael? Dia memang agak kaku, tapi cukup menggemaskan lho.""Kalau menurutmu menggemaskan, untukmu
Rafael sebenarnya bukan datang untuk melihat hujan meteor. Dia hanya ingin melihat Milla.Namun, sepanjang malam Milla selalu bersama teman-temannya, membuatnya bahkan tidak punya kesempatan untuk berbicara dengannya.Saat hujan meteor berakhir, Rafael hanya bisa kembali ke camper-nya dengan kecewa. Entah kenapa, saat mengatur tempat parkir, sepertinya orang-orang sengaja menempatkan camper-nya sejauh mungkin dari Milla. Camper-nya berada di paling depan, sedangkan Milla di paling belakang.Mengingat kembali sikap dingin Milla terhadapnya, hatinya terasa tidak tenang. Namun, saat meraba kotak kecil di sakunya, dia kembali merasa percaya diri ....Saat ini, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. "Rafael! Rafael!"Itu suara Milla!Saat Rafael masih mengumpulkan keberanian untuk mencari Milla, Milla malah datang mencarinya lebih dulu.Rafael begitu bersemangat hingga hampir melompat dari sofa untuk membuka pintu. Begitu masuk, Milla langsung bertanya, "Ada apa? Asmamu kambuh? Kamu bawa oba
"Tante, meski kamu lagi bertengkar sama Paman, ada beberapa hal yang tetap saja harus dibatasi. Kalau sudah kejadian, nyesal belakangan juga nggak ada gunanya lagi!" ucap Yoan dengan panik, seolah takut Milla nekat melakukan sesuatu karena emosi.Milla juga kaget melihat Yoan. Dia refleks merapatkan jubah mandinya dan mendekat sambil bertanya dengan curiga, "Terus kenapa kamu ada di sini?"Milla berjalan tanpa maksud apa-apa, tapi di mata Yoan, langkah Milla terlihat mengancam. Dia pun panik dan mundur sampai terdesak ke dinding. Dengan kedua tangan menutupi dada, dia berseru, "Tante, tolong tenang ... jangan ... jangan mendekat ...."Kening Milla semakin berkerut. Dia benar-benar tak habis pikir, kenapa malam ini dua pria dari Keluarga Mahendra bergiliran muncul di kamarnya? Ada yang aneh dengan kamar ini!Tiba-tiba, suara dingin penuh amarah terdengar dari belakang mereka, "Kalian lagi ngapain?!"Ternyata saat Milla mandi terlalu lama, Chris sempat keluar ke balkon untuk menerima dua
Keesokan harinya, Milla menerima pemberitahuan dari departemen bisnis bahwa Grup Mahendra telah mengambil alih hak penamaan proyek parfum terjangkau sepenuhnya.Alis Milla berkerut tipis. Dia melirik ke arah pria yang masih menjadikan ruang rawat inap sebagai kantor pribadinya, lalu bertanya pada asistennya dengan suara pelan, "Harus begini, ya?""Bu Milla, begitu Grup Mahendra turun tangan, grup lain sama sekali nggak berani ikut campur. Lagi pula, biaya hak penamaan yang mereka kasih kali ini tinggi sekali sampai nggak masuk akal," jawab asisten dari seberang telepon.Milla mengusap rambutnya dengan kesal. Pria ini benar-benar gila! Apa dia pikir bisa membeli perlawanan Milla dengan uang?Mimpi!Milla langsung menutup telepon.Meski dia tidak bisa mengubah keputusan bisnis Grup Jauhari, tapi setidaknya dia bisa menentukan di mana dirinya tinggal. Dengan cepat, dia memesan kamar hotel di dekat rumah sakit dan memberi tahu Joy untuk membantunya keluar dari rumah sakit.Dengan begitu, d
Di luar kamar rawat, Joy memberi Chris pelajaran singkat dengan penuh semangat dan keberanian.Saat masuk kembali ke kamar, langkah Joy begitu percaya diri. Dalam hati, dia merasa bahwa di dunia ini tak banyak orang yang bisa membuat Chris menurut ... dan ternyata dia adalah salah satunya!Sebenarnya, beberapa hari ini Milla sangat sibuk. Selain harus menghadiri sejumlah pertemuan, dia juga perlu segera menuntaskan rencana promosi peluncuran parfum pria. Ditambah lagi proyek parfum terjangkau yang akan segera diluncurkan, semua detail masih harus dia periksa dan putuskan sendiri.Namun sekarang, karena kakinya cedera dan tidak bisa hadir langsung dalam rapat, Milla memilih memfokuskan seluruh tenaganya pada progres proyek-proyek perusahaan.Agar identitasnya sebagai istri Chris tetap rahasia bagi para rekan kerja, Milla menangani seluruh urusan internal lewat rapat video. Sementara urusan promosi yang ditangani Joy, dia tangani langsung secara tatap muka.Begitu Joy kembali ke kamar sa
"Katakan," perintah Chris dengan tatapan tajam."Sudah sejak tiga bulan lalu, ada pihak yang diam-diam membeli saham Jauhari dengan harga tinggi. Sejumlah investor ritel sudah menjual saham mereka ke institusi itu," lapor Wilson."Institusi apa?""Masih dalam penyelidikan," jawab Wilson hati-hati. "Dari luae, ini terlihat seperti perusahaan yang bersih, tapi didirikan belum lama. Menurutku ada yang mencurigakan.""Selidiki sampai tuntas."Chris memberi perintah dengan suara tegas, "Kumpulkan semua bukti selama prosesnya.""Siap! Anda tenang saja, Pak!" Wilson langsung menjawab sigap.Malam itu, Chris tidak muncul lagi.Milla mengira sikap dinginnya tadi membuat sang presdir tersinggung. Mungkin harga dirinya terluka dan dia pergi karena kesal. 'Baguslah,' pikir Milla. Setidaknya dia bisa menikmati sedikit ketenangan.Milla pun menelepon asistennya di kantor, mengatakan bahwa dia tidak bisa menghadiri konferensi industri besok. Sekalian saja istirahat total malam ini.Tak disangka, begi
"Apa maksudmu?"Milla merasa suasana tiba-tiba jadi aneh. Dia tetap bertanya dengan ragu, "Maksudmu perubahan setelah operasi ya?"Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Chris tiba-tiba melangkah lebih dekat. Tubuhnya hampir menempel pada Milla, tatapannya membara menembus langsung ke matanya. Milla langsung menegang, matanya membelalak penuh kewaspadaan. Dia tidak tahu apa yang tiba-tiba merasuki pria di depannya."Kamu mau ngapain?"Chris tidak menjawab. Tubuhnya condong ke depan dan menindih tubuh Milla. Suaranya rendah, serak, dan menggoda. "Kamu pernah merasa nggak ... begitu lihat aku, seperti pernah melihatku sebelumnya?""Hah?"Milla belum sempat memahami maksudnya, bibir Chris sudah turun menghantam bibirnya dan menguasai Milla dengan penuh dominasi."Mm ... he ... hei!" Milla terkejut sejenak, lalu segera mendorongnya dengan siku.Kalau awalnya dia masih mengira Chris hanya sedang berlagak mesra, sekarang dia yakin pria itu tidak sedang bercanda. Yang dia rasakan dari pria ini
Di sisi lain, proyek parfum terjangkau milik Grup Bakhtiar kembali mengikuti sebuah roadshow pendanaan kecil. Namun, nasib buruk tampaknya belum juga berakhir. Levis lagi-lagi pulang dengan tangan hampa.Di dalam mobil, dia mendengar kabar dari asistennya yang menyelidiki Jauhari Parfum. Milla ternyata mendaftar untuk ikut festival parfum! Seketika, bibir Levis menegang karena kesal."Kenapa Milla bisa punya kualifikasi ikut festival parfum? Jangan-jangan, rumor itu benar, dia jadi murid terakhir Graham?"Tatapan Levis jadi semakin gelap. Dia juga teringat laporan dari bawahannya sebelumnya. Sejak Milla masuk ke divisi parfum Jauhari, dia sendiri yang meracik banyak wewangian dan hampir semuanya jadi produk unggulan Jauhari. Persis seperti masa kejayaan ayahnya dulu.Levis semakin yakin, bahwa alasan Keluarga Jauhari bisa mengungguli Grup Bakhtiar di industri parfum bukan sekadar karena kerja keras. Ayah dan anak itu pasti punya bakat alami di bidang ini.Indra penciuman.Memikirkan ha
"Siapa sangka temperamennya jelek sekali!"Joy mengeluh sambil menyerahkan ponselnya kepada Milla. Milla melirik sekilas nomor di layar, dia langsung paham alasan Joy mengeluh. Lagi pula, memang tidak semua orang bisa menoleransi sifat Graham.Sambil naik ke mobil Joy, Milla menelpon balik Graham, "Ada apa, Guru?""Aku sudah sampai di Kota Huari!"Graham langsung berkata, "Bukannya kamu bilang kamu menggunakan tanaman giok sebagai bahan dasar dan berhasil menciptakan wewangian baru? Ayo bawa aku ke sana, aku mau mencium aromanya!""Oke, akan kukirimkan alamatnya, aku juga akan segera ke sana."Milla tahu bahwa Graham adalah orang yang sangat tidak sabaran. Dia tidak bisa menunggu barang sedetik pun. Oleh karena itu, Milla memutuskan menyuruh Joy langsung mengantarnya kembali ke Jauhari Parfum, lalu menunggu Graham di ruang peracikan parfum.Benar saja, Graham datang terburu-buru. Setelah mencermati wangi yang diracik Milla, kerutan di wajahnya mengencang, "Parfum ini untuk pria, ya?""
"Ada foto-foto pribadi di ponselmu? Kalau boleh, aku mau lihat." Silas tiba-tiba meminta.Milla membuka galeri dan menunjukkan beberapa foto. "Lihat saja, tapi semua itu foto lama ya. Akhir-akhir ini terlalu sibuk, jadi nggak sempat foto-foto."Silas menatap foto-foto Milla itu dengan mata yang makin bersinar. Sekarang dia yakin, kedua perempuan yang menjelek-jelekkan Milla di hadapannya itu, jelas melakukannya secara sengaja.Seorang gadis dengan senyuman sehangat dan secerah ini, mana mungkin seperti yang dikatakan mereka?"Kelihatannya masa kecilmu bahagia banget," komentar Silas sambil mengembalikan ponsel.Mendengar nada suaranya yang emosional, Milla mengikuti alur percakapan, "Kamu sendiri gimana? Masa kecilmu nggak bahagia ya?"Silas menggeleng. "Sejak kecil aku sudah ikut berbagai kompetisi. Orang tuaku bangga sekali padaku. Setiap hari aku diwawancara oleh media dari seluruh dunia. Jadi ...."Milla mengangguk. Dia tidak perlu mendengar kelanjutannya untuk memahami kenapa Sila
"Benar sekali, model sampul utama kami hari ini adalah Milla. Itu permintaan langsung dari Pak Silas sendiri," ujar Preston dengan tegas.Silas memang tidak suka diwawancarai wartawan. Sebelum dia diundang hari ini, asistennya bahkan sudah menekankan hal itu. Namun, entah dari mana, tiba-tiba segerombolan wartawan datang dan mencegat Silas, membuatnya sampai terpisah dari asistennya karena panik. Fashion Bazaar nyaris membuat Silas marah besar.Kalau saja Silas tidak tiba-tiba tertarik pada Milla dan bahkan menyebut Milla sebagai sumber inspirasinya sampai bersikeras ingin memotretnya, mungkin Silas sudah meninggalkan lokasi sejak tadi.Jadi, ketika Preston mendengar bahwa wartawan-wartawan itu diundang oleh Grace, dia pun kesal dan memilih meluapkannya di tempat."Sejak awal Bu Milla adalah pilihan utama kami untuk sampul edisi kali ini. Mungkin rekan-rekan wartawan mendapat informasi yang salah. Sebenarnya, yang digantikan adalah Grace. Wawancara halaman dalam yang semula direncanaka