Sylvia Rutherford memanfaatkan waktu untuk memoleskan lispstik, dia turunkan kaca spion dan berucap, “Kau memang memesona,” katanya pada bayangannya.Ia baru saja memoles lipstik merah muda kecoklatan kebibir sewaktu dia melihat sebuah mobil yang dia kenali melaju kencang kesuatu arah. Mobil kekasihnya. Bukanlah Sylvia Rutherford namanya bila tidak memiliki pemikiran taktis. Gelagat lelaki itu yang berbeda dari biasanya selama lebih dari tiga bulan ini begitu menyita pikiran Sylvia. Nathaniele Salvator Diangello. Memikirkan nama itu saja sudah membuat Sylvia menggertakkan gigi. Sejak pertama kali bertemu tiga tahun lalu, Sylvia bisa memprediksi type seperti apa pria itu, dan segala sesuatu yang ia lihat atau dengar tentang Nathan sesudahnya semakin menegaskan penilaian awal tersebut. Keinginan memiliki sebenarnya begitu dalam. Tapi dia tidak dapat menutup mata. Dia sudah mengalihkan pemikiran-pemikiran buruk itu dengan berolahraga, tentu saja tidak dapat berlangsung lamaTerlalu tam
Tak lama berselang napas Jack menuruni bahkan di depan atasan Sylvia, bibirnya memagut kulit rapuh yang berada persis di atas kelim. Tak kuasa menahan perasaan, dia menyibak blus Sylvia cukup turun untuk mengakses sisi dalamnya. Dengan mengerang, dia melihat dua gundukan wanita itu menyembul dari tepian bra pink yang seksi.Dia harus mendapatkan yang lebih. Menelusurkan ujung lidahnya di garis dalam belahan dada Sylvia, Jack mencengkeram pinggulnya ketika badannya mulai melengkung.“Jack...”“Lagi.” Dia tidak bertanya, tidak berpikir, tidak ragu. Dia meraih bagian bawah baju Sylvia dan mulai menarik naik. Jack begitu berhasrat menyentuh Sylvia, memegang, memainkan lidahnya.Sylvia merintih ketika Jack menyelipkan tangan ke dalam bra, menangkup dua gundukan kembar dadanya, manarik yang teramat lembut dan hangat itu, terbebas dari penahannya.Kemudian Jack menatapnya dan bertanya-tanya dalam hati, apakah dia pernah melihat wanita yng lebih cantik—dengan kepala disentak kebelakang, mata
Jonash Abellard telah berhasil terbebas dari dakwaan polisi karena bisa membuktikan dirinya hanyalah sasaran korban dari salah tangkap. Dia dijebak seseorang yang telah memasukkan obat-obatan terlarang ke dalam ranselnya.Hilangnya sang kakak tanpa sedikitpun jejak tertinggal sangat membuatnya bersedih. Audrey adalah kakak wanita yang selalu menolong disaat dirinya dalam keadaan terpuruk.Jonash juga sangat merasa bersalah karena perbuatan istrinya telah menyebabkan kehancuran rumah tangga kakak, saudari satu-satunya. Jonash yang masih terbilang sangat muda saat itu berhasil di’jebak’ oleh Denish yang mengaku telah hamil, pada kenyataannya bukti kehamilannya pun rekayasa belaka.Suatu malam, dia yang suka bersenang-senang telah diberi pil yang dicelupkan di dalam air minumnya oleh teman Denish. Yang membuat dia melakukan hubungan terlarang dengan wanita yang bahkan cuma beberapa hari sebelumnya dikenal disebuah kelab malam Jonash biasa berkumpul dengan kawan-kawannya. Rupanya obat itu
2 minggu sebelumnyaPenulis Alicia Turner menelephon Jonash Abellard, sepertinya dia masih bekerja di Police Plaza.Akhirnya suaranya terdengar, “Jonash.”“Mrs. Turner.”“Dengar, aku punya kabar baik untukmu, Orlando Wilson ingin menemuiku lagi. Bahkan dia mau bicara malam ini juga. Dia menelepon minta bertemu.”“Bagaimana kejadiannya? Kapan? Kukira dia mengusirmu dari Connecticut.”“Memang. Tapi rupanya dia sekarang bersedia untuk semacam tukar menukar., setidaknya untuk bicara. Aku belum tahu pasti.Beberapa waktu lalu Alicia berusaha menggali informasi mengenai sebuah perkumpulan yang kemungkinan besar salah satunya Orlando Wilson, tapi narapidana itu menolak keras dan mengusir Alicia pergi dari penjara federal dimana dia ditahan. Tapi kali ini dia berubah pikiran.“Aku akan menemanimu.”“Aku telah menulis tentang kejahatan yang sungguh-sungguh terjadi Marshall Abellard. Aku sudah melakukannya selama tiga tahun. Aku akan baik-baik saja.”Sipir Thomas menemui Alicia dibangunan yang
Benigno Jacob Andriano, kalau menilik dari garis keturunan dari sang ayah yang bijak, seharusnya dia bertumbuh menjadi pria yang beradab. Terarah. Entah pemahaman dan didikan bagaimana yang ia dapatkan dari figur Mathilda, sehingga Benigno memiliki karakter yang berbeda dari sang ayah. Kemudahan, fasilitas terbaik yang ia dapatkann sedari lahir membuat dia merasa memiliki surga yang ia kendalikan dengan telapak tangannya.Itulah kenapa Mr. Jacob tidak menolak lamaran ayah Kiara yang ingin menjodohkan Benigno dengan putrinya. Mrs. Mathilda yang mengenal Kiara dengan baik pun tidak merasa keberatan. Orangtua Benigno ingin agar Kiara yang teredukasi dan cantik bisa mengarahkan kehidupan Benigno menjadi manusia yang berkarakter baik. Tapi alih-alih bisa menggantikan posisi ayahnya sebagai orang terpenting Gruppo METRO, Benigno terjerumus pada kegiatan yang orang dungu pun mengecam aksinya.Benigno sejak kecil tidak mau bersusah payah bahkan untuk sekedar menimba ilmu buat bekal dirinya kel
Audrey Abellard mengalami kemajuan yang bagus dalam kesembuhannya. Nathan memutuskan membawa pergi Audrey melewati perjalanan sembilan jam lamanya dari kota Milan menuju New Jersey, sebuah mansion indah telah dipersiapkan, berada tidak jauh dari pegunungan Appalachian, Danau Ontario dan sungai St. Lawrence berada tidak jauh dari situ.Kawasan pegunungan menghijau dengan pemandangan indah diharapkan segera dapat membantunya memulihkan ingatan serta mengenali jati dirinya. Nathan ingin menjauhkan Audrey dari keluarga ayahnya sampai waktu yang memungkinkan untuk dia pulang dengan aman.Dengan berada tidak jauh dari wanita itu, Nathan ingin memastikan keamanannya. Dan bukan tanpa alasan dia membeli Mansion untuk tempat tinggal Audrey, beberapa usahanya berada tidak jauh dari situ.Pada hari Senin pukul sebelas, Nathaniele Salvator Diangello berada di salah satu kantornya yang berada beberapa puluh kilometer saja dari tempat tinggal Audrey memulihkan keadaan fisik dan psykisnya.Sejak puku
Audrey Abellard pada dasarnya adalah seorang wanita gigih yang pantang menyerah. Berbagai klip peristiwa kelam dalam hidupnya telah berhasil dia ketahui, ia mendapatkan dari cerita Bik Andar dan sebagian lain dari Yanti. Sakit ayahnya mengharuskan dilakukan tindakan operasi. adiknya yang harus berurusan dengan kepolisian karena terlibat obat-obatan terlarang, sampai Audrey yang tiba-tiba menghilang dari rumahnya.Penuturan Nathaniele, sosok lelaki yang tiba-tiba hadir dikehidupannya, telah membuka tabir misteri ayah kandung yang pernah diceritakan ibunya sebelum berpulang, kemudian membawanya pada dunia yang sama sekali baru baginya. Dirinya sangat bersyukur masih bisa dipertemukan kembali dengan Ventria, bahkan Bik Andar yang telah menemani Audrey semenjak Prabu menikahinya. Warisan harta yang dia dapatkan itu tidak lantas membuatnya merasa jumawa. Audrey cuma ingin hidupnya tenang dan damai. Menghabiskan sisa usia dengan dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. Cita-cita yang begi
Semua berjalan begitu cepat, Nathan.” Audrey menghela napas sejenak. “Seandainya namaku tidak tertulis di Surat Wasiat yang Mr. Jacob ...”“Excused me. Maaf saya menyela.”“Kau sudah melakukannya,” ujar Audrey. Tapi dia tidak terlihat marah. Dia tersenyum lembut menatap Nathan.Nathan terpesona sejenak, dia meyakini kalau belum pernah ada wanita yang bisa membuatnya begitu terpana. “Well, tapi kamu harus menerima kenyataan itu. Mr. Jacob adalah ayahmu.”“Tentu saja, Nathan. There’s nothing I can do.”“Good girl,” ujar Nathan.Disesapnya air jahe yang telah disediakan Anna.“So... What we will do?”“Aku akan menyusun rencana untuk memperkenalkan kamu di pertemuan Grupp METRO, sebagai pemilik seluruh saham dan sembilan puluh prosen aset perusahaan itu.""Tapi, Nathan...” Audrey menunjukkan rasa kurang nyaman dan gugupnya. Tak bisa dipungkiri, ada rasa kekhawatiran, apa yang telah dilakukan Benigno sejauh ini padanya, apa yang telah Kiara lakukan terhadapnya, betul-betul mempertaruhkan n
Ceritakan tentang anakku.” Audrey bertanya saat mereka duduk di teras kecil itu.Audrey tiba-tiba bertanya kepada Nathan.“Beberapa kali kau mengatakan kata ‘anakku’, itu menyiratkan kalau anakku bukan anak kandungmu karena kau bilang kau suamiku.”Sungguh Nathan merasa ini episode tersulit yang harus ia dan istrinya lalui.Lelaki itu menatap ke arah cangkir kopinya yang telah kosong.Audrey tahu, sesuatu yang ia lupakan dan masih menjadi misteri itu bukan suatu kabar baik.“Kau pernah menikah dengan seseorang sebelum aku nikahi.” Akhirnya kata itu keluar dari bibirnya.“Apakah dia, Benigno yang aku cari?” Audrey menatap Nathan dengan ekspresi dalam, rasa ingin tahunya terlihat jelas.“Bukan.”“Lantas?”“Baiklah, aku akan membuka semua identitasmu.”Audrey memposisikan dirinya pada pose senyaman mungkin. Ia telah siap mendengarkan cerita Nathan.“Aku masih berkabung atas berpulangnya sahabatku, rekan kerjaku pada perusahaan yang kami berdua jalankan, ketika seminggu setelah pemakamanny
Sinar matahari menyinari kamar tidur nyaman ini. Kehangatan lembut meresap pada permukaan kulitnya.Pernahkah ia merasa lebih aman dan bahagia? Audrey sulit menjawab karena ingatannya hampir tak ada.Tapi ia tak bisa membayangkan merasa lebih aman daripada yang ia rasa sekarang ini.Kemarin, setelah singgah di sebuah desa terdapat sebuah toko bahan pangan, Ia melihat Nathan mengisi dua troli besar dengan sejumlah bahan makanan. Mereka berkendara selama berkilo-kilometer, jauh memasuki daerah pegunungan. Saat kemudian Nathan memasuki jalan berkerikil di puncak bukit, napas Audrey terasa terhenti, ia mengira dirinya telah melihat surga dalam perjalanan tadi, tapi itu hanya awalnya saja.Rumah kayu dua lantai milik Nathan terletak di puncak bukit menjulang. Terdapat teras kecil, di kedua lantai. Mereka menghadap lembah memikat dipenuhi pepohonan hijau menyejukkan. Tinggi dan masiv, pegunungan menjulang di kejauhan, menambah keindahan yang menakjubkan. Ia keluar dari mobil begitu Nathan be
"Enak saja. Jangan berani-beraninya kau menyalahkan dirimu. Ini semua salah Benigno. Sejak dulu bahkan sebelum aku mengenalmu, aku tahu siapa dia.”“Ceritakan bagaimana dia versimu.”Angin lembut menggerakkan rambut sebahu Audrey yang berwarna merah berpadu coklat yang keemasan, tampak kontras dengan pipinya yang bersih tanpa cela yang kini tidak pucat lagi, rona kemerahan telah tampak di situ.Begaimanapun saat ini adalah hari dimana ia merasa usahanya perlahan mulai menampakkan berita baik. Nathan akan menunda dulu cerita mengenai saudara tirinya itu agar tidak merusak suasana hati wanita ini.“Suatu saat aku akan menceritakan semua yang ingin kau katahui, ini hanya masalah waktu, SayangPanggilan itu sekali lagi membuat desir di hati Audrey tak tertahankan. Ia bisa menebak, lelaki di sampingnya tidak ingin suasana hatinya berubah karena mendengar sesuatu yang akan membuat ia tidak suka.Mungkin Nathan benar. Tapi ia tidak dapat mengenyahkan kenyataan bahwa jika ia tak pergi sendiri
Kau telah banyak membantu menguak tabir ini, Audrey,” ujar Patrick. “Berdasarkan informasi yang kau berikan dari sesi hipnotismu dua hari lalu, kami punya gambaran yang lebih jelas tentang keadaan fasilitas itu. Sepertinya dia punya banyak orang yang di rekrut untuk membantunya. Masalahnya, mereka itu siapa dan darimana asalnya?”“Mereka gelandangan.”“Apa?” Lima orang bertanya sekaligus.“Saat aku melatih, aku mendengar salah seorang pemuda menangis, mengatakan kalau dia ingin pulang. Pria yang memimpin latihan menghardiknya dan berkata, “Kau lupa? Kau tak punya rumah, layaknya idiot-idiot lain di sini. Kami memberi kalian para idiot gelandangan kesempatan tapi kalian bahkan tidak merasa beruntung.”“Itu masuk akal. Begitu banyak anak-anak jalanan sehingga tak ada yang kehilangan mereka saat mereka tak nampak.”Patrick berdiri, menandakan pertemuan hari ini akan usai. “Kau telah memberikan pemahaman baru bagi kami yang bahkan belum pernah kami pertimbangkan. Kerja yang bagus, Audrey.
Audrey mengedarkan pandangannya ke orang-orang dalam ruangan.“Suara lembut, jahat, melengking tapi maskulin, mengatakan padaku...” Audrey menelah ludah. “Dia akan menikmati saat menjinakkanku.”Nathan menahan perutnya yang bergolak, giginya gemeretak. Tapi ia berusaha menyembunyikan reaksi itu.Setelah menghembuskan napas panjang, Audrey berkata pelan. “Aku ingat rasa sakit...siksaan. Dia sangat menikmatinya.” Ia memejamkan mata, menahan gejolak di dadanya. “Aku mendengar tawa melengking...nyaris seperti memekik. Dia menertawakanku. Kurasa dia merancang siksaan berdasarkan yang menurutnya paling merendahkan dan sungguh menyakitkan.”Ketika Audrey membuka mata, Nathan yang memandangnya tidak berkedip, ingin melolong, ikut merasakan penderitaan nyata yang dipantulkan mata itu. Penderitaan dan rasa sakit tak terperi yang ia rasakan.“Aku digantung terbalik dalam kondisi telanjang...dan disirami air dingin. Kemudian dia menyuruh mereka meninggalkanku terbaring di satu tangan dan kakiku y
Troy Ferguson melangkahkan kaki ke dalam rumah utama, ia dilanda kebimbangan. Ia bertugas sebagai seorang eksekutor. Kali ini ia harus melakukan tugas itu lagi.Diketuknya pintu lab utama. Pemimpin membentak, “Masuk.”Dua pria berdiri di samping “Pemimpin”, mereka memegangi seorang wanita paruh baya, berambut gelap diantara mereka.Wanita itu telanjang. Tubuhnya lebam-lebam dan berdarah karena telah dipukuli. Penciumannya membawa aroma amis. Anak buah pemimpin sudah memakainya sebagai pelampiasan syahwat... wanita itu telah dihukum. Sungguh suatu pemandangan menyayat hati. Ia tak tahu alasannya, ia pun tak berani bertanya, karena kalau pemimpin sudah berkehendak, tiada yang boleh menghalangi. Jika pemimpin memilih untuk menghukum, itu haknya. Tidak ada yang boleh bertanya apalagi membangkang. Mata wanita itu bengkak dari pukulan bertubi-tubi yang telah ia terima. Dia mendongak, memandangnya dan sesuatu dalam dirinya tersentak, menusuk kebingungan tersebut. Wanita itu tersiksa, terluk
Wanita itu menariknya lagi. Meski pandangannya kabur, Audrey mengingat secangkir teh yang ia minum tadi sebelum tidur. Sambil mengelakkan tangaai yang mencengkeram kuat, Audrey bergerak ke samping wanita itu dan mengulurkan tangan. Jemarinya menggenggam cangkir yang akan ia pergunakan. Sebagai senjata, benda itu bukan berarti apa-apa tapi lebih baik dari pada tak ada sama sekali. Ia menunggu sampai wanita itu mendekatinya lagi. Dan ketika ia sudah mendekat, tangan itu ia ayun sekuatnya. Getaran benturan dan suara gedebug memuaskan, memberi tahu Audrey serangannya mengenai sasaran.Terdengar raungan kemarahan. “Aku akan pergi dari sini!” gumamnya. Ia lari meninggalkan kamar.Titik-titik hitam itu muncul di penglihatan Audrey, bertambah besar. Tapi ia tidak bisa membiarkan wanita itu pergi begitu saja. Ia harus menghentikannya, dan tak ada orang lain yang dapat melakukan itu...kecuali dia sendiriTapi kakinya kaku tidak mau bekerja sama. Audrey tertatih, tersandung melintasi kamar dan m
"Bagaimana keadaanmu pagi ini?” tanya Nathan mengalihkan rasa canggungnya.“Baik, masih sedikit pusing.”“Ada yang kau ingat?”“Sedikit. Tidak ada yang penting.”“Seperti?”Audrey memijit keningnya dan meskipun Nathan lebih rela memakan kaca daripada memberikan lagi kepedihan pada istrinya itu, ia perlu tahu sebanyak yang ia bisa tentang apa yang Audrey ingat.“Ingatan-ingatan samar, bahkan lebih daripada saat aku tiba di sini.”Profesor Dimitri sudah memperkirakan hal itu. Pemulihan kecanduan obat-obatan membuat ingatan-ingatan itu memudar. Kita perlu mendapatkan sebanyak apapun yang bisa didapatkan sebelum ingatan itu memudar.Audrey mengangguk. “Iya, aku tahu… hanya saja sedikit sekali. Aku hanya ingat aku mengenakan pakaian putih…kurasa seragam. Aku ingat ruangan penuh matras, dan ada pertarungan. Tapi wajah-wajah di sana… semua berkabut.”Nathan memberikan sebuah bungkusan plastik kepada Audrey.“Ini apa?”“Peralatan melukis.”“Untuk apa?”“Kau pelukis yang berbakat, Audrey. Apa
"Kami akan melakukan apapun sebisa kami. Pertama kami akan coba menghipnotis. Sampai kami tahu, efek seperti apa yang terus di bawa obat itu. Aku tak suka merawatnya dengan menggunakan banyak macam obat.”Nathan menarik napas, siap dengan ancaman bila memang itu diperlukan. “Lakukan sebisamu. Jika dia tidak mengalami perkembangan, aku akan membawanya pulang bersamaku, akan kusembuhkan dengan caraku. Mungkin aku tidak akan memaksanya untuk sesuatu yang memang sudah betul-betul hilang dari ingatannya."Mata gelap Patrick menelusuri wajah Nathan, kemudian berpaling ke arah Profesor Dimitri. “Bagaimana menurutmu?”Profesor Dimitri mengangguk. “Nathan dan aku sudah membicarakan tentang ini tadi malam. Audrey merasa lebih tenang bersamanya, kurasa ini ide bagus.”Patrick menatap Nathan. “Kau tahu, Beningno sudah pasti akan mencarinya?”“Pasti aku akan menjaganya.” Nathan kembali menoleh ke arah Profesor Dimitri. “Apa yang seharusnya kuharapkan?”Ekspresi Dimitri terlihat frustasi. “Berdasar