Alangkah terkejutnya Reno setelah ia mendengar perkataan ibunya yang sudah memberikan Alina minuman pencegah kehamilan. Telinga Reno tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, tapi pendengarannya tidak salah dan masih normal. Obat herbal yang selalu diberikan kepada Alina setiap pagi, yang dianggapnya sebagai penyubur kandungan, ternyata adalah obat untuk mencegah kehamilan dan ibunya tega melakukan semua ini."Ma, jawab Reno! Apa Mama sengaja memberikan obat itu sama Alina agar Alina tidak bisa hamil anak Reno?" tanya Reno dengan tatapan tajam dan menusuk pada ibu kandungnya itu.Weni tampak gelagapan, ia sudah berada di ujung tanduk, karena tanpa sengaja ia membongkar kesalahannya sendiri. "Ren-Reno, ini nggak seperti apa yang—""Jawab aja, iya atau tidak. Aku cuma mau jawaban itu, Ma ... dan aku harap mama mau jujur!" bentak Reno tepat di depan wajah ibunya.Tidak punya pilihan lain lagi, akhirnya Weni memberikan jawaban kepada Reno. "Iya, Mama memang ngasih obat menc
"Reno? Ada apa? Kenapa kamu marah-marah kayak gitu,hah?" tanya Weni seraya menatap ke arah Reno yang baru saja berteriak dan memecahkan meja di rumahnya. "Aku dipecat Ma, bosku udah tahu kalau aku punya dua istri dan baru bercerai dengan istri pertamaku," ucap Reno sambil mengusap rambutnya dengan kasar. Ia benar-benar tidak terima dipecat seperti ini. Karir yang ia bangun dari nol, sekarang sudah hancur. Padahal ia berjuang susah payah untuk sampai ke posisi nyaman sampai berada di atas. "Apa? Kamu dipecat? Apa si wanita kampung itu yang kasih tahu bos kamu, kalau kalian sudah bercerai dan kamu punya dua istri sebelumnya?" Lagi-lagi Weni menuduh Alina yang membeberkan status Reno yang memiliki dua istri sebelumnya. Reno mendelik sinis pada ibunya. "Mama jangan nuduh Alina sembarangan. Dia bukan wanita seperti itu, meski kami udah bercerai. Tapi dia tidak akan menjelek-jelekkan aku! Dia menghargaiku, Ma!" Weni berdecak, ketika mendengar putranya yang membela Alina dan Reno ma
Tanpa Alina ketahui, bahwa ia sedang bersama dengan pewaris Gunandya grup. Ia mengatakan kalau pria itu bisa menjadi konglomerat terkaya di Indonesia. Abimana bisa mewujudkannya dengan mudah, ia hanya perlu datang kepada ayahnya dan Wirya Gunandya akan langsung menjadikan ia sebagai pewarisnya yang sah. Akan tetapi, ia memilih untuk menyembunyikan identitas aslinya terlebih dahulu. Alina memang sudah tahu kalau Abimana telah menemukan keluarganya, tapi Abimana belum memberitahu siapa keluarganya. Alina juga minta dikenalkan kepada keluarga Abimana dan tentu saja ia akan mengenalkan Alina kepada keluarga kandungnya nanti. Di dalam perjalanan, mereka berdua mengobrol dengan akrab. Alina juga terpaksa menyuapi Abimana dengan sandwich tadi pagi, karena lelaki itu sedang menyetir. Abimana terlihat senang, karena bisa mendapatkan momen seperti ini bersama Alina. Apa lagi Alina sudah bahkan istri orang lagi. "Makasih udah disuapin, Al." Lelaki itu mengungkapkan rasa terimakasihnya pada
Setelah mengambil kunci kamar itu, Abimana dan Alina berjalan menuju ke kamar yang sudah mereka pesan dengan terpaksa. Hanya satu kamar yang tersisa mereka tidak memiliki pilihan lain lagi."Bang, adanya cuma satu kamar. Kita nggak mungkin satu kamar," ucap Alina pada Abimana, saat mereka tiba di kamar itu"Siapa bilang kita? Hanya kamu aja yang akan berada di sini," jelas Abimana."Hah? Kenapa? Kalau aku aja yang di sini, Abang gimana? Abang tidur di mana?" cerca Alina dengan bingung. Jelas-jelas hanya ada satu kamar dan Abimana bilang tidak akan berada di sana."Aku bisa tidur di mobil."Alina terkejut mendengar keputusan Abimana. "Mana boleh tidur di mobil. Bahaya, Bang.""Terus aku harus tidur di mana, Al?" tanya Abimana bingung. Ia juga tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu saat berada dalam satu kamar bersama dengan Alina.Bukannya ia tidak percaya dengan pertahanan dirinya, tapi hanya saja kita tidak tahu bagaimana setan akan datang menggoda. Terlebih, Abimana memiliki perasaa
Jantung Abimana tak bisa dikendalikan lagi, sungguh tidak aman seakan-akan copot dari tubuhnya. Sensasi bersentuhan dengan wanita yang ia cintai, sungguh seluar biasa ini rasanya. Sangat menyenangkan dan membahagiakan.Salah satu impiannya adalah bisa memiliki Alina, bisa dekat dengan Alina seperti barusan. Sekarang, kesempatan untuknya terbuka lebar, karena Alina sudah bukan milik orang lain lagi."Apa yang terjadi barusan? Deg-degannya masih kerasa." Abimana memegang dadanya yang terasa sesak berlebihan karena berdebar. Ia jadi kesulitan bernafas, seperti mau mati saja rasanya."Enggak ... enggak! Kamu belum boleh mati Abimana, kamu harus hidup agar bisa merasakan cinta Alina."Lelaki itu senyum-senyum sendiri, seperti orang yang baru saja mengalami kasmaran. Ketika sedang membersihkan tubuhnya, ia bersenandung, persis seperti orang yang jatuh cinta. Untung saja Alina tidak mendengarnya.***Setelah Alina dan Abimana selesai berpakaian, makan malam pun sudah dihidangkan. Mereka akan
Dua bulan telah berlalu sejak perceraian Alina dan Reno. Sementara kandungan Lily semakin besar dan menginjak usia 7 bulan. Sejak kandungan Lily semakin besar, Reno selalu memperhatikannya dan hubungan mereka semakin membaik. Meskipun tidak ada yang tahu, apa yang ada di dalam lubuk hati terdalam Reno. Masihkah ada nama Alina di sana?Selama dua bulan itu, Alina semakin berkembang dan tidak terpuruk dengan perceraiannya dengan Reno, seperti apa yang diharapkan oleh Lily dan Weni. Alina malah semakin bebas mengekspresikan dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sekarang, Alina melanjutkan kuliahnya yang belum usai di jurusan desain. Alina menjadi mahasiswi kesayangan dosennya, karena rajin dan cepat menangkap pelajaran. Meskipun usianya lebih tua dibandingkan mahasiswi lain di kelasnya.Lalu bagaimana dengan pekerjaan Reno? Sekarang Reno bekerja di bawah kepemimpinan ayah mertuanya dan sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Reno sudah melamar kesana
Abimana tidak mengira, kalau Reno akan mudah sekali goyah imannya. Ia jadi bertanya-tanya, apa dulu saat tergoda Lily, ia juga seperti ini? Terserahlah! Yang penting, Abimana sekarang sudah menjalankan rencananya untuk membuat Lily dan Reno merasakan akibatnya karena sudah menyakiti Alina. Abimana sengaja menyuruh seseorang untuk menggoda Reno dan mengikuti Reno ke club malam. Setelah itu, orang suruhannya akan menyebarkan foto itu di saat yang tepat. Di mana rumah tangga Reno dan Lily akan hancur, karenanya. "Enak saja kalian hidup bahagia setelah menyakiti Alina. Kalian harus tahu apa yang namanya hukum tabur tuai," gumam Abimana sambil tersenyum menyeringai saat melihat foto Reno dan wanita club itu yang tampak sangat intim. Sekarang, mudah bagi Abimana untuk menghancurkan seorang Reno. Tapi ia lebih suka cara yang perlahan-lahan, dengan menyakitkan. Daripada terus memikirkan Reno dan Lily, Abimana kembali membuka laptopnya. Namun, bukan untuk melanjutkan pekerjaannya, mel
Setiap ada apa-apa dengan Alina, sekarang Tira selalu melaporkannya pada Abimana, karena Tira tahu kalau Abimana selalu bisa membujuk dan bicara dengan Alina. Pembawaan Abimana yang lembut dan tenang, membuat Alina selalu luluh dan menurut padanya.Wanita itu langsung mengirim pesan pada Abimana dan melaporkan kalau hari ini Alina pergi ke kampus tanpa sarapan terlebih dahulu."Tumben si pak Abi lama balasnya. Biasanya gercep!" Tira heran, karena pesannya belum dibalas dan bahkan belum dibaca. Biasanya kalau masalah Alina, Abimana selalu gerak cepat.***Wanita bertubuh mungil itu bergegas mengendarai motor maticnya. Tak lupa ia memakai helm bulat, berwarna hitam biru. Ia tidak mau kalau sampai terlambat ke kampus."Bismillahirrahmanirrahim."Tak lupa Alina membaca basmallah sebelum menyalakan mesin motornya itu. Kemudian motor pun melaju dengan kecepatan standar, meninggalkan rumah Tira."Ya Allah, semoga gak telat!"Sesekali Alina melihat jam tangannya, berharap ia tidak akan terlam
Seketika tubuh Alina meremang, kala Abimana memeluknya dan bibir lelaki itu menyentuh tengkuknya dengan lembut, penuh perasaan. Gelayar aneh mulai muncul di dalam dirinya, seakan-akan meledak. Sentuhan Abimana membuat Alina geli, tapi juga merasa bahagia.Kini mereka adalah suami istri dan mereka sudah sah secara hukum negara maupun agama. Bukankah ini saatnya mereka untuk melakukan malam pertama?"Kamu wangi banget, Yang." Suara Abimana terdengar mendesah dan bibirnya masih terus mengecupi leher Alina.Wanita itu terkekeh mendengar perkataan Abimana yang terdengar seperti gombalan. "Mana ada wangi, Mas? Yang ada aku bau keringat, karena seharian di tempat acara resepsi pernikahan kita.""Keringatmu tetap wangi Sayang. Apa lagi saat kita melakukan kegiatan positif di atas ranjang itu yang membuat kita semakin berkeringat, pasti rasanya akan nikmat," ucap Abimana menggoda. Sontak saja Alina terkejut mendengar ucapan suaminya yang ternyata bisa vulgar seperti ini."Mas ..." desah Alina
Suasana di gedung hotel mewah itu menjadi saksi pernikahan Abimana dan Alina. Semuanya sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Pernikahan kedua Alina ini, jelas jauh lebih mewah dari pernikahan sebelumnya yang sederhana. Kalah jauh. Abimana lah yang menginginkan pernikahan ini menjadi pernikahan yang mewah. Ia ingin meratukan wanita yang ia cintai dengan gemerlap kemewahan dan kasih sayang. Apa yang ia lakukan ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang pria itu kepadanya. Semua wanita akan iri kepadanya hari ini, karena ia mendapatkan mempelai pria yang sangat mencintainya. Orang-orang juga akan banyak yang mendoakan agar keduanya bahagia. Sakinah, mawadah warahmah. Angga yang terharu dengan pernikahan kakaknya, tak bisa menahan tangis. Air matanya terus saja keluar, tak terkendali. Tira yang melihat itu pun mencoba membuat Angga berhenti menangis. "Masa kamu nangis sih? Ini hari bahagia kakak kamu loh. Ayo senyum ah! Jelek tahu!" tukas Tira gemas melihat
Rupanya, pria yang mengendarai mobil truk itu adalah Toni. Dengan sengaja Toni menabrak mobil yang membawa Reno dan Weni ke rumah sakit jiwa. Setelah menantikan momen di mana Reno keluar dari rumah sakit. Akhirnya waktu itu pun tiba, di mana ia akan membalaskan dendamnya pada Reno."Toni?""Jangan sentuh anak saya!" seru Weni sambil menahan rasa sakit ditubuhnya saat ia melihat sepasang mata Toni yang menatap penuh kebencian pada Reno."Diam! Ini bukan urusan lo. Ini urusan gue sama anak lo yang gila cewek dsn brengsek!" ujar Tono membentak Weni.Dengan kedua tangannya sendiri, ia menarik Reno yang terluka keluar dari mobil. Tanpa peduli tubuh Reno akan terluka oleh luka baru. Terlihat tangan Reno berdarah-darah karena kaca yang menancap di sana. Sedangkan Weni, ia hanya bisa melihat dari dalam mobil, karena ia terjebak badan mobil dan sulit untuk keluar."Reno! Reno!""Lepaskan anak saya! Jangan kamu sakiti anak saya," ujar Weni panik. Ia berusaha melepaskan dirinya dan segera meno
Rey dan ibunya terlihat senang saat mengetahui Tira sedang hamil. Sedangkan wanita itu seperti tenggelam sendiri dan merasa kalau semua ini adalah mimpi. Tira tidak percaya kalau ia bisa hamil secepat ini, padahal baru satu bulan ia dan Rey menikah."Sayang, ayo kita makan bareng sama kak Alina. Sekalian kasih tahu kabar baik ini sama dia. Dia pasti senang kalau tahu kamu sedang hamil," ucap Rey yang mengajak istrinya untuk makan bersama dengan Alina sekalian memberitahu kabar bahagia ini."Ayo. Kebetulan Angga juga ada di sini. Kita bisa kumpul barengan." Tira setuju dengan ajakan suaminya. Ia tersenyum dan tak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada sahabatnya.Tira mengusap perutnya yang masih datar dengan perasaan haru. "Nggak nyangka. Ternyata di dalam sini ada bayi aku sama Rey." Wanita itu seakan tidak percaya bahwa Allah telah memberikannya kepercayaan secepat ini untuk memiliki seorang momongan. Semua adalah kehendaknya dan pastinya Rey Tira sudah dipercaya oleh yang kuas
Diamnya Alina dan sikap abai wanita itu, membuat Abimana tidak tahan lagi. Abimana paham, mengapa wanita itu bersikap seperti ini kepadanya. Itu semua karena kebohongan yang ia lakukan. Tapi, daripada didiamkan seperti ini, di mana lebih suka kalau Alina marah-marah kepadanya. Mengutarakan semua rasa amarahnya. Sangat tidak nyaman baginya diabaikan.Abimana mengatakan kalau ia bersedia melakukan apa saja agar Alina mau memaafkannya dan mau bicara padanya. Alina pun berkata padanya. "Kalau begitu, larilah ke gunung Everest, lalu naiklah ke puncaknya. Maka, aku akan mempertimbangkan untuk memaafkan kamu Mas."Sontak saja Abimana terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alina padanya. Apa wanita itu bercanda menyuruhnya untuk berlari ke gunung Everest dan naik ke puncak gunungnya?"Kenapa malah ketawa? Kamu nggak mau aku maafin, Mas?" tanya Alina dengan wajah serius dan tatapan mata tajam pada Abimana. Tidak terlihat ada candaan di dalam raut wajahnya."Sayang. Kamu serius ny
"Dasar anak kurang ajar!"Ketika William hendak menampar Bella lagi, mamanya Bella dengan cepat menghentikan suaminya itu."Pa! Bisa kan nggak usah pakai kekerasan?" Tegur wanita paruh baya itu pada suaminya. Ia memohon pada Wiliam untuk tidak memukul Bella, menggunakan kekerasan. "Bisa kan bicara baik-baik, Pa?"William berusaha untuk meredakan emosinya yang saat ini menggebu-gebu berkat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu sudah berbuat apa pada Abimana dan tunangannya? Kamu menyinggung mereka lagi kan?" tanya William yang mencoba bicara baik-baik."Aku nggak ngelakuin apa-apa kok." Bella menyangkalnya."BOHONG!" sentak William yang seketika membuat Bella kaget. Jantungnya seakan berhenti berdetak, kala ia mendengar bentakan dari papanya."Pa ... udah.""Tolong Mama jangan ikut campur. Papa seperti ini demi mendidik anak kita. Dia sudah sangat keterlaluan, Ma." William meminta istrinya untuk diam saja.Ia pun merasakan kepada Bella bahwa perusahaan yang ia pimpin saat ini sedan
"Bang! Kak Alina kenapa?" Angga panik, begitu ia keluar dari restoran dan melihat calon kakak iparnya sedang menggendong kakaknya yang tidak sadarkan diri.Abimana menoleh ke belakang dan melihat ke arah Angga. "Kakak kamu pingsan. Abang akan bawa dia ke rumah sakit.""Ya udah ayo Bang. Aku ikut ya.""Kakak juga ikut Bi." Riana datang dan tiba-tiba saja ia mengatakan ingin ikut bersama dengan Abimana. Rianti dan Dinda berasa dibelakangnya."Nggak usah. Biar aku sama Angga aja."Abimana langsung membawa Alina ke dalam mobil. Angga juga ikut ke dalam mobilnya dan ia mengemudikan mobil Abimana. Pemuda itu terlihat mengkhawatirkan Alina, walaupun ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, dari sorot mata dan raut wajahnya sudah memperlihatkan semuanya. Bagaimana cara ia menatap kekasihnya dengan khawatir?"Bang, banyak yang ingin aku bicarakan sama Abang," kata Angga seraya melirik Abimana dari kaca depan mobil itu. Ia terlihat seperti menahan diri dari tadi."Abang akan jelasin semuany
Jawaban dari Alina, sontak saja membuat semua orang yang ada di sana menatap Alina dengan bingung. Terutama keluarga Abimana. Mereka yang baru mengetahui kalau Alina mandul dan wanita itu juga membenarkannya. "Alina, apa benar kamu mandul?" Pertanyaan Wirya kepada Alina, membuat suasana di ruangan itu mendadak dingin dan terasa tegang. Terlebih lagi, Alina menundukkan kepalanya dengan tidak percaya diri. Ia merasa takut dengan pandangan orang-orang saat ini terhadap dirinya. Namun, di sisi lainnya, Bella tersenyum melihat Alina terpojokkan setelah apa yang ia ungkapkan. Ia merasa menjadi pahlawan yang mengungkapkan fakta besar. "Iya Om, saya memang mandul." Wirya, Galih dan ketiga kakak Abimana tercengang mendengar jawaban Alina. Mereka tidak percaya kalau Alina akan mengakui itu. Sedangkan Alina, ia berpikir kalau keluarga Abimana mungkin akan membatalkan pernikahannya dan Abimana karena hal ini. "Kalau kalian mau membatalkan pernikahan karena saya mandul. Saya—" "Tidak
Rencana Toni untuk menghabisi Reno, ternyata tidak semudah yang dibayangkan olehnya. Reno tidak pernah keluar rumah sejak Lily dan bayi itu meninggal. Tapi saat ini, Reno dibawa ke rumah sakit karena kecanduan minuman keras dan ada tanda-tanda gangguan jiwa.Fakta tentang Salsa yang berpura-pura hamil dan menggugat cerai dirinya juga semakin membuatnya stress dan berakibat pada tubuhnya.Ini adalah kesempatan Toni untuk menghabisi Reno. Ia tidak bisa biarkan Reno hidup, setelah Reno membuat wanita yang ia cintai dan bayinya tiada. Ternyata bayi yang dikandung Lily sebelumnya adalah bayinya. Hal itu terbukti dari tes DNA yang dilakukan oleh Toni secara diam-diam dengan anak yang sudah tiada itu. Amarah Toni semakin memuncak, saat ia mengetahui semuanya. Dendam semakin membara saja dalam hatinya."Lily, putriku ... kalian tenang saja. Aku membalaskan dendam kalian dan membuat orang yang sudah membuat kalian seperti ini, mati dengan mengenaskan."Saat ini Toni sedang mencari celah untuk