Suara Abimana yang terdengar panik, membuat Alina ikut terkejut. Padahal ia baik-baik saja. Tapi kata rumah sakit, membuat Abimana sepanik ini. "Abang tenang ya. Aku nggak apa-apa," kata Alina menenangkan Abimana. "Rumah sakit mana, Al? Abang kesitu sekarang juga!" seru Abimana tegas. Suaranya terdengar kesal juga, karena pertanyaannya tadi tak dijawab oleh Alina. Wanita itu malah menenangkannya. "Abang, nggak usah—" "Rumah sakit mana?" tanya Abimana yang langsung memotong perkataan Alina. "Rumah sakit Harapan," jawab Alina. Pada akhirnya, Alina tidak bisa mengalahkan pria hangat yang sedang berada dalam mode khawatir itu. "Jangan kemana-mana. Abang kesana!" "Tapi aku beneran nggak apa-apa, Abang nggak usah ke—" Belum sempat Alina menyelesaikan kata-katanya, Abimana sudah lebih dulu menutup telponnya. "Jangan ke sini!" seru Alina kesal. Setelah telpon itu terputus, Alina kembali ke ruang UGD tempat pria tua yang ditolongnya tadi. Dia melihat pria tua itu sedang berusaha
Rasa penasaran membuat Wirya Gunandya datang ke kota Jakarta seorang diri tanpa pengawalan dari para ajudannya dan tanpa memakai pakaian kebesarannya yang selalu ia kenakan saat di rumahnya. Ia terlihat seperti orang tua biasa. Bukan, seperti orang berdarah biru, alias bangsawan.Wirya penasaran dengan wanita seperti apa yang mampu memikat putra bungsunya sedemikian hebat. Sampai membuat Abimana betah tinggal di Jakarta dan menunda posisinya sebagai penerus. Pastilah wanita itu bukanlah wanita biasa."Galih, bilang sama Mas? Wanita seperti apa yang membuat Abimana tergila-gila? Apa dia cantik? Pintar?" tanya Wirya kepada adiknya itu.Galih menghela napas berat, begitu mendengar pertanyaan sang kakak yang terus diulang-ulang. "Mas, sebaiknya Mas pikirkan kesembuhan Mas dulu.""Bagaimana aku bisa menjelaskannya sama mas Wirya? Kalau wanita yang digilai oleh keponakanku itu ... adalah seorang janda. Apa mas Wirya bisa menerimanya?"Bukan tanpa alasan, mengapa Galih menolak pembahasan ini
Alina merasa kesepian, merasa ada yang hilang darinya, karena Abimana tidak ada kabar sama sekali dan tidak menunjukkan batang hidungnya seperti biasa. Menyapanya di pagi hari, entah itu saat bertatap muka, lewat pesan atau telpon. Abimana hampir tidak pernah absen untuk memberikan perhatian pada Alina. Akan tetapi, selama tiga hari ini, Abimana tak menghubungi Alina atau menemuinya."Apa bang Abi sibuk ya?" gumam Alina yang mencoba berpikiran positif terhadap Abimana.Tanpa Alina sadari, Tira melihat sahabatnya itu dari balik pintu halaman belakang. Alina memang sedang berada di halaman belakang pada sore itu, seorang diri sambil memegang ponselnya dan dari tadi wajahnya tampak gelisah. Sebenarnya tidak dari tadi pagi, tapi sejak Abimana tidak ada kabar."Pak Abi gimana sih? Katanya mau deketin Alina, tapi kok malah ngilang ditelan bumi. Dia niat nggak sih?" gerutu Tira yang kesal dengan Abimana. Katanya pria itu ingin mengejar Alina, tapi malah tidak ada kabar."Kasihan kan, Alina j
Malam itu, Lily sedang menyiapkan makan malam untuk suaminya. Sekarang ia belajar memasak, karena ingin menyenangkan Reno dan membuatnya betah di rumah. Ia sama sekali belum mengecek ponselnya. Sekaligus menebus kesalahannya yang sudah menyakiti hati Reno dengan kata-katanya waktu itu. Reno masih bersikap dingin padanya, hanya perhatian kalau Lily mengeluh tentang anak mereka saja. Selebihnya, Reno cuek dan seperti kehilangan ketertarikannya pada Lily."Semoga mas Reno suka dengan masakanku. Yang ini kayaknya lebih enak dari yang kemarin," ucap Lily setelah mencoba masakannya kali ini. Masakan yang ia buat, hanya masakan sederhana. Seperti telur ceplok, telur dada, tahu bejek, tumis dan ayam goreng. Makanan yang tidak perlu bumbu-bumbu sulit untuk memasaknya."Sini! Biar Mama cobain masakan kamu," ucap Weni yang mengagetkan Lily. Lily sampai memegang dadanya, karena jantungnya hampir copot. Ibu mertuanya datang tanpa ada tanda-tandanya terlebih dahulu."Astaga, Mama!""Kenapa kamu kag
Abimana yang sedang demam tinggi itu, mengira kalau keberadaan Alina hanya mimpi. Ia pun mencium, memeluk dan mengatakan cintanya pada wanita yang berstatus janda adiknya itu. Meski bukan adik kandung, tapi setidaknya Reno dan Abimana sudah hidup sebagai adik kakak dari kecil, sejak lama. Hati dan jantung Alina berdentum hebat, saat bibirnya baru saja bersentuhan dengan bibir Abimana. Mantan kakak iparnya, yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Alina tidak percaya ini dan sekarang ia berada didepan kungkungan tubuh pria itu. "Bang, kamu—" "Sstt ....!" Jari telunjuk Abimana menempel pada bibir Alina yang sedikit basah oleh ciumannya barusan. Seketika Alina pun terdiam, ia menelan salivanya sendiri dengan susah payah. "Diam Al. Aku akan bicara di sini dan kamu harus dengar," kata Abimana sambil memegang kedua bahu wanita itu dengan erat. Tatapan mata Abimana tampak sayu, mungkin karena berada dalam keadaan setengah tak sadar. "Pertama, aku mau dipanggil Mas!" seru Abiman
Amarah Lily memuncak, darahnya mendidih, sehingga ia melampiaskan semua itu dengan melempar barang-barang yang ada disekitarnya. Weni juga tampak terkejut melihat kelakuan menantunya, yang terlihat lemah lembut, ternyata sangat menyeramkan kalau marah."Jawab Mas! Apa kamu selingkuh lagi sama mantan istri kamu itu?" Tuduh Lily pada suaminya. Ia mengira wanita yang berpelukan dengan suaminya itu adalah Alina. Karena jika dilihat dari belakang, tubuh dan tinggi Alina sama dengan Salsa."Sayang, aku nggak selingkuh. Apa lagi sama Alina. Itu nggak mungkin," sanggah Reno yang berkata jujur. Sama sekali, tidak ada niatan untuk Reno selingkuh dengan siapapun. Apa lagi Alina, karena Alina pastinya sudah jijik dengannya."Kalau Alina mau diajak selingkuh, aku pasti udah selingkuh sama dia, Ly. Tapi Alina sudah jijik sama aku," kata Reno dalam hatinya. Bisa gawat kalau Reno mengatakannya sampai dimulut dan terdengar oleh Lily, istrinya yang sedang hamil ini bisa lebih ngamuk."Bohong! Jelas-jel
Alina terkejut ketika melihat Abimana sudah berada di depan pintu kamar itu dan berjalan menghampirinya. Entah kenapa, ia merasa gugup, membeku, tak tahu harus bicara atau berbuat apa. Kejadian semalam tiba-tiba terlintas di kepalanya, bersamaan dengan perasaan ketika bibir Abimana menciumnya. Alina menggeleng-gelengkan kepalanya dengan refleks. "Al, kamu—" Wanita itu refleks menghindar dari Abimana, saat Abimana akan menyentuh tangannya. Hati Abimana mencelos melihat sikap penolakan dari Alina. "Apa Alina marah karena semalam aku menciumnya? Abimana bodoh, bisa-bisanya aku berpikir bahwa semalam adalah mimpi." Setelah melihat reaksi Alina yang menolaknya dan tidak mau melihat ke arahnya, Abimana jadi yakin. Bahwa kejadian semalam yang disinyalir sebagai mimpinya, ternyata kenyataan. Alina pasti kaget, karena semalam Abimana tiba-tiba menciumnya dan mengatakan cinta dalam kondisi seperti itu. Dalam momen yang tidak tepat, karena efek demam tinggi yang dialaminya. Selama tig
Abimana baru saja selesai mengajukkan makanan yang ia hangatkan ke atas piring, barulah saat itu ia menyadari kalau ada seseorang yang berdiri di dekat dapur. Bibirnya masih belum bicara, tapi kedua matanya sedang memindai sosok wanita yang sudah mencuri hatinya. Wanita yang berdiri di depan sana. Pakaian dan celana kedodoran yang dikenakan Alina, malah membuatnya terlihat semakin imut dan cantik. Pikiran Abimana melayang berkelana kemana-mana. Membayangkan kalau ia yang menjadi pakaian Alina dan selalu merasakan hangatnya tubuh wanita itu. Pasti ia akan menjadi pria yang paling bahagia di dunia ini. Setiap kali ia melihat kecantikan sederhana, natural Alina. Abimana selalu mengutuk adiknya yang begitu bodoh, karena sudah menyia-nyiakan bidadari sebaik dan secantik Alina. Bodoh, karena lebih memilih wanita yang jauh di bawah Alina. Sekalipun Alina memang mandul, kekurangan yang selalu diungkit-ungkit oleh Alina. Abimana akan tetap mencintainya. Menyadari Abimana yang diam saja da
Salsa tetap menolak Reno, meskipun Reno mengatakan kalau mungkin Salsa akan hamil dari perbuatannya. Namun, Salsa tetap menolak Reno, menolak jadi pelakor."Kamu bukan pelakor, Sal. Kamu akan jadi istri saya.""Saya tidak mau Om. Misal saya benar-benar jadi istri Om, saya tidak mau mengambil kebahagiaan wanita lain," tutur Salsa dengan sopan."Kenapa ... kenapa dulu Lily tidak punya pemikiran seperti kamu? Tidak ... aku tidak bisa menyalahkan Lily. Aku juga yang bernafsu padanya," gumam Reno sambil memijat kepalanya yang terasa sakit. Salsa bisa melihat kerisauan dan penyesalan seorang Reno terhadap mantan istri pertamanya."Sayang sekali, sudah terlambat untuk kamu menyesal, Om Reno," kata Salsa dalam hatinya. Sudah terlambat bagi Reno untuk menyesal, karena Alina sudah pergi dari genggamannya.Nafsu, telah membuat Reno menjadi pria paling bodoh di dunia. Kehilangan cinta sejati, demi cinta sesaat dan cinta semu. Sekarang ia baru sadar kalau Alina adalah cinta terbaik dan paling memb
Tidak ada yang bisa mencegah Reno untuk pergi dari rumahnya. Sekalipun Lily menangis dan merengek kepadanya. Reno tetap pergi meninggalkan rumahnya, karena ia perlu menenangkan diri."Aku butuh untuk setidaknya untuk semalam ini, agar aku tidak melihat kamu Ly. Jadi jangan cegah aku untuk pergi!" seru Reno seraya menepis tangan istrinya dengan kasar.Lily terlihat sedih dengan sikap suaminya."Baik Mas, aku tidak akan mencegah kamu untuk pergi. Tapi ... kamu harus janji sama aku, Mas.""Apa?""Jangan pergi ke klub malam dan jangan main sama cewek lain, Mas!" pinta Lily.Pria itu menghela napas berat saat mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia mengganggukkan kepalanya."Janji, Mas?" ucap Lily seraya memegang tangan suaminya dengan erat. Ia tidak mau kalau sampai Reno bermain dengan wanita di luar sana, karena sedang bertengkar dengannya."Iya, aku janji.""Kamu tidur duluan, kasihan anak kita kalau begadang," kata Reno mengingatkan istrinya tentang anak mereka. Setidaknya walaupun da
Setelah berbicara dengan Alina, Reno bergegas pergi ke kantor polisi untuk menemui istrinya. Membujuk istrinya agar mau meminta maaf pada Alina dan AbimanaNamun, ketika ia sampai di sana, ia melihat ayah mertuanya sedang bersama dengan Lily dan bersama seorang polisi yang menangani kasus Lily. Reno heran, mengapa ayah mertuanya ada disini? Siapa yang menghubunginya?"Pa?" sapa Reno pada ayah mertuanya itu. Akan tetapi, Hadiwijaya tidak membalas ataupun menanggapinya. Tatapannya selalu meremehkan Reno."Kamu ini gunanya apa sih Reno? Istri kamu di kantor polisi' dan kamu malah kelayapan?" ucap Hadiwijaya marah pada Reno.Reno terlihat kesal, tapi ia berusaha untuk menahan diri dan akhirnya ia menjelaskan arti kelayapan yang dimaksud oleh hadiwijaya."Maaf Pa, tapi saya nggak kelayapan seperti apa yang papa pikirkan. Saya menemui kakak saya dan Alina di rumah sakit untuk memastikan kondisinya. Saya juga meminta maaf atas nama Lily, karena Lily menyerang mereka berdua.""Ini semua terja
Meskipun hubungan mereka sudah berakhir beberapa bulan yang lalu, tapi Reno masih bisa merasakan apa yang namanya cemburu pada mantan istri pertamanya itu. Bahkan cemburu pada Alina dan kakak angkatnya sendiri. Saat tiba di rumah sakit, ia melihat adegan pelukan Alina dan Abimana yang tampak mesra. Tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya. Namun, hal yang menjadi perhatian Reno adalah bagaimana cara keduanya saling bertatapan satu sama lain. Seperti, orang yang saling jatuh cinta. "Jadi ini alasan kamu ngotot bercerai dari aku, Al?" tanya Reno dengan nada yang menyindir pada Alina. Reno juga menatap mantan istri dan kakak angkatnya dengan tajam. Terlihat jelas kedua orang itu tidak senang dengan kehadiran Reno di sana. Apalagi Alina yang sudah lebih dari kata muak. Alina terlihat malas untuk menanggapi perkataan Reno yang menuduhnya.. "Alina bukan seperti kamu, yang selingkuh sama sahabatnya sendiri. Bahkan sampai hamil." Celetuk Abimana yang membalas tuduhan Reno dengan sindi
Polisi menjelaskan kepada Reno, bahwa Lily hendak menyerang Alina, tapi Abimana menolongnya dan ialah yang menjadi korban vas bunga kaca yang dilempar oleh Lily. Reno tampak kesal, setelah mendengar masalah yang dilakukan oleh istrinya. Bukannya langsung pulang ke rumah, Lily malah membuat masalah dengan datang ke butik Tira dan mencelakai Alina.Di kantor polisi, Reno berbicara berdua dengan istrinya tentang masalah ini. Sebab, Lily akan ditahan di kantor polisi sementara waktu, karena Alina belum mencabut laporannya. Tidak disangka, Alina akan mempermasalahkan hal ini ke ranah hukum. Tapi, mengingat apa yang dilakukan oleh Lily, wajar saja jika Alina begitu marah."Sebenarnya apa yang kamu lakukan di butik Tira? Kamu mau celakain Alina, bener begitu, Ly?" tanya Reno seraya menatap istrinya dengan dalam. Berusaha menahan emosinya yang me buncah. Bahkan, sebenarnya tanpa bertanya sekalipun, Reno sudah bisa menebak apa tujuan istrinya datang ke sana. Tapi ia butuh penjelasan dari Lily.
"Kamu tenang ya ... Abang nggak apa-apa kok," ucap lelaki itu yang mencoba untuk menenangkan Alina. Alina hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Akan tetapi, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran pada pria itu. "Hey ... tenang ya. Aku baik-baik aja," kata Abimana lagi. "Kenapa sih Bang? Kenapa Abang selalu jadi pintu darurat ku? Abang selalu saja ada di saat aku berada dalam masalah dan Abang ... malah menjadi solusinya. Kenapa Abang selalu ada buat aku di saat aku butuh seseorang?" cerca Alina kepada Abimana. Kata-kata ini terlontar begitu saja dari bibirnya. Sebab hati dan pikirannya, juga berkata demikian. Ia sadar kalau selama ini Abimana selalu ada di saat ia berada dalam keadaan darurat. Abimana laksana oase ditengah gurun, bagaikan pintu darurat yang selalu tersedia, di saat ia sedang terbakar. Ia juga selalu melakukan apa pun untuk membuatnya merasa lebih baik. Alina sadar, bahwa pria ini memiliki effort penting dalam hidupnya. "Tanpa aku jawab pun. Ka
Siang itu, Abimana berencana untuk mengajak Alina makan siang bersama. Akan tetapi, jadwal rapat di kantor yang padat, membuatnya harus mengundur jadwal makan siang. Jadilah, ia baru bisa santai di sore hari. Ia membawa makanan yang manis-manis untuk Alina yang ia beli di salah satu toko kue langganan Alina.Abimana pun langsung menuju ke butik Tira, setelah mendapatkan informasi dari Tira kalau Alina berada di sana. Beberapa menit kemudian, Abimana sudah sampai di tempat parkir butik Tira dan ia memarkirkan motornya. Meskipun ia sudah memiliki kuasa dan kekayaan dari Wirya Gunandya. Tapi ia belum menggunakannya untuk sekarang.Dari luar butik, Abimana bisa melihat Lily yang sedang beradu argumen dengan Alina. Hatinya diliputi kegelisahan, saat melihat Alina bersama wanita itu. Pasalnya, tidak ada hal baik yang terjadi, ketika ada Lily disekitar Alina."Lily? Ngapain wanita itu datang kemari? Pasti dia mau membuat masalah lagi sama Alina," dengus Abimana yang sudah kesal duluan saat m
Sebenarnya Reno risih, kalau Lily pergi bersamanya ke kantor, tapi ia juga tidak mampu melarang, saat istrinya meminta untuk pergi ke kantor bersamanya. Hal ini Lily lakukan, agar menjaga Reno dari para calon pelakor yang ada di luar sana. Tidak ada salahnya waspada, ibaratkan sedia payung sebelum hujan. Ia benar-benar takut, kalau ucapan Alina akan terbukti. Bahwa akan ada orang seperti dirinya yang merebut Reno, sebagai balasan atas perbuatannya pada Alina."Sayang, apa kamu nggak bosen disini terus? Kamu nggak risih diliatin orang-orang?" tanya Reno saat ia melihat istrinya menjadi pusat perhatian staff lain di kantor tempatnya bekerja saat ini."Apanya yang risih? Aku baik-baik aja kok. Emang apa salahnya kalau istri pengen nemenin suaminya kerja di kantor?" Lily melirik suaminya dengan curiga. "Apa jangan-jangan kamu yang risih sama aku?" tanya Lily tegas.Pria itu langsung menggelengkan kepalanya, ia menyangkal pertanyaan yang seperti tuduhan untuknya itu. "Enggak sayang. Aku cu
Semua masih terekam jelas dalam ingatannya. Di mana ia bertemu dengan pria culun saat ia akan menghadapi ujian nasional. Ia menolong pria yang jatuh dari motor, karena keserempet mobil yang mengemudi dengan ugal-ugalan."Jadi ... cowok culun itu, Abang?" tanya Alina seraya menatap lekat iras tampan mantan kakak iparnya itu. Dari dekat, wajahnya memang mirip dengan pemuda yang ditolongnya waktu itu. Hanya saja, dulu Abimana memakai kacamata dan gaya rambutnya berponi. Itu sebabnya, Abimana disebut culun. Berbeda dengan Reno yang selalu berpakaian modis, gayanya trendy mengikuti zaman."Iya, aku.""Terus kenapa Abang nggak bilang kalau Abang udah pernah ketemu sama aku sebelumnya? Saat aku pertama kali ke rumah mas Reno, kenapa Abang diem aja? Abang juga pura-pura nggak kenal sama aku." Alina bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari Abimana sedikitpun.Abimana menghela napas berat, sebelum ia mengatakan segalanya. "Sebenarnya itu yang aku sesali Al. Kenapa aku nggak bicara dari dul