Amarah Lily memuncak, darahnya mendidih, sehingga ia melampiaskan semua itu dengan melempar barang-barang yang ada disekitarnya. Weni juga tampak terkejut melihat kelakuan menantunya, yang terlihat lemah lembut, ternyata sangat menyeramkan kalau marah."Jawab Mas! Apa kamu selingkuh lagi sama mantan istri kamu itu?" Tuduh Lily pada suaminya. Ia mengira wanita yang berpelukan dengan suaminya itu adalah Alina. Karena jika dilihat dari belakang, tubuh dan tinggi Alina sama dengan Salsa."Sayang, aku nggak selingkuh. Apa lagi sama Alina. Itu nggak mungkin," sanggah Reno yang berkata jujur. Sama sekali, tidak ada niatan untuk Reno selingkuh dengan siapapun. Apa lagi Alina, karena Alina pastinya sudah jijik dengannya."Kalau Alina mau diajak selingkuh, aku pasti udah selingkuh sama dia, Ly. Tapi Alina sudah jijik sama aku," kata Reno dalam hatinya. Bisa gawat kalau Reno mengatakannya sampai dimulut dan terdengar oleh Lily, istrinya yang sedang hamil ini bisa lebih ngamuk."Bohong! Jelas-jel
Alina terkejut ketika melihat Abimana sudah berada di depan pintu kamar itu dan berjalan menghampirinya. Entah kenapa, ia merasa gugup, membeku, tak tahu harus bicara atau berbuat apa. Kejadian semalam tiba-tiba terlintas di kepalanya, bersamaan dengan perasaan ketika bibir Abimana menciumnya. Alina menggeleng-gelengkan kepalanya dengan refleks. "Al, kamu—" Wanita itu refleks menghindar dari Abimana, saat Abimana akan menyentuh tangannya. Hati Abimana mencelos melihat sikap penolakan dari Alina. "Apa Alina marah karena semalam aku menciumnya? Abimana bodoh, bisa-bisanya aku berpikir bahwa semalam adalah mimpi." Setelah melihat reaksi Alina yang menolaknya dan tidak mau melihat ke arahnya, Abimana jadi yakin. Bahwa kejadian semalam yang disinyalir sebagai mimpinya, ternyata kenyataan. Alina pasti kaget, karena semalam Abimana tiba-tiba menciumnya dan mengatakan cinta dalam kondisi seperti itu. Dalam momen yang tidak tepat, karena efek demam tinggi yang dialaminya. Selama tig
Abimana baru saja selesai mengajukkan makanan yang ia hangatkan ke atas piring, barulah saat itu ia menyadari kalau ada seseorang yang berdiri di dekat dapur. Bibirnya masih belum bicara, tapi kedua matanya sedang memindai sosok wanita yang sudah mencuri hatinya. Wanita yang berdiri di depan sana. Pakaian dan celana kedodoran yang dikenakan Alina, malah membuatnya terlihat semakin imut dan cantik. Pikiran Abimana melayang berkelana kemana-mana. Membayangkan kalau ia yang menjadi pakaian Alina dan selalu merasakan hangatnya tubuh wanita itu. Pasti ia akan menjadi pria yang paling bahagia di dunia ini. Setiap kali ia melihat kecantikan sederhana, natural Alina. Abimana selalu mengutuk adiknya yang begitu bodoh, karena sudah menyia-nyiakan bidadari sebaik dan secantik Alina. Bodoh, karena lebih memilih wanita yang jauh di bawah Alina. Sekalipun Alina memang mandul, kekurangan yang selalu diungkit-ungkit oleh Alina. Abimana akan tetap mencintainya. Menyadari Abimana yang diam saja da
Semua masih terekam jelas dalam ingatannya. Di mana ia bertemu dengan pria culun saat ia akan menghadapi ujian nasional. Ia menolong pria yang jatuh dari motor, karena keserempet mobil yang mengemudi dengan ugal-ugalan."Jadi ... cowok culun itu, Abang?" tanya Alina seraya menatap lekat iras tampan mantan kakak iparnya itu. Dari dekat, wajahnya memang mirip dengan pemuda yang ditolongnya waktu itu. Hanya saja, dulu Abimana memakai kacamata dan gaya rambutnya berponi. Itu sebabnya, Abimana disebut culun. Berbeda dengan Reno yang selalu berpakaian modis, gayanya trendy mengikuti zaman."Iya, aku.""Terus kenapa Abang nggak bilang kalau Abang udah pernah ketemu sama aku sebelumnya? Saat aku pertama kali ke rumah mas Reno, kenapa Abang diem aja? Abang juga pura-pura nggak kenal sama aku." Alina bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari Abimana sedikitpun.Abimana menghela napas berat, sebelum ia mengatakan segalanya. "Sebenarnya itu yang aku sesali Al. Kenapa aku nggak bicara dari dul
Sebenarnya Reno risih, kalau Lily pergi bersamanya ke kantor, tapi ia juga tidak mampu melarang, saat istrinya meminta untuk pergi ke kantor bersamanya. Hal ini Lily lakukan, agar menjaga Reno dari para calon pelakor yang ada di luar sana. Tidak ada salahnya waspada, ibaratkan sedia payung sebelum hujan. Ia benar-benar takut, kalau ucapan Alina akan terbukti. Bahwa akan ada orang seperti dirinya yang merebut Reno, sebagai balasan atas perbuatannya pada Alina."Sayang, apa kamu nggak bosen disini terus? Kamu nggak risih diliatin orang-orang?" tanya Reno saat ia melihat istrinya menjadi pusat perhatian staff lain di kantor tempatnya bekerja saat ini."Apanya yang risih? Aku baik-baik aja kok. Emang apa salahnya kalau istri pengen nemenin suaminya kerja di kantor?" Lily melirik suaminya dengan curiga. "Apa jangan-jangan kamu yang risih sama aku?" tanya Lily tegas.Pria itu langsung menggelengkan kepalanya, ia menyangkal pertanyaan yang seperti tuduhan untuknya itu. "Enggak sayang. Aku cu
Siang itu, Abimana berencana untuk mengajak Alina makan siang bersama. Akan tetapi, jadwal rapat di kantor yang padat, membuatnya harus mengundur jadwal makan siang. Jadilah, ia baru bisa santai di sore hari. Ia membawa makanan yang manis-manis untuk Alina yang ia beli di salah satu toko kue langganan Alina.Abimana pun langsung menuju ke butik Tira, setelah mendapatkan informasi dari Tira kalau Alina berada di sana. Beberapa menit kemudian, Abimana sudah sampai di tempat parkir butik Tira dan ia memarkirkan motornya. Meskipun ia sudah memiliki kuasa dan kekayaan dari Wirya Gunandya. Tapi ia belum menggunakannya untuk sekarang.Dari luar butik, Abimana bisa melihat Lily yang sedang beradu argumen dengan Alina. Hatinya diliputi kegelisahan, saat melihat Alina bersama wanita itu. Pasalnya, tidak ada hal baik yang terjadi, ketika ada Lily disekitar Alina."Lily? Ngapain wanita itu datang kemari? Pasti dia mau membuat masalah lagi sama Alina," dengus Abimana yang sudah kesal duluan saat m
"Kamu tenang ya ... Abang nggak apa-apa kok," ucap lelaki itu yang mencoba untuk menenangkan Alina. Alina hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Akan tetapi, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran pada pria itu. "Hey ... tenang ya. Aku baik-baik aja," kata Abimana lagi. "Kenapa sih Bang? Kenapa Abang selalu jadi pintu darurat ku? Abang selalu saja ada di saat aku berada dalam masalah dan Abang ... malah menjadi solusinya. Kenapa Abang selalu ada buat aku di saat aku butuh seseorang?" cerca Alina kepada Abimana. Kata-kata ini terlontar begitu saja dari bibirnya. Sebab hati dan pikirannya, juga berkata demikian. Ia sadar kalau selama ini Abimana selalu ada di saat ia berada dalam keadaan darurat. Abimana laksana oase ditengah gurun, bagaikan pintu darurat yang selalu tersedia, di saat ia sedang terbakar. Ia juga selalu melakukan apa pun untuk membuatnya merasa lebih baik. Alina sadar, bahwa pria ini memiliki effort penting dalam hidupnya. "Tanpa aku jawab pun. Ka
Polisi menjelaskan kepada Reno, bahwa Lily hendak menyerang Alina, tapi Abimana menolongnya dan ialah yang menjadi korban vas bunga kaca yang dilempar oleh Lily. Reno tampak kesal, setelah mendengar masalah yang dilakukan oleh istrinya. Bukannya langsung pulang ke rumah, Lily malah membuat masalah dengan datang ke butik Tira dan mencelakai Alina.Di kantor polisi, Reno berbicara berdua dengan istrinya tentang masalah ini. Sebab, Lily akan ditahan di kantor polisi sementara waktu, karena Alina belum mencabut laporannya. Tidak disangka, Alina akan mempermasalahkan hal ini ke ranah hukum. Tapi, mengingat apa yang dilakukan oleh Lily, wajar saja jika Alina begitu marah."Sebenarnya apa yang kamu lakukan di butik Tira? Kamu mau celakain Alina, bener begitu, Ly?" tanya Reno seraya menatap istrinya dengan dalam. Berusaha menahan emosinya yang me buncah. Bahkan, sebenarnya tanpa bertanya sekalipun, Reno sudah bisa menebak apa tujuan istrinya datang ke sana. Tapi ia butuh penjelasan dari Lily.
Seketika tubuh Alina meremang, kala Abimana memeluknya dan bibir lelaki itu menyentuh tengkuknya dengan lembut, penuh perasaan. Gelayar aneh mulai muncul di dalam dirinya, seakan-akan meledak. Sentuhan Abimana membuat Alina geli, tapi juga merasa bahagia.Kini mereka adalah suami istri dan mereka sudah sah secara hukum negara maupun agama. Bukankah ini saatnya mereka untuk melakukan malam pertama?"Kamu wangi banget, Yang." Suara Abimana terdengar mendesah dan bibirnya masih terus mengecupi leher Alina.Wanita itu terkekeh mendengar perkataan Abimana yang terdengar seperti gombalan. "Mana ada wangi, Mas? Yang ada aku bau keringat, karena seharian di tempat acara resepsi pernikahan kita.""Keringatmu tetap wangi Sayang. Apa lagi saat kita melakukan kegiatan positif di atas ranjang itu yang membuat kita semakin berkeringat, pasti rasanya akan nikmat," ucap Abimana menggoda. Sontak saja Alina terkejut mendengar ucapan suaminya yang ternyata bisa vulgar seperti ini."Mas ..." desah Alina
Suasana di gedung hotel mewah itu menjadi saksi pernikahan Abimana dan Alina. Semuanya sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Pernikahan kedua Alina ini, jelas jauh lebih mewah dari pernikahan sebelumnya yang sederhana. Kalah jauh. Abimana lah yang menginginkan pernikahan ini menjadi pernikahan yang mewah. Ia ingin meratukan wanita yang ia cintai dengan gemerlap kemewahan dan kasih sayang. Apa yang ia lakukan ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang pria itu kepadanya. Semua wanita akan iri kepadanya hari ini, karena ia mendapatkan mempelai pria yang sangat mencintainya. Orang-orang juga akan banyak yang mendoakan agar keduanya bahagia. Sakinah, mawadah warahmah. Angga yang terharu dengan pernikahan kakaknya, tak bisa menahan tangis. Air matanya terus saja keluar, tak terkendali. Tira yang melihat itu pun mencoba membuat Angga berhenti menangis. "Masa kamu nangis sih? Ini hari bahagia kakak kamu loh. Ayo senyum ah! Jelek tahu!" tukas Tira gemas melihat
Rupanya, pria yang mengendarai mobil truk itu adalah Toni. Dengan sengaja Toni menabrak mobil yang membawa Reno dan Weni ke rumah sakit jiwa. Setelah menantikan momen di mana Reno keluar dari rumah sakit. Akhirnya waktu itu pun tiba, di mana ia akan membalaskan dendamnya pada Reno."Toni?""Jangan sentuh anak saya!" seru Weni sambil menahan rasa sakit ditubuhnya saat ia melihat sepasang mata Toni yang menatap penuh kebencian pada Reno."Diam! Ini bukan urusan lo. Ini urusan gue sama anak lo yang gila cewek dsn brengsek!" ujar Tono membentak Weni.Dengan kedua tangannya sendiri, ia menarik Reno yang terluka keluar dari mobil. Tanpa peduli tubuh Reno akan terluka oleh luka baru. Terlihat tangan Reno berdarah-darah karena kaca yang menancap di sana. Sedangkan Weni, ia hanya bisa melihat dari dalam mobil, karena ia terjebak badan mobil dan sulit untuk keluar."Reno! Reno!""Lepaskan anak saya! Jangan kamu sakiti anak saya," ujar Weni panik. Ia berusaha melepaskan dirinya dan segera meno
Rey dan ibunya terlihat senang saat mengetahui Tira sedang hamil. Sedangkan wanita itu seperti tenggelam sendiri dan merasa kalau semua ini adalah mimpi. Tira tidak percaya kalau ia bisa hamil secepat ini, padahal baru satu bulan ia dan Rey menikah."Sayang, ayo kita makan bareng sama kak Alina. Sekalian kasih tahu kabar baik ini sama dia. Dia pasti senang kalau tahu kamu sedang hamil," ucap Rey yang mengajak istrinya untuk makan bersama dengan Alina sekalian memberitahu kabar bahagia ini."Ayo. Kebetulan Angga juga ada di sini. Kita bisa kumpul barengan." Tira setuju dengan ajakan suaminya. Ia tersenyum dan tak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada sahabatnya.Tira mengusap perutnya yang masih datar dengan perasaan haru. "Nggak nyangka. Ternyata di dalam sini ada bayi aku sama Rey." Wanita itu seakan tidak percaya bahwa Allah telah memberikannya kepercayaan secepat ini untuk memiliki seorang momongan. Semua adalah kehendaknya dan pastinya Rey Tira sudah dipercaya oleh yang kuas
Diamnya Alina dan sikap abai wanita itu, membuat Abimana tidak tahan lagi. Abimana paham, mengapa wanita itu bersikap seperti ini kepadanya. Itu semua karena kebohongan yang ia lakukan. Tapi, daripada didiamkan seperti ini, di mana lebih suka kalau Alina marah-marah kepadanya. Mengutarakan semua rasa amarahnya. Sangat tidak nyaman baginya diabaikan.Abimana mengatakan kalau ia bersedia melakukan apa saja agar Alina mau memaafkannya dan mau bicara padanya. Alina pun berkata padanya. "Kalau begitu, larilah ke gunung Everest, lalu naiklah ke puncaknya. Maka, aku akan mempertimbangkan untuk memaafkan kamu Mas."Sontak saja Abimana terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alina padanya. Apa wanita itu bercanda menyuruhnya untuk berlari ke gunung Everest dan naik ke puncak gunungnya?"Kenapa malah ketawa? Kamu nggak mau aku maafin, Mas?" tanya Alina dengan wajah serius dan tatapan mata tajam pada Abimana. Tidak terlihat ada candaan di dalam raut wajahnya."Sayang. Kamu serius ny
"Dasar anak kurang ajar!"Ketika William hendak menampar Bella lagi, mamanya Bella dengan cepat menghentikan suaminya itu."Pa! Bisa kan nggak usah pakai kekerasan?" Tegur wanita paruh baya itu pada suaminya. Ia memohon pada Wiliam untuk tidak memukul Bella, menggunakan kekerasan. "Bisa kan bicara baik-baik, Pa?"William berusaha untuk meredakan emosinya yang saat ini menggebu-gebu berkat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu sudah berbuat apa pada Abimana dan tunangannya? Kamu menyinggung mereka lagi kan?" tanya William yang mencoba bicara baik-baik."Aku nggak ngelakuin apa-apa kok." Bella menyangkalnya."BOHONG!" sentak William yang seketika membuat Bella kaget. Jantungnya seakan berhenti berdetak, kala ia mendengar bentakan dari papanya."Pa ... udah.""Tolong Mama jangan ikut campur. Papa seperti ini demi mendidik anak kita. Dia sudah sangat keterlaluan, Ma." William meminta istrinya untuk diam saja.Ia pun merasakan kepada Bella bahwa perusahaan yang ia pimpin saat ini sedan
"Bang! Kak Alina kenapa?" Angga panik, begitu ia keluar dari restoran dan melihat calon kakak iparnya sedang menggendong kakaknya yang tidak sadarkan diri.Abimana menoleh ke belakang dan melihat ke arah Angga. "Kakak kamu pingsan. Abang akan bawa dia ke rumah sakit.""Ya udah ayo Bang. Aku ikut ya.""Kakak juga ikut Bi." Riana datang dan tiba-tiba saja ia mengatakan ingin ikut bersama dengan Abimana. Rianti dan Dinda berasa dibelakangnya."Nggak usah. Biar aku sama Angga aja."Abimana langsung membawa Alina ke dalam mobil. Angga juga ikut ke dalam mobilnya dan ia mengemudikan mobil Abimana. Pemuda itu terlihat mengkhawatirkan Alina, walaupun ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, dari sorot mata dan raut wajahnya sudah memperlihatkan semuanya. Bagaimana cara ia menatap kekasihnya dengan khawatir?"Bang, banyak yang ingin aku bicarakan sama Abang," kata Angga seraya melirik Abimana dari kaca depan mobil itu. Ia terlihat seperti menahan diri dari tadi."Abang akan jelasin semuany
Jawaban dari Alina, sontak saja membuat semua orang yang ada di sana menatap Alina dengan bingung. Terutama keluarga Abimana. Mereka yang baru mengetahui kalau Alina mandul dan wanita itu juga membenarkannya. "Alina, apa benar kamu mandul?" Pertanyaan Wirya kepada Alina, membuat suasana di ruangan itu mendadak dingin dan terasa tegang. Terlebih lagi, Alina menundukkan kepalanya dengan tidak percaya diri. Ia merasa takut dengan pandangan orang-orang saat ini terhadap dirinya. Namun, di sisi lainnya, Bella tersenyum melihat Alina terpojokkan setelah apa yang ia ungkapkan. Ia merasa menjadi pahlawan yang mengungkapkan fakta besar. "Iya Om, saya memang mandul." Wirya, Galih dan ketiga kakak Abimana tercengang mendengar jawaban Alina. Mereka tidak percaya kalau Alina akan mengakui itu. Sedangkan Alina, ia berpikir kalau keluarga Abimana mungkin akan membatalkan pernikahannya dan Abimana karena hal ini. "Kalau kalian mau membatalkan pernikahan karena saya mandul. Saya—" "Tidak
Rencana Toni untuk menghabisi Reno, ternyata tidak semudah yang dibayangkan olehnya. Reno tidak pernah keluar rumah sejak Lily dan bayi itu meninggal. Tapi saat ini, Reno dibawa ke rumah sakit karena kecanduan minuman keras dan ada tanda-tanda gangguan jiwa.Fakta tentang Salsa yang berpura-pura hamil dan menggugat cerai dirinya juga semakin membuatnya stress dan berakibat pada tubuhnya.Ini adalah kesempatan Toni untuk menghabisi Reno. Ia tidak bisa biarkan Reno hidup, setelah Reno membuat wanita yang ia cintai dan bayinya tiada. Ternyata bayi yang dikandung Lily sebelumnya adalah bayinya. Hal itu terbukti dari tes DNA yang dilakukan oleh Toni secara diam-diam dengan anak yang sudah tiada itu. Amarah Toni semakin memuncak, saat ia mengetahui semuanya. Dendam semakin membara saja dalam hatinya."Lily, putriku ... kalian tenang saja. Aku membalaskan dendam kalian dan membuat orang yang sudah membuat kalian seperti ini, mati dengan mengenaskan."Saat ini Toni sedang mencari celah untuk