Jantung Abimana tak bisa dikendalikan lagi, sungguh tidak aman seakan-akan copot dari tubuhnya. Sensasi bersentuhan dengan wanita yang ia cintai, sungguh seluar biasa ini rasanya. Sangat menyenangkan dan membahagiakan.Salah satu impiannya adalah bisa memiliki Alina, bisa dekat dengan Alina seperti barusan. Sekarang, kesempatan untuknya terbuka lebar, karena Alina sudah bukan milik orang lain lagi."Apa yang terjadi barusan? Deg-degannya masih kerasa." Abimana memegang dadanya yang terasa sesak berlebihan karena berdebar. Ia jadi kesulitan bernafas, seperti mau mati saja rasanya."Enggak ... enggak! Kamu belum boleh mati Abimana, kamu harus hidup agar bisa merasakan cinta Alina."Lelaki itu senyum-senyum sendiri, seperti orang yang baru saja mengalami kasmaran. Ketika sedang membersihkan tubuhnya, ia bersenandung, persis seperti orang yang jatuh cinta. Untung saja Alina tidak mendengarnya.***Setelah Alina dan Abimana selesai berpakaian, makan malam pun sudah dihidangkan. Mereka akan
Dua bulan telah berlalu sejak perceraian Alina dan Reno. Sementara kandungan Lily semakin besar dan menginjak usia 7 bulan. Sejak kandungan Lily semakin besar, Reno selalu memperhatikannya dan hubungan mereka semakin membaik. Meskipun tidak ada yang tahu, apa yang ada di dalam lubuk hati terdalam Reno. Masihkah ada nama Alina di sana?Selama dua bulan itu, Alina semakin berkembang dan tidak terpuruk dengan perceraiannya dengan Reno, seperti apa yang diharapkan oleh Lily dan Weni. Alina malah semakin bebas mengekspresikan dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sekarang, Alina melanjutkan kuliahnya yang belum usai di jurusan desain. Alina menjadi mahasiswi kesayangan dosennya, karena rajin dan cepat menangkap pelajaran. Meskipun usianya lebih tua dibandingkan mahasiswi lain di kelasnya.Lalu bagaimana dengan pekerjaan Reno? Sekarang Reno bekerja di bawah kepemimpinan ayah mertuanya dan sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Reno sudah melamar kesana
Abimana tidak mengira, kalau Reno akan mudah sekali goyah imannya. Ia jadi bertanya-tanya, apa dulu saat tergoda Lily, ia juga seperti ini?Terserahlah! Yang penting, Abimana sekarang sudah menjalankan rencananya untuk membuat Lily dan Reno merasakan akibatnya karena sudah menyakiti Alina. Abimana sengaja menyuruh seseorang untuk menggoda Reno dan mengikuti Reno ke club malam.Setelah itu, orang suruhannya akan menyebarkan foto itu di saat yang tepat. Di mana rumah tangga Reno dan Lily akan hancur, karenanya."Enak saja kalian hidup bahagia setelah menyakiti Alina. Kalian harus tahu apa yang namanya hukum tabur tuai," gumam Abimana sambil tersenyum menyeringai saat melihat foto Reno dan wanita club itu yang tampak sangat intim.Sekarang, mudah bagi Abimana untuk menghancurkan seorang Reno. Tapi ia lebih suka cara yang perlahan-lahan, dengan menyakitkan.Daripada terus memikirkan Reno dan Lily, Abimana kembali membuka laptopnya. Namun, bukan untuk melanjutkan pekerjaannya, melainkan un
"Uhhh ... " "Aarggh ... " Kedua mata Alina yang semula terpejam, langsung terbuka perlahan, begitu dia mendengar suara-suara aneh dari luar kamarnya. Wanita itu benar-benar terbangun, bertepatan dengan kerongkongannya yang kering dan perlu di basahi. Alina melangkah keluar dari kamarnya, sambil membawa botol minuman kosong, lalu dia berjalan menuju ke arah dapur. Semakin dia melangkah mendekati dapur, suara-suara aneh itu semakin terdengar keras. Namun, suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Dia familiar dengan suara tersebut. Alangkah terkejutnya Alina, saat dia melihat dua insan manusia yang tengah memadu kasih, di atas meja dapur dengan sangat intim. Sontak saja, Alina menghentikan langkah dan memalingkan wajahnya, guna menghindari pemandangan tersebut. Niatnya, mengambil air pun menjadi urung. Dia kembali melangkahkan kakinya, menuju ke arah kamar dengan perasaan yang berkecamuk. Hatinya bak dihantam godam berat, sampai dadanya terasa sesak. Sebelum masuk ke dala
Perkataan Alina itu, sukses membuat suami dan madunya bungkam untuk sesaat. Raut wajah mereka semakin terlihat merasa bersalah. Lily menghampiri kakak madu sekaligus sahabatnya itu dengan wajah melas. Dia mengenggam tangan Alina, matanya berkaca-kaca. "Alina, maafin aku. Ini semua salah aku ... kamu jangan salahkan Mas Reno. Seharusnya aku dan Mas Reno bisa menahan diri dan tidak melakukannya di sana. Tapi kamu tenang aja, mulai malam ini dan seterusnya, Mas Reno akan tidur sama kamu!" Kata-kata yang dilontarkan oleh Lily, seperti sebuah pemberitahuan pada Alina jika mereka semakin mesra dan intim. Setelah 2 bulan ini terus mendiamkan mereka bersikap sesukanya, kini wanita berambut panjang itu pun akhirnya bereaksi. "Aku tahu kok, kalau hubungan kamu sama Mas Reno sangat mesra dan semakin lengket. Udah, nggak usah diperjelas lagi. Aku udah lihat dengan JELAS." Alina tersenyum tipis, dengan atensi tajam tertuju pada madunya itu. Raut wajah Lily langsung berubah, seolah dia ditin
Semua orang terkejut, begitu mereka melihat Lily jatuh tak sadarkan diri. Perdebatan Reno dan Alina, terpaksa harus berhenti karena Lily yang pingsan. Reno dan Weni panik melihatnya, mereka bergerak lebih dulu menghampiri Lily yang sudah tergeletak di atas lantai. Sedangkan Alina dan Abimana, masih berdiri di tempat mereka sambil melihat ke arah Lily."Lily! Sayang! Kamu kenapa?" Reno menepuk-nepuk pelan pipi Lily dan matanya memancarkan kekhawatiran pada istri keduanya itu."Lily ... kamu kenapa, Nak?"Tidak hanya Reno, Weni juga panik, karena sangat mengkhawatirkan menantunya. Padahal masih ada menantunya yang lain, yang harus dia perhatikan juga.Hati Alina hancur, saat dia melihat suaminya sangat mengkhawatirkan istri keduanya. Rasa cemburu itu semakin menggebu, sampai air matanya berdesakan ingin segera keluar dari tempatnya. Namun, sebisa mungkin Alina menahannya agar tidak terlihat menyedihkan di sana."Reno, cepat kamu bawa istri kamu ke rumah sakit!" Titah Weni pada putra ked
Tubuh Alina membeku, jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga, manakala dia mendengar kabar tentang kehamilan madunya. Seharusnya ini adalah kabar baik yang bisa membuatnya bahagia, karena suaminya akan memiliki keturunan setelah 5 tahun menunggu. Akan tetapi, hati Alina tidak merasa bahagia dengan kabar ini.Perkataan ibu mertuanya, bagaikan hujan petir yang datang di siang bolong. Mampu meluluhlantakkan perasaannya."Iya, Lily sedang hamil anak Reno. Tadi dokter memeriksanya di rumah sakit dan ternyata dia hamil. Terbukti kan, sekarang? Kalau kamu itu memang mandul?" Sarkas Weni kepada menantu pertamanya itu dan tanpa mempedulikan perasaan Alina sama sekali.Wajah pucat Alina, kedua mata wanita itu yang tampak mengembun, sama sekali tidak membuat Weni bersimpati kepadanya. Dia malah terlihat senang menyudutkan Alina tentang kemandulan."Ma, udah cukup." Reno meminta ibunya untuk tidak bicara lagi, karena sebenarnya hati Reno juga sakit mendengar Alina dihina dan disudutkan
Alih-alih membujuk suaminya agar tidak marah, Alina malah mengucapkan kata-kata yang membuat suaminya semakin marah. Ya, Reno marah, saat mendengar Alina malah mengusirnya. Seharusnya, hari ini menjadi hari yang bahagia untuk Reno dan Alina, karena kehamilan Lily. Akan tetapi, sikap Alina malah mengacaukan segalanya. Reno pun mulai membenarkan apa yang dikatakan oleh ibunya, bahwa sebenarnya Alina memang tidak senang dia bahagia. "Keluar Mas, aku lelah. Aku mau istirahat." Alina mengusir suaminya untuk kedua kalinya, sambil memalingkan wajah dari pria itu. Dia tidak mau kamu sampai Reno melihatnya menangis. Tapi, jika pria itu cukup peka akan perasaannya, mungkin Reno akan bertanya bagaimana perasaan istri pertamanya saat ini. "Keterlaluan kamu Alina! Apa kamu benar-benar nggak suka lihat aku sama Lily bahagia? Bisa-bisanya kamu sikap kayak gini, saat tahu Lily hamil?" Reno mencecar istrinya sambil marah-marah. Dia kecewa karena Alina tidak menunjukkan kebahagiaan atas kabar ini. "