Tanpa Alina ketahui, bahwa ia sedang bersama dengan pewaris Gunandya grup. Ia mengatakan kalau pria itu bisa menjadi konglomerat terkaya di Indonesia. Abimana bisa mewujudkannya dengan mudah, ia hanya perlu datang kepada ayahnya dan Wirya Gunandya akan langsung menjadikan ia sebagai pewarisnya yang sah. Akan tetapi, ia memilih untuk menyembunyikan identitas aslinya terlebih dahulu. Alina memang sudah tahu kalau Abimana telah menemukan keluarganya, tapi Abimana belum memberitahu siapa keluarganya. Alina juga minta dikenalkan kepada keluarga Abimana dan tentu saja ia akan mengenalkan Alina kepada keluarga kandungnya nanti. Di dalam perjalanan, mereka berdua mengobrol dengan akrab. Alina juga terpaksa menyuapi Abimana dengan sandwich tadi pagi, karena lelaki itu sedang menyetir. Abimana terlihat senang, karena bisa mendapatkan momen seperti ini bersama Alina. Apa lagi Alina sudah bahkan istri orang lagi. "Makasih udah disuapin, Al." Lelaki itu mengungkapkan rasa terimakasihnya pada
Setelah mengambil kunci kamar itu, Abimana dan Alina berjalan menuju ke kamar yang sudah mereka pesan dengan terpaksa. Hanya satu kamar yang tersisa mereka tidak memiliki pilihan lain lagi."Bang, adanya cuma satu kamar. Kita nggak mungkin satu kamar," ucap Alina pada Abimana, saat mereka tiba di kamar itu"Siapa bilang kita? Hanya kamu aja yang akan berada di sini," jelas Abimana."Hah? Kenapa? Kalau aku aja yang di sini, Abang gimana? Abang tidur di mana?" cerca Alina dengan bingung. Jelas-jelas hanya ada satu kamar dan Abimana bilang tidak akan berada di sana."Aku bisa tidur di mobil."Alina terkejut mendengar keputusan Abimana. "Mana boleh tidur di mobil. Bahaya, Bang.""Terus aku harus tidur di mana, Al?" tanya Abimana bingung. Ia juga tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu saat berada dalam satu kamar bersama dengan Alina.Bukannya ia tidak percaya dengan pertahanan dirinya, tapi hanya saja kita tidak tahu bagaimana setan akan datang menggoda. Terlebih, Abimana memiliki perasaa
Jantung Abimana tak bisa dikendalikan lagi, sungguh tidak aman seakan-akan copot dari tubuhnya. Sensasi bersentuhan dengan wanita yang ia cintai, sungguh seluar biasa ini rasanya. Sangat menyenangkan dan membahagiakan.Salah satu impiannya adalah bisa memiliki Alina, bisa dekat dengan Alina seperti barusan. Sekarang, kesempatan untuknya terbuka lebar, karena Alina sudah bukan milik orang lain lagi."Apa yang terjadi barusan? Deg-degannya masih kerasa." Abimana memegang dadanya yang terasa sesak berlebihan karena berdebar. Ia jadi kesulitan bernafas, seperti mau mati saja rasanya."Enggak ... enggak! Kamu belum boleh mati Abimana, kamu harus hidup agar bisa merasakan cinta Alina."Lelaki itu senyum-senyum sendiri, seperti orang yang baru saja mengalami kasmaran. Ketika sedang membersihkan tubuhnya, ia bersenandung, persis seperti orang yang jatuh cinta. Untung saja Alina tidak mendengarnya.***Setelah Alina dan Abimana selesai berpakaian, makan malam pun sudah dihidangkan. Mereka akan
Dua bulan telah berlalu sejak perceraian Alina dan Reno. Sementara kandungan Lily semakin besar dan menginjak usia 7 bulan. Sejak kandungan Lily semakin besar, Reno selalu memperhatikannya dan hubungan mereka semakin membaik. Meskipun tidak ada yang tahu, apa yang ada di dalam lubuk hati terdalam Reno. Masihkah ada nama Alina di sana?Selama dua bulan itu, Alina semakin berkembang dan tidak terpuruk dengan perceraiannya dengan Reno, seperti apa yang diharapkan oleh Lily dan Weni. Alina malah semakin bebas mengekspresikan dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sekarang, Alina melanjutkan kuliahnya yang belum usai di jurusan desain. Alina menjadi mahasiswi kesayangan dosennya, karena rajin dan cepat menangkap pelajaran. Meskipun usianya lebih tua dibandingkan mahasiswi lain di kelasnya.Lalu bagaimana dengan pekerjaan Reno? Sekarang Reno bekerja di bawah kepemimpinan ayah mertuanya dan sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Reno sudah melamar kesana
Abimana tidak mengira, kalau Reno akan mudah sekali goyah imannya. Ia jadi bertanya-tanya, apa dulu saat tergoda Lily, ia juga seperti ini? Terserahlah! Yang penting, Abimana sekarang sudah menjalankan rencananya untuk membuat Lily dan Reno merasakan akibatnya karena sudah menyakiti Alina. Abimana sengaja menyuruh seseorang untuk menggoda Reno dan mengikuti Reno ke club malam. Setelah itu, orang suruhannya akan menyebarkan foto itu di saat yang tepat. Di mana rumah tangga Reno dan Lily akan hancur, karenanya. "Enak saja kalian hidup bahagia setelah menyakiti Alina. Kalian harus tahu apa yang namanya hukum tabur tuai," gumam Abimana sambil tersenyum menyeringai saat melihat foto Reno dan wanita club itu yang tampak sangat intim. Sekarang, mudah bagi Abimana untuk menghancurkan seorang Reno. Tapi ia lebih suka cara yang perlahan-lahan, dengan menyakitkan. Daripada terus memikirkan Reno dan Lily, Abimana kembali membuka laptopnya. Namun, bukan untuk melanjutkan pekerjaannya, mel
Setiap ada apa-apa dengan Alina, sekarang Tira selalu melaporkannya pada Abimana, karena Tira tahu kalau Abimana selalu bisa membujuk dan bicara dengan Alina. Pembawaan Abimana yang lembut dan tenang, membuat Alina selalu luluh dan menurut padanya.Wanita itu langsung mengirim pesan pada Abimana dan melaporkan kalau hari ini Alina pergi ke kampus tanpa sarapan terlebih dahulu."Tumben si pak Abi lama balasnya. Biasanya gercep!" Tira heran, karena pesannya belum dibalas dan bahkan belum dibaca. Biasanya kalau masalah Alina, Abimana selalu gerak cepat.***Wanita bertubuh mungil itu bergegas mengendarai motor maticnya. Tak lupa ia memakai helm bulat, berwarna hitam biru. Ia tidak mau kalau sampai terlambat ke kampus."Bismillahirrahmanirrahim."Tak lupa Alina membaca basmallah sebelum menyalakan mesin motornya itu. Kemudian motor pun melaju dengan kecepatan standar, meninggalkan rumah Tira."Ya Allah, semoga gak telat!"Sesekali Alina melihat jam tangannya, berharap ia tidak akan terlam
Suara Abimana yang terdengar panik, membuat Alina ikut terkejut. Padahal ia baik-baik saja. Tapi kata rumah sakit, membuat Abimana sepanik ini. "Abang tenang ya. Aku nggak apa-apa," kata Alina menenangkan Abimana. "Rumah sakit mana, Al? Abang kesitu sekarang juga!" seru Abimana tegas. Suaranya terdengar kesal juga, karena pertanyaannya tadi tak dijawab oleh Alina. Wanita itu malah menenangkannya. "Abang, nggak usah—" "Rumah sakit mana?" tanya Abimana yang langsung memotong perkataan Alina. "Rumah sakit Harapan," jawab Alina. Pada akhirnya, Alina tidak bisa mengalahkan pria hangat yang sedang berada dalam mode khawatir itu. "Jangan kemana-mana. Abang kesana!" "Tapi aku beneran nggak apa-apa, Abang nggak usah ke—" Belum sempat Alina menyelesaikan kata-katanya, Abimana sudah lebih dulu menutup telponnya. "Jangan ke sini!" seru Alina kesal. Setelah telpon itu terputus, Alina kembali ke ruang UGD tempat pria tua yang ditolongnya tadi. Dia melihat pria tua itu sedang berusaha
Rasa penasaran membuat Wirya Gunandya datang ke kota Jakarta seorang diri tanpa pengawalan dari para ajudannya dan tanpa memakai pakaian kebesarannya yang selalu ia kenakan saat di rumahnya. Ia terlihat seperti orang tua biasa. Bukan, seperti orang berdarah biru, alias bangsawan.Wirya penasaran dengan wanita seperti apa yang mampu memikat putra bungsunya sedemikian hebat. Sampai membuat Abimana betah tinggal di Jakarta dan menunda posisinya sebagai penerus. Pastilah wanita itu bukanlah wanita biasa."Galih, bilang sama Mas? Wanita seperti apa yang membuat Abimana tergila-gila? Apa dia cantik? Pintar?" tanya Wirya kepada adiknya itu.Galih menghela napas berat, begitu mendengar pertanyaan sang kakak yang terus diulang-ulang. "Mas, sebaiknya Mas pikirkan kesembuhan Mas dulu.""Bagaimana aku bisa menjelaskannya sama mas Wirya? Kalau wanita yang digilai oleh keponakanku itu ... adalah seorang janda. Apa mas Wirya bisa menerimanya?"Bukan tanpa alasan, mengapa Galih menolak pembahasan ini
Salsa tetap menolak Reno, meskipun Reno mengatakan kalau mungkin Salsa akan hamil dari perbuatannya. Namun, Salsa tetap menolak Reno, menolak jadi pelakor."Kamu bukan pelakor, Sal. Kamu akan jadi istri saya.""Saya tidak mau Om. Misal saya benar-benar jadi istri Om, saya tidak mau mengambil kebahagiaan wanita lain," tutur Salsa dengan sopan."Kenapa ... kenapa dulu Lily tidak punya pemikiran seperti kamu? Tidak ... aku tidak bisa menyalahkan Lily. Aku juga yang bernafsu padanya," gumam Reno sambil memijat kepalanya yang terasa sakit. Salsa bisa melihat kerisauan dan penyesalan seorang Reno terhadap mantan istri pertamanya."Sayang sekali, sudah terlambat untuk kamu menyesal, Om Reno," kata Salsa dalam hatinya. Sudah terlambat bagi Reno untuk menyesal, karena Alina sudah pergi dari genggamannya.Nafsu, telah membuat Reno menjadi pria paling bodoh di dunia. Kehilangan cinta sejati, demi cinta sesaat dan cinta semu. Sekarang ia baru sadar kalau Alina adalah cinta terbaik dan paling memb
Tidak ada yang bisa mencegah Reno untuk pergi dari rumahnya. Sekalipun Lily menangis dan merengek kepadanya. Reno tetap pergi meninggalkan rumahnya, karena ia perlu menenangkan diri."Aku butuh untuk setidaknya untuk semalam ini, agar aku tidak melihat kamu Ly. Jadi jangan cegah aku untuk pergi!" seru Reno seraya menepis tangan istrinya dengan kasar.Lily terlihat sedih dengan sikap suaminya."Baik Mas, aku tidak akan mencegah kamu untuk pergi. Tapi ... kamu harus janji sama aku, Mas.""Apa?""Jangan pergi ke klub malam dan jangan main sama cewek lain, Mas!" pinta Lily.Pria itu menghela napas berat saat mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia mengganggukkan kepalanya."Janji, Mas?" ucap Lily seraya memegang tangan suaminya dengan erat. Ia tidak mau kalau sampai Reno bermain dengan wanita di luar sana, karena sedang bertengkar dengannya."Iya, aku janji.""Kamu tidur duluan, kasihan anak kita kalau begadang," kata Reno mengingatkan istrinya tentang anak mereka. Setidaknya walaupun da
Setelah berbicara dengan Alina, Reno bergegas pergi ke kantor polisi untuk menemui istrinya. Membujuk istrinya agar mau meminta maaf pada Alina dan AbimanaNamun, ketika ia sampai di sana, ia melihat ayah mertuanya sedang bersama dengan Lily dan bersama seorang polisi yang menangani kasus Lily. Reno heran, mengapa ayah mertuanya ada disini? Siapa yang menghubunginya?"Pa?" sapa Reno pada ayah mertuanya itu. Akan tetapi, Hadiwijaya tidak membalas ataupun menanggapinya. Tatapannya selalu meremehkan Reno."Kamu ini gunanya apa sih Reno? Istri kamu di kantor polisi' dan kamu malah kelayapan?" ucap Hadiwijaya marah pada Reno.Reno terlihat kesal, tapi ia berusaha untuk menahan diri dan akhirnya ia menjelaskan arti kelayapan yang dimaksud oleh hadiwijaya."Maaf Pa, tapi saya nggak kelayapan seperti apa yang papa pikirkan. Saya menemui kakak saya dan Alina di rumah sakit untuk memastikan kondisinya. Saya juga meminta maaf atas nama Lily, karena Lily menyerang mereka berdua.""Ini semua terja
Meskipun hubungan mereka sudah berakhir beberapa bulan yang lalu, tapi Reno masih bisa merasakan apa yang namanya cemburu pada mantan istri pertamanya itu. Bahkan cemburu pada Alina dan kakak angkatnya sendiri. Saat tiba di rumah sakit, ia melihat adegan pelukan Alina dan Abimana yang tampak mesra. Tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya. Namun, hal yang menjadi perhatian Reno adalah bagaimana cara keduanya saling bertatapan satu sama lain. Seperti, orang yang saling jatuh cinta. "Jadi ini alasan kamu ngotot bercerai dari aku, Al?" tanya Reno dengan nada yang menyindir pada Alina. Reno juga menatap mantan istri dan kakak angkatnya dengan tajam. Terlihat jelas kedua orang itu tidak senang dengan kehadiran Reno di sana. Apalagi Alina yang sudah lebih dari kata muak. Alina terlihat malas untuk menanggapi perkataan Reno yang menuduhnya.. "Alina bukan seperti kamu, yang selingkuh sama sahabatnya sendiri. Bahkan sampai hamil." Celetuk Abimana yang membalas tuduhan Reno dengan sindi
Polisi menjelaskan kepada Reno, bahwa Lily hendak menyerang Alina, tapi Abimana menolongnya dan ialah yang menjadi korban vas bunga kaca yang dilempar oleh Lily. Reno tampak kesal, setelah mendengar masalah yang dilakukan oleh istrinya. Bukannya langsung pulang ke rumah, Lily malah membuat masalah dengan datang ke butik Tira dan mencelakai Alina.Di kantor polisi, Reno berbicara berdua dengan istrinya tentang masalah ini. Sebab, Lily akan ditahan di kantor polisi sementara waktu, karena Alina belum mencabut laporannya. Tidak disangka, Alina akan mempermasalahkan hal ini ke ranah hukum. Tapi, mengingat apa yang dilakukan oleh Lily, wajar saja jika Alina begitu marah."Sebenarnya apa yang kamu lakukan di butik Tira? Kamu mau celakain Alina, bener begitu, Ly?" tanya Reno seraya menatap istrinya dengan dalam. Berusaha menahan emosinya yang me buncah. Bahkan, sebenarnya tanpa bertanya sekalipun, Reno sudah bisa menebak apa tujuan istrinya datang ke sana. Tapi ia butuh penjelasan dari Lily.
"Kamu tenang ya ... Abang nggak apa-apa kok," ucap lelaki itu yang mencoba untuk menenangkan Alina. Alina hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Akan tetapi, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran pada pria itu. "Hey ... tenang ya. Aku baik-baik aja," kata Abimana lagi. "Kenapa sih Bang? Kenapa Abang selalu jadi pintu darurat ku? Abang selalu saja ada di saat aku berada dalam masalah dan Abang ... malah menjadi solusinya. Kenapa Abang selalu ada buat aku di saat aku butuh seseorang?" cerca Alina kepada Abimana. Kata-kata ini terlontar begitu saja dari bibirnya. Sebab hati dan pikirannya, juga berkata demikian. Ia sadar kalau selama ini Abimana selalu ada di saat ia berada dalam keadaan darurat. Abimana laksana oase ditengah gurun, bagaikan pintu darurat yang selalu tersedia, di saat ia sedang terbakar. Ia juga selalu melakukan apa pun untuk membuatnya merasa lebih baik. Alina sadar, bahwa pria ini memiliki effort penting dalam hidupnya. "Tanpa aku jawab pun. Ka
Siang itu, Abimana berencana untuk mengajak Alina makan siang bersama. Akan tetapi, jadwal rapat di kantor yang padat, membuatnya harus mengundur jadwal makan siang. Jadilah, ia baru bisa santai di sore hari. Ia membawa makanan yang manis-manis untuk Alina yang ia beli di salah satu toko kue langganan Alina.Abimana pun langsung menuju ke butik Tira, setelah mendapatkan informasi dari Tira kalau Alina berada di sana. Beberapa menit kemudian, Abimana sudah sampai di tempat parkir butik Tira dan ia memarkirkan motornya. Meskipun ia sudah memiliki kuasa dan kekayaan dari Wirya Gunandya. Tapi ia belum menggunakannya untuk sekarang.Dari luar butik, Abimana bisa melihat Lily yang sedang beradu argumen dengan Alina. Hatinya diliputi kegelisahan, saat melihat Alina bersama wanita itu. Pasalnya, tidak ada hal baik yang terjadi, ketika ada Lily disekitar Alina."Lily? Ngapain wanita itu datang kemari? Pasti dia mau membuat masalah lagi sama Alina," dengus Abimana yang sudah kesal duluan saat m
Sebenarnya Reno risih, kalau Lily pergi bersamanya ke kantor, tapi ia juga tidak mampu melarang, saat istrinya meminta untuk pergi ke kantor bersamanya. Hal ini Lily lakukan, agar menjaga Reno dari para calon pelakor yang ada di luar sana. Tidak ada salahnya waspada, ibaratkan sedia payung sebelum hujan. Ia benar-benar takut, kalau ucapan Alina akan terbukti. Bahwa akan ada orang seperti dirinya yang merebut Reno, sebagai balasan atas perbuatannya pada Alina."Sayang, apa kamu nggak bosen disini terus? Kamu nggak risih diliatin orang-orang?" tanya Reno saat ia melihat istrinya menjadi pusat perhatian staff lain di kantor tempatnya bekerja saat ini."Apanya yang risih? Aku baik-baik aja kok. Emang apa salahnya kalau istri pengen nemenin suaminya kerja di kantor?" Lily melirik suaminya dengan curiga. "Apa jangan-jangan kamu yang risih sama aku?" tanya Lily tegas.Pria itu langsung menggelengkan kepalanya, ia menyangkal pertanyaan yang seperti tuduhan untuknya itu. "Enggak sayang. Aku cu
Semua masih terekam jelas dalam ingatannya. Di mana ia bertemu dengan pria culun saat ia akan menghadapi ujian nasional. Ia menolong pria yang jatuh dari motor, karena keserempet mobil yang mengemudi dengan ugal-ugalan."Jadi ... cowok culun itu, Abang?" tanya Alina seraya menatap lekat iras tampan mantan kakak iparnya itu. Dari dekat, wajahnya memang mirip dengan pemuda yang ditolongnya waktu itu. Hanya saja, dulu Abimana memakai kacamata dan gaya rambutnya berponi. Itu sebabnya, Abimana disebut culun. Berbeda dengan Reno yang selalu berpakaian modis, gayanya trendy mengikuti zaman."Iya, aku.""Terus kenapa Abang nggak bilang kalau Abang udah pernah ketemu sama aku sebelumnya? Saat aku pertama kali ke rumah mas Reno, kenapa Abang diem aja? Abang juga pura-pura nggak kenal sama aku." Alina bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari Abimana sedikitpun.Abimana menghela napas berat, sebelum ia mengatakan segalanya. "Sebenarnya itu yang aku sesali Al. Kenapa aku nggak bicara dari dul