Rumi yang tidak terima dengan jawaban Darel, bersiap untuk maju ke arah Darel, namun tubuhnya ditahan oleh Isa. pria yang baru keluar Rumah Sakit itu, menggeleng pelan. Zola sendiri melakukan hal yang sama. wanita berwajah cantik itu juga menggeleng pelan, berusaha untuk meyakinkan diri ini tidak mimpi. Rumi sama sekali tidak memberitahu bahwa akan kembali secepat ini. tapi, lihatlah sahabatnya yang kini tengah berada di ruangannya dengan wajah memerah menahan emosi.“Zola jangan hanya diam saja, seharusnya kau marah dan mengusirnya pergi dari sini!” Rumi menunjuk pada Darel, pria itu terlihat tersenyum. senyum yang begitu menyebalkan dari sudut pandang Rumi.“Darel, lebih baik kau keluar saja. ada beberapa hal yang harus aku bahas dengan Isa.” Akhirnya Zola bersuara, membuat keputusan yang tepat menurut Rumi. jawaban Zola, membuat Rumi berada diatas angin. terlebih, saat menyadari panggilan Zola pada Darel sudah tidak ada embel-embel kata 'Mas'.“Jangan bilang, kalian akan bekerja sa
“Buatin makanan yang enak, jangan malas-malasan!” ucap Rosa saat kakinya sudah menginjak ruang dapur. Surti yang mendengar hal itu, pura-pura tidak mendengar dan kembali mencuci piring.“Budek ya, babu! aku bilang cepet buatin aku makan. Lo tuh, digaji buat kerja, bukan buat bengong di rumah ini!” Rosa merasa kesal karena Surti tidak merespon ucapannya.“Mau dimasakin apa, mbak?”“Eh, enak aja Lo manggil aku mbak! Nyonya dong, panggil nyonya Mananta!”Zola dan Darel yang baru saja masuk ke dalam rumah, mendengar keributan itu. tanpa menunggu lama, Zola dan Darel bergegas untuk melihat kegilaan apa yang kali ini diciptakan oleh Rosa.“Sebentar lagi, aku akan jadi istri Darel. jadi, mulai sekarang belajarlah untuk memanggil ku dengan sebutan nyonya Rosa Mananta. mengerti babu tua nggak tahu diri? dahlah, mending cepet masakin aku, sebelum Zola lampir itu balik ke rumah!”“Jangan dimasakin, bi. biar saja dia masak sendiri, tugas bibi hanya melayani keluarga inti di rumah ini. tamu nggak
Hari ini, dokter Harun kedatangan pasien yang spesial. Yang dimaksud spesial disini, bukan karena pasien itu diperlakukan lebih baik dari pada pasien lainnya. menurut dokter yang sudah hampir lima belas tahun menangani kasus, kali ini dokter Harun merasa tergelitik untuk lebih bisa menyelami kehidupan pasiennya yang menurutnya unik. ya, pasien itu tidak langsung adalah Darel Mananta. pasien dengan diagnosis positif Gonore itu, memiliki kasus yang hampir sama dengan pasien-pasiennya namun lebih memilih untuk pergi ke kliniknya ditemani oleh selingkuhannya.Saat pintu ruangan terbuka, dokter Harun kembali memasang wajah datar. namun, detik berikutnya ia dibuat bingung dengan kedatangan Darel bersama dengan wanita yang berbeda. Darel tidak lagi membawa selingkuhannya itu. paras cantik Zola, memberikan sebuah pertanyaan yang langsung menyerang otak dokter Harun. ingin bertanya, tapi sebisa mungkin ia menahannya.“Perkenalkan, dokter. ini, Zola istri saya,” kata Darel saat pria itu sudah d
Setelah memeriksa keadaan tubuh Darel, Dokter yang terlihat berkarisma itu kembali duduk dan menoleh ke arah Zola. Darel masih terbaring di atas ranjang dan belum berminat untuk bergabung bersama Zola. “Seharusnya anda sekarang fokus pada rumah tangga anda. padahal, kalau boleh jujur sebagai seorang pria normal, saya akan lebih suka dengan istri sah anda. tapi jangan salah paham, bukan dalam artian fisik. ini lebih ke attitude saja. baiklah, saya yakin obat yang selama sudah satu Minggu yang saya berikan telah habis, dan ini akan saya buatkan resep obat yang baru.” dokter Harun terlihat menuliskan sesuatu. “Jadi, menurut dokter selingkuhan suami saya harus diperiksa ke dokter kandungan?” Dokter Harun menghentikan kegiatannya, lalu mendongak menatap wajah Zola.“Saya harap, anda legowo.” Sahutnya sambil kembali menuliskan kata-kata. Darel hanya bisa pasrah, lalu kembali ke tempat duduknya.“Jika wanita itu mengandung anak suami saya, apakah saya bisa menuntut agar anak itu digugurka
“Bagaimana keadaan mama?”Dessy yang mendapatkan kejutan dengan kedatangan Zola, terlihat begitu bahagia. wanita paruh baya itu mencoba untuk bersandar pada kepala ranjang, tapi tidak diizinkan oleh Zola. “Mama berbaring saja, jangan terlalu memaksakan diri.” tegur iniZola yang diangguki oleh Dessy.“Kalian datang barengan?” “Iya ma, aku tadi nemenin Darel untuk kontrol,” sahut Zola, tangannya meraih jemari tangan Dessy. menggenggam erat tangan keriput yang nampak lemah itu. melihat ekspresi wajah Dessy yang kebingungan, Zola melanjutkan perkataannya. “ Sekarang, aku sudah kembali lagi ke rumah, ma. Mama cepat sembuh ya, biar kita bisa satu rumah lagi.”“Zola, jangan bercanda. jangan membohongi mama, hanya untuk membuat mama senang. sebagai sesama wanita, mama tahu bagaimana rasa sakit hati yang kau pendam. terlebih, Darel juga sudah mengajak wanita itu di rumah,” Dessy tidak langsung mempercayai ucapan Zola.“Yang aku katakan benar ma, tanyakan saja pada Darel. aku merubah keputusan
“Zola ingin agar aku mencari dokter Jantung terbaik untuk mengoperasi mertuanya.” Daries berucap sesaat setelah ia mendapat telpon dari Zola. Dania yang mendengar hal itu, nampak tidak terlalu suka. walaupun Dessy sudah baik pada Zola, tetap saja ia tidak terima dengan hal yang dilakukan oleh Darel. “Terserah, aku tidak ingin ikut campur. jujur saja, aku kesal dengan permintaan Zola yang tidak masuk akal dan dirimu justru menyetujuinya!”Daries hanya tersenyum tipis sembari mengangkat kedua bahu.“Seharusnya, kau larang Zola melakukan hal itu. sebagai ayah, apa tidak ada lagi hal yang bisa kau lakukan kecuali membuatnya berada dalam bahaya?”“Dania sayang, untuk apa aku mengkhawatirkan seseorang yang tidak bisa aku andalkan. aku lebih suka dengan anak lelaki yang memiliki prinsip. sebenarnya Zola memiliki hal itu dalam dirinya, tapi sayangnya dia adalah wanita yang selalu mengandalkan perasaan daripada logika.” Sahut Daries, tangannya terulur untuk mengambil gelas berisi kopi hitam b
“Ada kabar yang kurang menyenangkan.” Doni membuka pembicaraan. menunggu Edgar membuka sebuah pembicaraan, sepertinya itu tidak mungkin. sejak tadi, Edgar justru terlihat begitu fokus pada layar ponselnya. padahal, kedatangan Doni ke rumah Edgar ini merupakan permintaan Edgar sendiri yang mengatakan ada hal penting yang harus ia kerjakan. parahnya lagi, saat itu Doni tengah berkencan dengan kekasih barunya. menyebalkan sekali!Mendengar pernyataan Doni, Edgar lantas memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.“Katakan,”“Sepertinya orang tua Zola Maharani akan mengadakan pesta ulang tahun perayaan Hotel mereka.”“Lalu? apa masalahnya?” Edgar masih belum mengerti.“Ulang tahun Hotel mereka, bertepatan dengan acara anniversary wedding pak Valden dan Bu Rabia, orang tua anda.”Edgar gegas untuk kembali mengambil ponselnya.“Jam?”“Sama persis dan itu bisa jadi masalah internal. para tamu undangan juga hampir sama, hal itulah yang membuat beberapa rekan kerja bisnis sedikit gundah, bing
Pernyataan Edgar membuat Rabia sedikit tersinggung. wanita itu, lalu melempar pandang pada Doni. tanpa menunggu lama, Doni terlihat mampu mengartikan tatapan Rabia.“Saya sudah berusaha untuk meyakinkan Tuan Edgar untuk ikut andil dalam acara perdana ini. tapi, beliau lebih memilih untuk pergi ke acara keluarga Joyokusumo. untuk alasannya, tentu saja demi kelangsungan bisnis yang selama ini dijalani oleh Tuan Edgar sendiri.”“Tidak masuk akal!” Rabia kembali memfokuskan pandangannya pada Edgar. “ Jangan mempermalukan kami. kau harus hadir dalam acara perdana yang diadakan oleh ayahmu.”“Tapi, ada syaratnya,”Rabia mendesah pasrah, berdebat dengan darah dagingnya sendiri sungguh sangat menguras tenaga.“Aku akan mengundang seseorang untuk menjadi pasanganku. tidak peduli dengan konsekuensi yang nantinya akan aku ciptakan, biarkan aku melangkah pada pilihanku sendiri.”Rabia ragu, namun ia tak bisa gegabah langsung menolak permintaan Edgar. jika ia menolak, tentulah rencananya akan bera