“Zola ingin agar aku mencari dokter Jantung terbaik untuk mengoperasi mertuanya.” Daries berucap sesaat setelah ia mendapat telpon dari Zola. Dania yang mendengar hal itu, nampak tidak terlalu suka. walaupun Dessy sudah baik pada Zola, tetap saja ia tidak terima dengan hal yang dilakukan oleh Darel. “Terserah, aku tidak ingin ikut campur. jujur saja, aku kesal dengan permintaan Zola yang tidak masuk akal dan dirimu justru menyetujuinya!”Daries hanya tersenyum tipis sembari mengangkat kedua bahu.“Seharusnya, kau larang Zola melakukan hal itu. sebagai ayah, apa tidak ada lagi hal yang bisa kau lakukan kecuali membuatnya berada dalam bahaya?”“Dania sayang, untuk apa aku mengkhawatirkan seseorang yang tidak bisa aku andalkan. aku lebih suka dengan anak lelaki yang memiliki prinsip. sebenarnya Zola memiliki hal itu dalam dirinya, tapi sayangnya dia adalah wanita yang selalu mengandalkan perasaan daripada logika.” Sahut Daries, tangannya terulur untuk mengambil gelas berisi kopi hitam b
“Ada kabar yang kurang menyenangkan.” Doni membuka pembicaraan. menunggu Edgar membuka sebuah pembicaraan, sepertinya itu tidak mungkin. sejak tadi, Edgar justru terlihat begitu fokus pada layar ponselnya. padahal, kedatangan Doni ke rumah Edgar ini merupakan permintaan Edgar sendiri yang mengatakan ada hal penting yang harus ia kerjakan. parahnya lagi, saat itu Doni tengah berkencan dengan kekasih barunya. menyebalkan sekali!Mendengar pernyataan Doni, Edgar lantas memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.“Katakan,”“Sepertinya orang tua Zola Maharani akan mengadakan pesta ulang tahun perayaan Hotel mereka.”“Lalu? apa masalahnya?” Edgar masih belum mengerti.“Ulang tahun Hotel mereka, bertepatan dengan acara anniversary wedding pak Valden dan Bu Rabia, orang tua anda.”Edgar gegas untuk kembali mengambil ponselnya.“Jam?”“Sama persis dan itu bisa jadi masalah internal. para tamu undangan juga hampir sama, hal itulah yang membuat beberapa rekan kerja bisnis sedikit gundah, bing
Pernyataan Edgar membuat Rabia sedikit tersinggung. wanita itu, lalu melempar pandang pada Doni. tanpa menunggu lama, Doni terlihat mampu mengartikan tatapan Rabia.“Saya sudah berusaha untuk meyakinkan Tuan Edgar untuk ikut andil dalam acara perdana ini. tapi, beliau lebih memilih untuk pergi ke acara keluarga Joyokusumo. untuk alasannya, tentu saja demi kelangsungan bisnis yang selama ini dijalani oleh Tuan Edgar sendiri.”“Tidak masuk akal!” Rabia kembali memfokuskan pandangannya pada Edgar. “ Jangan mempermalukan kami. kau harus hadir dalam acara perdana yang diadakan oleh ayahmu.”“Tapi, ada syaratnya,”Rabia mendesah pasrah, berdebat dengan darah dagingnya sendiri sungguh sangat menguras tenaga.“Aku akan mengundang seseorang untuk menjadi pasanganku. tidak peduli dengan konsekuensi yang nantinya akan aku ciptakan, biarkan aku melangkah pada pilihanku sendiri.”Rabia ragu, namun ia tak bisa gegabah langsung menolak permintaan Edgar. jika ia menolak, tentulah rencananya akan bera
Seperti dugaan Zola, wanita bertubuh mungil itu diturunkan tepat di depan Hotel. agar tidak dicurigai oleh Darel, Zola berpura-pura memasuki Hotel. namun, sampai di Lobby Hotel, Zola kembali keluar. seperti pemikiran Zola, Darel tidak memberikan kesempatan untuk Zola mengetahui tempat tujuannya bersama dengan Rosa. tidak kehabisan ide, Zola berusaha untuk menghubungi nomor ponsel yang tadi ia kirimi pesan. namun, ponsel yang dihubungi justru tidak aktif.saat memutuskan untuk mencari Taksi, sebuah mobil keluaran terbaru berhenti tepat di hadapannya. Zola masih menerka-nerka, siapa pengemudinya. sampai saat kaca jendela sedikit diturunkan, Zola baru menyadari bahwa pengemudi mobil itu tidak lain adalah Edgar. “Masuklah!” Zola mengangguk mengiyakan, lalu bergegas untuk masuk kedalam mobil. wanita itu tanpa ragu memilih untuk duduk di samping kursi pengemudi.“orangku sudah mengikuti mereka. jadi, tenang saja kita akan tahu, kemana perginya Darel.” Kata Edgar saat mobil yang ia kendarai
Dokter yang memiliki nama asli Tania Putri itu, nampak tidak senang dengan pengakuan Rosa. dokter Tania meletakkan Stetoskop yang dikalungkan di lehernya ke atas meja. sepertinya, akan panjang urusannya bersama dengan pasangan yang hari ini berada di kliniknya ini. “Kenapa harus digugurkan? seharusnya kalian bahagia bisa mendapatkan rezeki yang belum tentu didapatkan oleh pasangan yang mendambakan memiliki buah hati.” Rosa menundukkan wajahnya, tidak berani menatap langsung wajah sang dokter. merasa kata-katanya tepat sasaran, dokter Tania kembali melanjutkan ucapannya. “ Manusia diberikan akal pikiran sebelum berbuat sesuatu. jadi, terima resikonya. sebagai dokter, kami juga pernah disumpah untuk tidak melanggar hukum atau lebih tepatnya menggunakan keahlian kami untuk digunakan melawan hukum. janin yang ada di kandungan anda berhak untuk hidup. Jadi tolong, bersikaplah layaknya seorang manusia yang memiliki hati. saya akan bantu dengan segenap kemampuan saya. Kita akan menjalani
Dan sesampainya di rumah, Zola bergegas untuk sengaja duduk di ruang tamu untuk menyambut kedatangan Darel dan Rosa. Zola yakin, tidak mungkin Darel langsung pergi ke Hotel, tentunya pria itu akan mengantarkan Rosa pulang terlebih dahulu. butuh waktu yang cukup lama sampai akhirnya deru suara mobil Darel terdengar sudah memasuki halaman depan rumah.“Kalian sudah pulang?” sambut Zola saat Darel dan Rosa sudah menginjakkan kaki di rumah. Rosa terlihat tidak memperdulikan ucapan Zola. ia bermaksud untuk langsung pergi ke kamarnya.“Bagaimana hasilnya? Positif?”Langkah kaki Darel dan Zola terhenti, keduanya menoleh pada Zola yang nampak tersenyum tipis sembari menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir Rosa.“Apa maksudmu mengatakan hal itu? jangan-jangan kau membuntuti kami!” tebak Rosa.Zola mengangkat kedua bahu acuh.“Lantas, mengapa kau menanyakan hasilnya? pasti kau tadi sudah mengikuti kami sampai ke Klinik!” Rosa tidak dapat mengontrol emosi. Darel hanya mampu mendesah pasrah
Zola mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa operasi pemasangan ring jantung mama mertuanya akan dilakukan hari ini. Zola sempat berpikir akan mengatakan kabar baik ini pada Darel, namun ia urung melakukannya karena masih kesal dengan suaminya itu. sebelum berangkat ke Rumah Sakit, Zola menghubungi Rumi terlebih dahulu. tentunya, ia ingin ditemani oleh sahabatnya itu.“Sudah di dalam?” Rumi datang saat Zola sudah berada di depan ruangan Operasi yang nampak lampunya telah menyala, menandakan bahwa saat ini ruangan itu tengah digunakan untuk tindakan medis.Zola mengangguk kecil, lalu memberi isyarat agar Rumi duduk disebelahnya.“Bismillah, insyaallah akan lancar operasinya.” Ucap Rumi, tangannya menggenggam erat tangan kanan Zola. Rumi dapat melihat raut kegelisahan pada diri Zola.“Aku belum sempat bertemu dengan mama sebelum masuk ruang operasi. ayah mengabariku mendadak atau, mungkin saja beliau sengaja melakukan ini,”“Jangan bicara seperti itu. aku yakin, om Daries tidak bermaksud u
Manusia berhak untuk merencanakan sesuatu yang menurut mereka itu adalah hal yang paling baik untuk kehidupannya. tapi, jangan pernah melupakan satu hal. bagaimana pun rencana hebat itu sudah tersusun dengan rapi, tetap saja semuanya Tuhan yang menentukan. sama halnya dengan yang saat ini dialami oleh Zola, wanita dengan paras cantik itu tampak begitu tidak tenang. sudah tiga jam lamanya ia menunggu di depan ruang operasi. namun, sepertinya belum ada tanda-tanda pintu ruangan itu akan terbuka.“Ini sudah lewat jam makan siang, lebih baik kita ke kantin dulu, Zola.” Rumi mencoba untuk mengingatkan. Zola mendesah pasrah, menelan ludah berulang kali juga tidak akan membuat perutnya kenyang begitu saja. sejak tadi pagi juga Zola belum sarapan, dan jujur saja yang dirasakannya saat ini perih dibagian perutnya.“Jangan bilang pagi tadi, kau juga belum sarapan?” tuntut Rumi curiga saat melihat ekspresi wajah Zola yang sedikit memucat.“Zola!” Rumi kehabisan stok kesabarannya.“Aku lupa sara