Seperti dugaan Zola, wanita bertubuh mungil itu diturunkan tepat di depan Hotel. agar tidak dicurigai oleh Darel, Zola berpura-pura memasuki Hotel. namun, sampai di Lobby Hotel, Zola kembali keluar. seperti pemikiran Zola, Darel tidak memberikan kesempatan untuk Zola mengetahui tempat tujuannya bersama dengan Rosa. tidak kehabisan ide, Zola berusaha untuk menghubungi nomor ponsel yang tadi ia kirimi pesan. namun, ponsel yang dihubungi justru tidak aktif.saat memutuskan untuk mencari Taksi, sebuah mobil keluaran terbaru berhenti tepat di hadapannya. Zola masih menerka-nerka, siapa pengemudinya. sampai saat kaca jendela sedikit diturunkan, Zola baru menyadari bahwa pengemudi mobil itu tidak lain adalah Edgar. “Masuklah!” Zola mengangguk mengiyakan, lalu bergegas untuk masuk kedalam mobil. wanita itu tanpa ragu memilih untuk duduk di samping kursi pengemudi.“orangku sudah mengikuti mereka. jadi, tenang saja kita akan tahu, kemana perginya Darel.” Kata Edgar saat mobil yang ia kendarai
Dokter yang memiliki nama asli Tania Putri itu, nampak tidak senang dengan pengakuan Rosa. dokter Tania meletakkan Stetoskop yang dikalungkan di lehernya ke atas meja. sepertinya, akan panjang urusannya bersama dengan pasangan yang hari ini berada di kliniknya ini. “Kenapa harus digugurkan? seharusnya kalian bahagia bisa mendapatkan rezeki yang belum tentu didapatkan oleh pasangan yang mendambakan memiliki buah hati.” Rosa menundukkan wajahnya, tidak berani menatap langsung wajah sang dokter. merasa kata-katanya tepat sasaran, dokter Tania kembali melanjutkan ucapannya. “ Manusia diberikan akal pikiran sebelum berbuat sesuatu. jadi, terima resikonya. sebagai dokter, kami juga pernah disumpah untuk tidak melanggar hukum atau lebih tepatnya menggunakan keahlian kami untuk digunakan melawan hukum. janin yang ada di kandungan anda berhak untuk hidup. Jadi tolong, bersikaplah layaknya seorang manusia yang memiliki hati. saya akan bantu dengan segenap kemampuan saya. Kita akan menjalani
Dan sesampainya di rumah, Zola bergegas untuk sengaja duduk di ruang tamu untuk menyambut kedatangan Darel dan Rosa. Zola yakin, tidak mungkin Darel langsung pergi ke Hotel, tentunya pria itu akan mengantarkan Rosa pulang terlebih dahulu. butuh waktu yang cukup lama sampai akhirnya deru suara mobil Darel terdengar sudah memasuki halaman depan rumah.“Kalian sudah pulang?” sambut Zola saat Darel dan Rosa sudah menginjakkan kaki di rumah. Rosa terlihat tidak memperdulikan ucapan Zola. ia bermaksud untuk langsung pergi ke kamarnya.“Bagaimana hasilnya? Positif?”Langkah kaki Darel dan Zola terhenti, keduanya menoleh pada Zola yang nampak tersenyum tipis sembari menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir Rosa.“Apa maksudmu mengatakan hal itu? jangan-jangan kau membuntuti kami!” tebak Rosa.Zola mengangkat kedua bahu acuh.“Lantas, mengapa kau menanyakan hasilnya? pasti kau tadi sudah mengikuti kami sampai ke Klinik!” Rosa tidak dapat mengontrol emosi. Darel hanya mampu mendesah pasrah
Zola mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa operasi pemasangan ring jantung mama mertuanya akan dilakukan hari ini. Zola sempat berpikir akan mengatakan kabar baik ini pada Darel, namun ia urung melakukannya karena masih kesal dengan suaminya itu. sebelum berangkat ke Rumah Sakit, Zola menghubungi Rumi terlebih dahulu. tentunya, ia ingin ditemani oleh sahabatnya itu.“Sudah di dalam?” Rumi datang saat Zola sudah berada di depan ruangan Operasi yang nampak lampunya telah menyala, menandakan bahwa saat ini ruangan itu tengah digunakan untuk tindakan medis.Zola mengangguk kecil, lalu memberi isyarat agar Rumi duduk disebelahnya.“Bismillah, insyaallah akan lancar operasinya.” Ucap Rumi, tangannya menggenggam erat tangan kanan Zola. Rumi dapat melihat raut kegelisahan pada diri Zola.“Aku belum sempat bertemu dengan mama sebelum masuk ruang operasi. ayah mengabariku mendadak atau, mungkin saja beliau sengaja melakukan ini,”“Jangan bicara seperti itu. aku yakin, om Daries tidak bermaksud u
Manusia berhak untuk merencanakan sesuatu yang menurut mereka itu adalah hal yang paling baik untuk kehidupannya. tapi, jangan pernah melupakan satu hal. bagaimana pun rencana hebat itu sudah tersusun dengan rapi, tetap saja semuanya Tuhan yang menentukan. sama halnya dengan yang saat ini dialami oleh Zola, wanita dengan paras cantik itu tampak begitu tidak tenang. sudah tiga jam lamanya ia menunggu di depan ruang operasi. namun, sepertinya belum ada tanda-tanda pintu ruangan itu akan terbuka.“Ini sudah lewat jam makan siang, lebih baik kita ke kantin dulu, Zola.” Rumi mencoba untuk mengingatkan. Zola mendesah pasrah, menelan ludah berulang kali juga tidak akan membuat perutnya kenyang begitu saja. sejak tadi pagi juga Zola belum sarapan, dan jujur saja yang dirasakannya saat ini perih dibagian perutnya.“Jangan bilang pagi tadi, kau juga belum sarapan?” tuntut Rumi curiga saat melihat ekspresi wajah Zola yang sedikit memucat.“Zola!” Rumi kehabisan stok kesabarannya.“Aku lupa sara
“Apa aku harus mengatakan soal operasi mama pada Darel?” Zola menatap ponselnya yang terus bergetar saat ada seseorang yang berusaha untuk menghubungi ponselnya. ya, orang yang sejak tadi menghubungi Zola adalah Darel. Rumi mengalihkan pandangannya pada ponsel Zola yang sejak tadi bergetar di atas meja. makannya jadi sedikit terganggu karena ulah suami Zola itu.“Angkat saja dan katakan yang sejujurnya. walaupun menyebalkan, tapi dia berhak tahu tentang keadaan Tante Dessy. biar bagaimanapun, Darel adalah anaknya."Zola hanya bisa menghela napas pelan, lalu menekan layar ponselnya dan mengaktifkan pengeras suara.‘Hallo, sayang…’Rumi hampir saja muntah mendengar kalimat sayang yang diucapkan oleh Darel. bisa-bisanya pria itu mengatakan hal yang berbanding terbalik dengan kenyataan yang sesungguhnya.“Ada apa menghubungi ku?” Zola tidak langsung memberi kabar soal operasi yang kini tengah dijalani oleh Dessy.‘Aku hanya penasaran, kenapa kau tidak berada di Hotel. apa saat ini kau be
Zola tidak berhenti berucap syukur pada Tuhan karena operasi pemasangan ring jantung Dessy berjalan begitu lancar tanpa ada hambatan. butuh waktu selama hampir empat jam lamanya dan hasilnya tidak mengecewakan. Zola diberi arahan oleh dokter, bahwa Dessy saat ini sedang berada pada tahap pemulihan dan belum sadar pasca operasi. butuh waktu sedikit lebih lama bagi Dessy agar bisa sadar kembali. jadi, untuk sementara waktu dokter spesialis jantung yang menangani Dessy memutuskan agar wanita paruh baya itu ditempatkan di ruang ICU, agar bisa dipantau secara langsung oleh tenaga medis yang bertugas tentunya. Zola sendiri belum diperbolehkan untuk melihat keadaan Dessy. “Setidaknya, kita sudah tahu kalau operasinya berjalan dengan lancar.” Rumi mengelus lembut punggung Zola, memberikan kekuatan untuk sahabatnya itu.Zola mengangguk mengiyakan, pandangannya masih tertuju pada ruang ICU.“Bagaimana kalau kau istirahat saja? jaga kesehatan mu, Zola. jangan sampai asam lambung mu…”“Iya, Bu
Edgar hanya memandang malas saat rumahnya sudah dipenuhi oleh orang-orang yang mulai mengerjakan tugasnya untuk acara yang akan diadakan besok malam. menurut Edgar sendiri, ibunya terlalu berlebihan karena sudah membuang-buang waktu dan uang untuk melakukan hal yang sia-sia ini. padahal, sudah beberapa dekade terakhir keluarga Valden tidak pernah mau berurusan dengan wartawan ataupun awak media. tapi, entah dapat hasutan apa sampai orang tuanya itu membuang prinsip lamanya.“Selamat pagi, sayang!” sambut Rabia dengan tersenyum saat melihat Edgar ikut bergabung di meja makan.“Kenapa rumah kita berubah seperti pasar malam di pagi buta ini?” sarkas Edgar. tidak peduli pelototan mata ibunya itu, Edgar mengambil selai kacang strawberry untuk dioleskan pada roti tawarnya.“Sudahlah sayang, kau terima beres saja. serahkan ini pada ibu. mereka harus memastikan bahwa tidak ada kesalahan untuk besok.” Jawab sang ibu sambil menuangkan susu pada gelas Edgar.“Jangan sampai telat, kau adalah tok