Home / Pernikahan / Dikhianati Suami Dinikahi CEO / Bertemu yang Sudah Mati

Share

Bertemu yang Sudah Mati

Author: Arrafina
last update Last Updated: 2024-11-21 13:28:35

"Itu Mas Bagas," ucap Inara sambil berlari kecil.

Betapa terkejutnya ia melihat pria yang ada di depan matanya. Hatinya berdegup kencang seperti genderang, rasa bahagia sedih bercampur menjadi satu. Ia menatap lekat pria itu. Sampai pintu lift terbuka, Inara tidak sedikit pun melepaskan tatapannya kepada pria itu.

Inara mengikuti kemana Bagas pergi, terlihat pria itu seperti terburu-buru. Banyak sekali pertanyaan di kepala cantik Inara mengenai kecelakaan itu dan kenapa bisa Bagas masih hidup. Inara berjalan semakin cepat seperti angin tanpa menghiraukan seseorang di depannya.

Brukk!

Inara menabrak tubuh tegap. Tangannya sedikit menyentuh dada bidang seorang pria tampan di hadapannya. Langkahnya hampir saja limpung karena tak seimbang menahan berat badannya. Namun tangan kekar seseorang menarik lengannya hingga tubuh Inara kini berada di dalam dekapan pria tampan itu.

"Bisa kau lepaskan aku!"

Pria itu menggelengkan kepalanya terus menatap lekat wajah cantik Inara, "Bukankah kau yang menabrakku?"

Inara mendengkus kesal. "Maaf aku tidak sengaja. Aku sedang terburu-buru."

Pria tampan itu hanya diam. Namun, matanya terus menelisik tubuh Inara seakan sedang memindainya. Inara merasa risih. Dia mendongak, membuat mata mereka bertemu.

“Please … lepaskan aku!!”

Hanya helaan napas panjang yang terdengar dibarengi tangan pria tampan itu yang mengurai cekalannya. Inara menghela napas lega. Ia merapikan bajunya.

"Boleh aku tahu siapa namamu?" tanya pria tampan itu kemudian.

Inara tak menjawab dan pergi begitu saja, dia tidak mau kehilangan Bagas. Berbeda dengan pria tampan itu yang terus menatap punggung Inara.

"Pak Daniel!!" panggil seseorang.

Pria tampan yang bernama Daniel itu terkejut dan melihat ke arah suara. Tampak seorang pria berpenampilan rapi sedang berdiri menatapnya dengan senyum terkembang.

"Ada apa, Joe?" tanya Daniel beralasan agar tak diketahui asistennya jikalau dia tertangkap basah sedang memandangi wajah cantik Inara.

"Kita harus masuk sekarang, Pak. Meeting segera dimulai."

Daniel menghela napas panjang sambil mengangguk. Sekilas matanya beredar hanya untuk mencari sosok Inara. Sayangnya Inara sudah menghilang.

Sementara itu, Inara terus berjalan menyusuri area kantor. Ia masih penasaran dengan sosok yang dilihat mirip Bagas tadi.

"Sialan!! Gara-gara aku nabrak orang jadi kehilangan Mas Bagas, kan?"

Inara terdiam mengedarkan sepasang bola matanya ke penjuru arah namun tak juga menemukan pria yang dia cari tadi. Lagi-lagi helaan napas panjang keluar masuk dari bibirnya.

“Bukannya Mas Bagas sudah meninggal, apa mungkin yang kulihat tadi Mas Bagas?”

Inara menggelengkan kepala dengan cepat.

“Tidak!! Aku pasti berhalusinasi tadi. Bisa jadi aku masih belum terima jika Mas Bagas sudah meninggal dan berulah seperti ini.”

Inara terdiam, kemudian matanya tertuju ke jam di pergelangan tangannya.

“ASTAGA!!! Aku ada interview. Gawat, aku gak boleh telat!!”

Tanpa banyak bicara lagi, Inara langsung berjalan menuju lift. Dia baru teringat, jika kedatangannya ke kantor ini untuk interview.

Selang beberapa saat, Inara sudah berada di ruang interview. Ada beberapa orang yang sedang mewawancarainya. Semua harusnya berjalan lancar, hingga tiba-tiba pintu terbuka.

“Pak Daniel!!!” seru sang Interviewer.

Inara menoleh dan melihat pria yang tadi ditabraknya berada di ruangan ini. Daniel tersenyum berjalan masuk sambil mengedarkan tatapannya. Inara buru-buru menunduk, dia tidak mau Daniel tahu jika dia adalah wanita yang menabraknya tadi.

“Biar saya interview dia!!”

Seketika Inara terkejut, jantungnya serasa berhenti berdetak. Padahal dia sudah berharap banyak akan diterima, tapi jika Daniel tahu dia yang menabraknya tadi. Belum lagi sikap tidak sopannya yang ngeloyor pergi saat ditanya nama.

“Mati aku!!” batin Inara.

Tak berapa lama, tinggal Daniel dan Inara saja di ruangan itu. Mereka terdiam beberapa saat dan saling menatap satu sama lain. Kemudian, Inara membuang pandangannya.

Daniel duduk menyilang kaki sambil menatap tajam ke arah Inara. Sementara Inara hanya duduk diam di depannya. Ia sudah tidak menunduk, tapi tidak berani melihat ke arah Daniel.

“Siapa namamu?” Akhirnya Daniel memecahkan keheningan mereka.

"Nama saya Arradhita Subagio, Pak," jawab Inara.

Suaranya sedikit bergetar dan terlihat gugup. Sebenarnya dia tidak pernah seperti ini. Inara cukup berani dan percaya diri sebelumnya. Dia alumnus lulusan terbaik Universitas ternama di Jakarta. Meski tidak pernah bekerja sebelumnya, tapi Inara harusnya bisa melalui wawancara ini. Hanya saja, karena perubahan identitas dirinya membuat dia gugup.

Dia masih belum terbiasa dengan identitas baru ini. Atas bantuan Dokter Jordy, Inara berhasil mengubah semuanya. Termasuk ijazahnya yang berganti nama. Namun, terkadang Inara takut jika ada yang mengetahui dan mengacaukan semuanya.

"Jadi kamu sarjana akutansi?”

“Iya, Pak.”

Daniel manggut-manggut dan kembali memperhatikan Inara.

"Kamu pasti paham perpajakan dan administrasi perusahaan, bukan?”

Inara mengangguk sambil tersenyum. “Iya, saya paham, Pak.”

“Bagus!! Kalau begitu, saya terima kamu menjadi sekretaris saya.”

Inara terkejut, matanya membola saking kagetnya mendengar ucapan Daniel. Daniel hanya mengulum senyum melihat ekspresinya.

“Beneran, Pak?” Inara memastikan.

“Memang saya terlihat sedang main-main, sekarang?”

Inara tersenyum sambil menggeleng. “Terima kasih, Pak.”

Daniel mengangguk lagi sambil tersenyum.

“Baik. Kalau sudah, sekarang ikut saya!!!”

Kembali Inara terperanjat. “Ikut ke mana, Pak?”

Daniel mengernyitkan alis menatap Inara sambil mengulum senyum.

“Kamu sekretarisku, kan? Temani aku menemui klien hari ini.”

Inara lagi-lagi terkesima mendengar ucapan Daniel.

“Saya kerja mulai sekarang, Pak?”

“Iya. Masa tahun depan. Ayo, buruan!!!”

Inara tersenyum kesenangan, kemudian ia bangkit dan berjalan mengikuti Daniel. Joe yang menunggu di depan ruangan terkejut melihat Inara berjalan mengekor Daniel. Daniel seakan tahu pertanyaan Joe langsung berseru.

“Mulai hari ini Nona Dhita adalah sekretaris pribadiku, Joe. Siapkan ruangan untuknya!!”

Joe tampak terkejut, tapi tatapan tajam Daniel membuat Joe tidak berani bersuara. Takut jika sang bos akan marah maka Ia hanya mengangguk mengiyakan pernyataan bosnya.

Selang beberapa saat mereka sudah berada di sebuah ruangan. Ada Daniel, Joe, Inara dan dua orang lagi sedang duduk membelakangi mereka di sana.

“Itu klienku, nanti catat semua pembicaraan kita, ya!!” pinta Daniel.

“Baik, Pak.”

Daniel berjalan menghampiri lebih dulu.

“Maaf, Tuan, Nyonya. Anda menunggu terlalu lama,” sapa Daniel.

Pria dan wanita itu langsung berdiri menyambut Daniel. Mereka saling berjabat tangan. Inara yang berdiri di belakang Daniel sontak bergeming membisu. Matanya mengerjap menatap pria dan wanita di depannya ini.

Dua sosok itu sangat dikenal Inara, tapi rasanya tidak mungkin jika dia harus bertemu di sini.

“Ini Ditha, sekretaris saya. Biar dia yang mencatat pertemuan kita kali ini.” Daniel kembali bersuara mengenalkan Inara kepada semua orang.

Namun, Inara malah berseru dengan lancangnya sambil menuding pria di depannya.

“Kamu … masih hidup?”

Related chapters

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Kenyataan Pahit

    "Apa maksud anda, Nona?" tanya Bagas.Ia mengernyitkan kening melihat Inara yang memanggil namanya tanpa sebutan Bapak.Melihat Bagas kaget dan tidak tahu siapa dirinya membuat Inara sadar kalau penampilannya kini telah berbeda dan Bagas tidak mengenalinya. Dia mencari alasan untuk menjawab. "Oh maaf, Pak. Saya salah orang."Ternyata klien yang ditemui Daniel adalah Bagas dan Rika. Kedatangan mereka ke kantor Daniel untuk kerja sama bisnis. Inara terdiam, entah apa rasa hatinya. Padahal beberapa minggu yang lalu hatinya remuk redam, hidupnya berantakan begitu tahu suaminya meninggal. Namun, kini dia malah melihat sosok Bagas segar bugar duduk di depannya tanpa rasa bersalah. "Ditha, kamu sudah mencatat semua?" tanya Daniel menginterupsi lamunan Inara. "Iya, sudah, Pak. Namun, sebelumnya saya izin ke toilet dulu."Kali ini Inara terpaksa bohong. Ia tidak kuasa menutupi berbagai rasa di dadanya. Ingin marah, nangis bahkan memeluk pria di depannya. Namun, apa daya ia tidak bisa melak

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Sengaja Dirahasiakan

    "Ditha!! Apa yang kamu lakukan?" seru Daniel.Inara terkejut dengan kehadiran Daniel. Dia makin kaget saat atasannya itu sudah menyambar paksa tongkat di tangannya. Inara marah, emosinya masih memuncak hingga bersikeras menarik tongkat itu kembali. Namun, Daniel menahannya bahkan ia sampai memeluk tubuh Inara agar melepaskan tongkatnya.Karena pelukan Daniel membuat Inara tidak bergerak. Tangannya dengan mudah melepaskan pegangan di tongkat itu. Inara terdiam, menatap Bagas dan Rika yang sudah berlalu menjauh dari hadapannya. Tanpa diminta Inara menangis. Tentu saja ulahnya membuat Daniel bingung.“Kamu kenapa? Kenapa mau memukul klienku?”Inara tidak menjawab, berangsur Daniel melepaskan pelukannya. Sementara Inara masih menundukkan kepala. Daniel mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya dan mengulurkan ke Inara.“Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi apa yang akan kamu lakukan hari ini membuatku mengalami masalah, Ditha.”Inara terdiam, menerima sapu tangan Daniel dan men

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Terkuaknya Rahasia Kematian Ibu Inara

    "Apa maksud anda, Dok?" tanya Inara"Sebelum ibumu meninggal, beliau berpesan agar menjagamu. Beliau juga memberikan sesuatu padaku," jawab Dokter Jody. Ia melirik Inara sembari melangkah untuk mengambil sesuatu.Inara bingung dengan sikap Dokter Jody yang pergi begitu saja. Ini membuat dirinya mulai kesal hingga dia mengikuti pria paruh baya itu. Langkah Inara seketika terhenti saat Dokter Jody menyodorkan benda pipih berwarna putih.Inara mengernyitkan dahi, ia mengenali barang tersebut adalah ponsel milik mendiang ibunya."Bukankah ini ponsel ibuku, Dok?""Iya, sebaiknya kau periksa isi di dalam ponsel ibumu."Perlahan Inara membuka layar ponselnya. Dengan hati-hati, dia membuka galeri hingga jarinya berhenti pada sebuah video. Inara sontak membekap mulutnya sendiri ketika mendapati isi di dalam ponsel tersebut. Video itu menunjukkan seseorang sedang berdiri di belakang pintu. Ia tampak sibuk melakukan percakapan di telepon. Memang Inara tidak bisa melihat siapa sosok yang berdiri

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Bangun Dari Maut

    “TIDAKKK!!!! ITU SIAPA?? ITU BUKAN AKU!!” seru Inara.Inara seorang wanita cantik yang baru tersadar dari komanya selama beberapa minggu terkejut saat menatap wajahnya di depan cermin. Dokter paruh baya yang berdiri di dekatnya berjalan mendekat sambil mengelus lembut tangan Inara.“Maaf, Nara. Saya … saya terpaksa mengoperasi wajahmu. Wajahmu rusak berat akibat kecelakaan itu,” jelas Dokter Jody.Inara terdiam, napasnya tersenggal dengan bahu naik turun menatap tanpa kedip pantulan wajah baru yang dilihatnya di cermin. Hidungnya kecil sempurna tidak seperti hidungnya yang besar, bibir mungil dengan dagu lancip dan pipi tirus menjadi ornament baru di rautnya. Hanya satu yang tersisa dari wajah lamanya di sana, yaitu mata bulatnya nan indah.Bagaimanapun tampilan wajah Inara yang baru kali ini lebih cantik dari sebelumnya. Inara terdiam, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut. Kemudian dia menoleh ke arah Dokter Jody.“Di mana anak saya, Dok? Apa dia di rumah? A

Latest chapter

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Terkuaknya Rahasia Kematian Ibu Inara

    "Apa maksud anda, Dok?" tanya Inara"Sebelum ibumu meninggal, beliau berpesan agar menjagamu. Beliau juga memberikan sesuatu padaku," jawab Dokter Jody. Ia melirik Inara sembari melangkah untuk mengambil sesuatu.Inara bingung dengan sikap Dokter Jody yang pergi begitu saja. Ini membuat dirinya mulai kesal hingga dia mengikuti pria paruh baya itu. Langkah Inara seketika terhenti saat Dokter Jody menyodorkan benda pipih berwarna putih.Inara mengernyitkan dahi, ia mengenali barang tersebut adalah ponsel milik mendiang ibunya."Bukankah ini ponsel ibuku, Dok?""Iya, sebaiknya kau periksa isi di dalam ponsel ibumu."Perlahan Inara membuka layar ponselnya. Dengan hati-hati, dia membuka galeri hingga jarinya berhenti pada sebuah video. Inara sontak membekap mulutnya sendiri ketika mendapati isi di dalam ponsel tersebut. Video itu menunjukkan seseorang sedang berdiri di belakang pintu. Ia tampak sibuk melakukan percakapan di telepon. Memang Inara tidak bisa melihat siapa sosok yang berdiri

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Sengaja Dirahasiakan

    "Ditha!! Apa yang kamu lakukan?" seru Daniel.Inara terkejut dengan kehadiran Daniel. Dia makin kaget saat atasannya itu sudah menyambar paksa tongkat di tangannya. Inara marah, emosinya masih memuncak hingga bersikeras menarik tongkat itu kembali. Namun, Daniel menahannya bahkan ia sampai memeluk tubuh Inara agar melepaskan tongkatnya.Karena pelukan Daniel membuat Inara tidak bergerak. Tangannya dengan mudah melepaskan pegangan di tongkat itu. Inara terdiam, menatap Bagas dan Rika yang sudah berlalu menjauh dari hadapannya. Tanpa diminta Inara menangis. Tentu saja ulahnya membuat Daniel bingung.“Kamu kenapa? Kenapa mau memukul klienku?”Inara tidak menjawab, berangsur Daniel melepaskan pelukannya. Sementara Inara masih menundukkan kepala. Daniel mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya dan mengulurkan ke Inara.“Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi apa yang akan kamu lakukan hari ini membuatku mengalami masalah, Ditha.”Inara terdiam, menerima sapu tangan Daniel dan men

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Kenyataan Pahit

    "Apa maksud anda, Nona?" tanya Bagas.Ia mengernyitkan kening melihat Inara yang memanggil namanya tanpa sebutan Bapak.Melihat Bagas kaget dan tidak tahu siapa dirinya membuat Inara sadar kalau penampilannya kini telah berbeda dan Bagas tidak mengenalinya. Dia mencari alasan untuk menjawab. "Oh maaf, Pak. Saya salah orang."Ternyata klien yang ditemui Daniel adalah Bagas dan Rika. Kedatangan mereka ke kantor Daniel untuk kerja sama bisnis. Inara terdiam, entah apa rasa hatinya. Padahal beberapa minggu yang lalu hatinya remuk redam, hidupnya berantakan begitu tahu suaminya meninggal. Namun, kini dia malah melihat sosok Bagas segar bugar duduk di depannya tanpa rasa bersalah. "Ditha, kamu sudah mencatat semua?" tanya Daniel menginterupsi lamunan Inara. "Iya, sudah, Pak. Namun, sebelumnya saya izin ke toilet dulu."Kali ini Inara terpaksa bohong. Ia tidak kuasa menutupi berbagai rasa di dadanya. Ingin marah, nangis bahkan memeluk pria di depannya. Namun, apa daya ia tidak bisa melak

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Bertemu yang Sudah Mati

    "Itu Mas Bagas," ucap Inara sambil berlari kecil.Betapa terkejutnya ia melihat pria yang ada di depan matanya. Hatinya berdegup kencang seperti genderang, rasa bahagia sedih bercampur menjadi satu. Ia menatap lekat pria itu. Sampai pintu lift terbuka, Inara tidak sedikit pun melepaskan tatapannya kepada pria itu.Inara mengikuti kemana Bagas pergi, terlihat pria itu seperti terburu-buru. Banyak sekali pertanyaan di kepala cantik Inara mengenai kecelakaan itu dan kenapa bisa Bagas masih hidup. Inara berjalan semakin cepat seperti angin tanpa menghiraukan seseorang di depannya.Brukk!Inara menabrak tubuh tegap. Tangannya sedikit menyentuh dada bidang seorang pria tampan di hadapannya. Langkahnya hampir saja limpung karena tak seimbang menahan berat badannya. Namun tangan kekar seseorang menarik lengannya hingga tubuh Inara kini berada di dalam dekapan pria tampan itu."Bisa kau lepaskan aku!"Pria itu menggelengkan kepalanya terus menatap lekat wajah cantik Inara, "Bukankah kau yang m

  • Dikhianati Suami Dinikahi CEO   Bangun Dari Maut

    “TIDAKKK!!!! ITU SIAPA?? ITU BUKAN AKU!!” seru Inara.Inara seorang wanita cantik yang baru tersadar dari komanya selama beberapa minggu terkejut saat menatap wajahnya di depan cermin. Dokter paruh baya yang berdiri di dekatnya berjalan mendekat sambil mengelus lembut tangan Inara.“Maaf, Nara. Saya … saya terpaksa mengoperasi wajahmu. Wajahmu rusak berat akibat kecelakaan itu,” jelas Dokter Jody.Inara terdiam, napasnya tersenggal dengan bahu naik turun menatap tanpa kedip pantulan wajah baru yang dilihatnya di cermin. Hidungnya kecil sempurna tidak seperti hidungnya yang besar, bibir mungil dengan dagu lancip dan pipi tirus menjadi ornament baru di rautnya. Hanya satu yang tersisa dari wajah lamanya di sana, yaitu mata bulatnya nan indah.Bagaimanapun tampilan wajah Inara yang baru kali ini lebih cantik dari sebelumnya. Inara terdiam, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut. Kemudian dia menoleh ke arah Dokter Jody.“Di mana anak saya, Dok? Apa dia di rumah? A

DMCA.com Protection Status