"Untuk terakhir kalinya."Elena meletakkan teleponnya sambil menyahut.Nathan mengalihkan perhatiannya dengan hal lain. Dia membelai rambut Elena dengan malas. "Aku akan membantumu mencuci rambutmu malam ini."Elena meliriknya dengan curiga. "Nggak perlu, kamu bisa mencari seorang gadis untuk membantuku."Elena tidak begitu percaya bahwa Nathan bisa mencuci rambut panjang perempuan.Dia takut kesakitan."El-el, apakah kamu nggak percaya padaku?" Nathan mengangkat sebelah alisnya, kemudian menyingsingkan lengan bajunya. Dia seperti akan mencuci rambut Elena sekarang. "Aku sangat pandai mencuci rambut panjang.""Apakah kamu sering mencuci rambut perempuan?"Elena tampak bertanya-tanya.Kalau tidak, bagaimana mungkin Nathan pandai melakukannya?Nathan mengetuk kepala Elena dengan jari telunjuknya sambil tersenyum tipis. "Hentikan pikiran di kepalamu. Dulu aku sering mencuci rambut panjangnya Meryl.""Kamu punya adik perempuan? Kakak yang baik."Elena juga menginginkan seorang kakak lelaki
"Kamu benar-benar nggak ingin tahu siapa aku bagi Kak Nathan?"Janine meminta pelayan untuk membawakannya segelas jus.Sikap pelayan itu penuh hormat.Elena memperhatikan sikap pelayan itu."Kalau begitu siapa kamu baginya?" tanya Elena sambil mengangkat alisnya.Melihat Elena sama sekali tidak marah, Janine pun senang. "Kak Nathan sangat menyedihkan. Kamu sama sekali nggak cemburu. Kalau wanita nggak cemburu, itu tandanya dia nggak mencintai pria itu.""Aku cemburu di dalam hati."Elena menjawab dengan tenang.Nathan baru saja masuk, lalu dia mendengar kata-kata Elena.Dia berjalan ke arah Elena, membungkuk lalu mengangkat dagu Elena. "Apakah kamu benar-benar cemburu?"Nathan terkekeh.Dia tahu bahwa El-el-nya tidak cemburu.Elena mungkin memiliki kesan baik terhadap Nathan, tetapi belum sampai tahap cinta.Janine menjadi lebih diam saat Nathan masuk.Nathan memegang tangan Elena.Elena ingin melepaskan diri, tetapi Nathan menahannya dengan kuat.Dia memainkan tangan Elena sembari mem
Elena bertanya kepada dokter tentang kondisi pemulihan Joshua setelah operasi di luar bangsal.Janine terus menatap pria berambut putih itu.Joshua sedikit tidak berdaya. Ini bukan pertama kalinya dia ditatap seperti ini."Nona Janine, apakah kamu ingin makan buah?"Janine tersadar, bisa-bisanya dia melamun sambil melihat seorang pria. Dia berkata dengan malu-malu, "Nggak, terima kasih."Setelah Elena menanyakan tentang pemulihan Joshua, dia dengan gembira berjalan kembali ke bangsal."Josh, dokter bilang kamu akan segera keluar dari rumah sakit."Joshua tersenyum lembut. "Kak El, terima kasih."Mata Joshua tertuju pada tangan Elena yang dibebat.Dia telah menonton berita dan mengetahui alasan tangan Elena terluka. Kemudian dia teringat berita antara Kaedyn dan Doreen."Nona Janine, aku ingin berbicara sebentar dengan Kak El, bolehkah?"Janine memandang Joshua dengan malu-malu. Meskipun Janine naif, dia bukan idiot. Dia mengangguk patuh, lalu berjalan keluar dari bangsal.Elena duduk d
"Kak Doreen hamil. Siap-siap angkat kaki dari Kediaman Burchan, Elena!"Seminggu setelah Elena memulihkan diri di rumah Nathan, dia menerima pesan itu dari Glenna.Glenna mengirimkan beberapa pesan sombong secara berurutan.Elena hanya membalas satu kata dengan santai, "Selamat."Kaedyn mengusap keningnya, dia benar-benar tidak menyangka Doreen akan hamil.Elena tersenyum tipis. Cukup bagus.Glenna mendengus ketika dia melihat balasan Elena yang singkat. Dia memandang Doreen. "Kak Doreen, apakah kamu sudah memberi tahu kakakku tentang kehamilanmu?"Doreen mengelus perutnya, matanya penuh kelembutan bercampur kepahitan. "Kakakmu sibuk dengan urusan pabrik di Kota Orlik akhir-akhir ini. Aku nggak ingin mengganggunya sekarang. Lagi pula, Glenna, aku nggak bisa memiliki anak ini."Setelah Doreen selesai berbicara, air mata mengalir di wajahnya.Glenna terkejut. "Kenapa kamu nggak bisa memilikinya?""Aku salah. Seharusnya nggak seperti ini, bagaimanapun juga kakakmu dan Elena masih berstatu
Nathan membalas, "Baiklah, dengan senang hati. Apakah kamu minum obat tepat waktu hari ini?"Elena tidak suka minum obat. Dia sangat lelet ketika minum obat.Nathan sekarang selalu bertanya apakah Elena sudah minum obat.Elena bergumam, "Sudah.""Tuan Nathan.""Salah panggil. Kakak Simpanan, Nate atau Kak Nate. Pilih salah satu."Nada malas pria itu terdengar sedikit serius.Elena tertawa terbahak-bahak.Dia sengaja mengganti pilihannya. "Paman, aku akan kembali ke Perumahan Sorenson lusa."Doreen hamil.Elena tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia kembali kali ini."Apakah kamu nggak senang?" Nathan mendengar dinginnya kata-kata Elena. Dia menjentikkan puntung rokoknya. "Apakah kamu nggak senang? Mau Paman hibur?"Mau Paman hibur?Nathan mengucapkan kalimat itu dengan sangat lembut.Jantung Elena berdebar kencang, dia sedikit mengernyit lalu menjelaskan, "Doreen sedang hamil. Aku nggak sedih. Kamu nggak perlu menghiburku. Aku hanya pusing."Nathan menyuruh Elena untuk menutup telep
Pada hari Kaedyn kembali, Elena pun kembali ke Perumahan Sorenson.Semua orang ada di ruang tamu.Doreen sedang duduk di kursi roda, merasa sedikit tidak nyaman.Raut wajah Nyonya Besar Burchan kurang bagus.Doreen tidak tahu masalah ini akan menjadi seperti apa.Marcella mengambil cangkir teh dan menyesapnya beberapa kali.Glenna ingin berbicara, tetapi Marcella memelototinya, jadi Glenna pun diam.Kaedyn mengusap keningnya, dia benar-benar tidak menyangka Doreen akan hamil."Nenek.""Apa yang akan kamu lakukan dengan masalah ini?"Nyonya Besar Burchan memandang Kaedyn dengan tenang. "Kali ini kamu bebas memutuskannya, aku nggak akan ikut campur.""Bagaimanapun, aku nggak bisa mengatur kalian terlalu lama."Wajah Doreen pucat, dia menatap Kaedyn dengan mata merah sambil menggigit bibirnya. Dia tidak berkata apa-apa.Elena merasa sangat tenang. Bagaimanapun, dia dan Kaedyn sudah bercerai.Dia berharap tidak memiliki hubungan dengan Kaedyn dan Doreen lagi.Kaedyn melirik Elena, lalu men
Karena Nyonya Besar Burchan tidak dapat menebak tujuan dari kunjungan Nathan, dia tidak menyembunyikannya. "Mereka membicarakan saham yang aku berikan kepada cucu menantuku."Orang yang mengerti tentu tidak akan menanyakan urusan orang lain ketika mendengar topik itu.Namun, hari ini Nathan datang untuk mendukung Elena, jadi dia tentu akan ikut campur.Sejak Nathan menyelamatkan Elena dari Nicholas.Dia tidak hanya ingin membunuh Nicholas.Dia juga ingin memberi pelajaran kepada Kaedyn.Hanya saja Nathan mempertimbangkan perasaan Elena terhadap Kaedyn, jadi dia tidak mengambil tindakan.Nathan menoleh ke arah Elena lalu tersenyum penuh kasih sayang. "El-el, Paman datang, kenapa kamu nggak sapa?"Kalimat penuh kasih sayang itu.Membuat Nyonya Besar Burchan dan yang lainnya menatap Elena dengan syok.Tubuh Elena menegang. Apa yang ingin Nathan lakukan?Nathan dengan nakal menyentuh sepatu Elena dengan sepatu kulitnya di tempat yang tak terlihat oleh orang lain. "El-el, jangan takut. Kala
"Glenna, minta maaf," kata Nyonya Besar Burchan dengan marah.Glenna tidak terima saat Nyonya Besar Burchan memelototinya. Dia tidak salah bicara, kok.Marcella mengenal putrinya dengan baik. Dia meremas tangan Glenna untuk memperingatkannya. "Minta maaf kepada Tuan Nathan.""Bukan minta maaf kepadaku, suruh dia minta maaf kepada El-el."Nathan tiba-tiba menarik aura dinginnya, lalu berkata dengan tenang."Maaf, cucu perempuanku kurang dewasa," ucap Nyonya Besar Burchan.Saat ini, di ruang kerja lantai atas.Kaedyn memperingatkan Elena. "Elena, Nathan adalah pria yang berbahaya. Sebaiknya kamu menjauh darinya. Dia nggak sesederhana kelihatannya."Ekspresi Elena acuh tak acuh. "Ini urusanku, Pak Kaedyn nggak perlu khawatir. Apakah perjanjian setengah tahun kita itu sudah bisa dianggap nggak valid?"Kaedyn mengusap keningnya lalu berkata dengan nada dingin, "Ya."Elena berbalik dan hendak pergi, tetapi Kaedyn tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menariknya."Apakah ada hal lain?" Elena men
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat