“Kamu kerjain sisanya, ya! Aku tak mau terlambat.”Evan buru-buru memakai jasnya kembali lalu meraih tas dan kunci mobilnya, bersiap meninggalkan kantor secepatnya.Dimas mencekal tangan sahabatnya. Pria itu penasaran melihat sang CEO tampak terburu-buru. “Mau ke mana kamu? Ini baru jam 4.30.”“Aku mau stalking mantan istriku. Tadi anak buah kita melapor padamu kalau Zaya pulang sendiri hari ini, kan?” Evan mengonfirmasi sambil menepis pelan tangan Dimas.Kepala Dimas sontak mengangguk. Bibirnya mengamini pernyataan Evan. “Iya, Ben bilang Zaya sudah mulai sibuk dengan mobilnya sejak sore. Anak buah kita menyimpulkan bahwa ada kemungkinan mantan istrimu itu akan pulang sendiri mulai hari ini.”Senyum puas langsung tersungging di bibir Evan. Akhirnya, ia punya kesempatan untuk bersama dengan wanita yang ia cintai tanpa bayang-bayang Arga, sang kakak tiri yang menyebalkan itu.Sejak tadi siang, ia berusaha sekuat tenaga menahan bara api di hatinya saat membayangkan lagi betapa berlebihan
“Tuh ‘kan apa aku bilang?”Zaya yang baru membuka pintu rumah Gea saat akan pergi bekerja pagi itu, langsung dikejutkan oleh pertanyaan berbau sindiran yang meluncur dari bibir Arga. Pria itu terlihat menatapnya dengan sorot kecewa. Pria itu pasti kesal karena tawarannya untuk mengantarnya kemarin, ia tolak mentah-mentah. Zaya juga yakin Arga semakin kesal saat mengetahui dirinya pulang naik taksi, alih-alih menunggu kedatangannya. Zaya memang sempat menghubungi Arga ketika dia berada di dalam taksi seusai berdebat dengan Evan untuk memanggil mobil derek. Mau bagaimana lagi, niatnya memang menunggu Arga kalau mantan suaminya tidak cari masalah dengannya kemarin sore. Namun, nyatanya, ia terpaksa naik taksi untuk menghindari Evan.“Pagi-pagi udah nyindir aja,” seru Zaya cemberut.Arga langsung menarik tangan Zaya ke mobilnya lalu mulai menggerutu, menunjukkan kegelisahannya. “Bukannya menyindir, Za. Kamu itu dibilangin bandel, sih. Gimana kalau terjadi apa-apa sama kamu? Apalagi lokasi
“Sial, aku terlambat datang! harusnya aku datang lebih pagi lagi biar aku bisa menjemput Zaya dan mengantarnya ke hotel.”Evan harus menahan kesal melihat kemesraan mantan istrinya dengan Arga. Semula, Evan berniat memata-matai sang istri. Ia rela bangun pagi-pagi dan bergegas menjemput wanita cantik itu di rumah Gea karena pria itu tahu, mobil Zaya masih belum selesai diperbaiki. Namun, semua usahanya kalah satu langkah dari kakak tirinya yang telah lebih dulu menjemput mantan istrinya. Pria itu hanya bisa mengepalkan tangannya, memukul kemudi sambil menggerutu kesal melihat sang istri yang tiba-tiba ditarik oleh Arga masuk ke dalam mobil.Begitu luwesnya mereka berdua bercengkerama, membuat Evan geram. Zaya pun terlihat menerima semua perlakuan manis Arga dan itu sukses membuat Evan semakin sakit hati. Semalaman, pria itu memikirkan apa yang harus ia lakukan pada Zaya. Putus asa, itu yang ia rasakan karena setiap kali, Evan datang dan mendekati mantan istrinya tersebut, ia selalu s
“Ini laporan barang-barang harus diganti di kamar hotel antara lain ada yang rusak, ada juga beberapa item yang dicuri di beberapa kamar dan ada juga yang harus dilakukan pengecatan ulang karena ada tamu yang membawa anak kecil yang membuat dinding menjadi kotor.”Zaya menyodorkan sebuah map pada Arga yang sedang duduk di depan mejanya sore itu setelah memantau keseluruhan hotel.Arga yang tadinya sedang sibuk berkomunikasi dengan para klien, menghentikan aktivitasnya sejenak. Pria itu mengangkat kepalanya lalu melempar senyum indahnya, kemudian mengambil map yang disodorkan Zaya. CEO tampan itu segera membaca laporan itu sekilas, kemudian menutup map itu karena fokusnya saat ini adalah wanita cantik yang sedang menatapnya dengan tatapan serius. “Makasih atas laporannya, Za.”Zaya menunduk pelan sambil tersenyum. Sedetik kemudian, wanita berparas ayu itu menyampaikan agenda Arga berikutnya. “Oh, ya, Ga, ada dua orang klien yang harus kita temui besok. Mereka berniat menyewa venue yang
Arga sungguh bahagia melihat wanita yang pernah hadir dalam hidupnya bergonta-ganti gaun dan menunjukkannya padanya. Sungguh, pria itu rasanya ingin membelikan aneka gaun indah itu untuk wanitanya tersebut, tapi ia tahu kalau yang akan ia lakukan sia-sia saja nantinya.Kenapa? Karena Zaya tidak akan mungkin pernah menerima pemberiannya kalau bukan terkait urusan perusahaan. Tidak akan mungkin wanita itu mau menerima hadiah darinya.“Gaun ini cocok nggak, Ga? Nggak terbuka, kan?” Zaya keluar dari ruang ganti lalu berlenggak-lenggok di depan Arga yang sedang duduk di kursi, memamerkan gaun berwarna merah hati dengan hiasan batu zirkon di area dada yang membuat penampilan wanita itu tampak begitu luar biasa.Tentu saja semua yang dipakai oleh Zaya terlihat cantik karena wanita memiliki kecantikan yang luar biasa. Evan begitu bodoh bisa tergoda oleh ular betina dan melepaskan wanita cantik itu. Namun, Arga juga bahagia wanita yang ia cintai itu sudah lepas dari tangan adik tirinya. “Sebe
“Apa-apaan ini?”Nadia tak percaya melihat story Arga di ponselnya di mana terlihat putra sambungnya itu tengah berfoto bersama mantan menantunya dan posenya cukup mesra.Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sudah beberapa hari ini benar-benar pusing memikirkan putranya yang sepertinya masih berkeinginan untuk menjalin kasih dengan mantan istrinya tersebut. Walaupun kemungkinannya kecil karena jika ia menjadi Zaya, tentu saja ia tidak akan mau kembali lagi pada seorang suami yang sudah berpaling dan nyaris berselingkuh.Terkadang, wanita itu kasihan pada putranya sendiri yang memang telah melakukan kesalahan bodoh berkali-kali. Hanya karena takut kehilangan jabatan, sampai-sampai dia rela mengorbankan pernikahannya sendiri dan hari ini, Nadia terkejut ketika tidak sengaja melihat story Arga.“Apa mereka berdua sudah balikan?” gumam Nadia terus menatap foto Zaya dan Arga di layar ponselnya.Mantan menantu yang sangat ia sayangi itu terlihat begitu akrab dengan anak sambungn
“Kenapa kamu kelihatan marah begitu, Van?”Evan yang beru saja menutup panggilan dari sang mama, tak bisa menyembunyikan raut kesalnya. Pria itu segera memberikan perintah pada sahabatnya untuk mencari tahu di pesta mana Arga membawa mantan istrinya. “Tolong selidiki kegiatan Arga sekarang juga!” ujarnya lantang.Dimas tercengang mendengar permintaan tak masuk akal dari sahabatnya. “Apa kamu sudah gila? Ini sudah sore. Arga pasti sudah pulang.”“Dia tidak pulang. Si brengsek itu pergi ke pesta, Dim.” Raut wajah Evan terlihat sangat marah.“Apa maksud kamu?” Dimas belum paham maksud ucapan sang atasan.Evan langsung menunjukkan story di ponselnya, yaitu story milik Arga yang menunjukkan kemesraannya dengan Zaya yang tampil begitu cantik dalam balutan gaun berwarna marun berhias bebatuan kerlap-kerlip, membuatnya tampak begitu cantik menawan.Sungguh, hati Evan bak diremas-emas membayangkan mantan istrinya akan melenggang dalam balutan gaun yang elegan, bergandengan tangan bersama kakak
“Itu dia! Dasar merepotkan.”Dimas tidak bisa tidak mengomel kesal ketika ia berhasil menyusul Evan yang baru saja turun dari mobilnya. Secepat kilat, pria bertubuh tinggi itu segera mengejar sahabat plus atasannya sebelum membuat kekacauan di dalam sana.Dimas langsung meraih tangan Evan lalu menyeretnya kembali ke parkiran sebelum ia memasuki venue pesta di dalam hotel. “Aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke dalam, Van.”“Lepaskan tanganku! Apa kamu mau kupukul?” Evan mengancam Dimas dengan nada kasar. Pria yang sedang dibakar cemburu itu berusaha menepis tangan sahabatnya dari pergelangan tangannya.Dimas tak mengindahkan ucapan Evan. Pria itu semakin kuat mencengkeram tangan Evan, terus menariknya ke mobil yang sudah terparkir di pelataran hotel. “Pukul saja kalau kamu berani! Jangan kira aku tidak akan bisa menangkis pukulanmu, ya!”“Aku serius. Aku tidak main-main. Aku harus memisahkan Arga dari mantan istriku,” teriak Evan berontak.Dimas balas mendesis lantang. “Aku tidak ak