“Ini laporan barang-barang harus diganti di kamar hotel antara lain ada yang rusak, ada juga beberapa item yang dicuri di beberapa kamar dan ada juga yang harus dilakukan pengecatan ulang karena ada tamu yang membawa anak kecil yang membuat dinding menjadi kotor.”Zaya menyodorkan sebuah map pada Arga yang sedang duduk di depan mejanya sore itu setelah memantau keseluruhan hotel.Arga yang tadinya sedang sibuk berkomunikasi dengan para klien, menghentikan aktivitasnya sejenak. Pria itu mengangkat kepalanya lalu melempar senyum indahnya, kemudian mengambil map yang disodorkan Zaya. CEO tampan itu segera membaca laporan itu sekilas, kemudian menutup map itu karena fokusnya saat ini adalah wanita cantik yang sedang menatapnya dengan tatapan serius. “Makasih atas laporannya, Za.”Zaya menunduk pelan sambil tersenyum. Sedetik kemudian, wanita berparas ayu itu menyampaikan agenda Arga berikutnya. “Oh, ya, Ga, ada dua orang klien yang harus kita temui besok. Mereka berniat menyewa venue yang
Arga sungguh bahagia melihat wanita yang pernah hadir dalam hidupnya bergonta-ganti gaun dan menunjukkannya padanya. Sungguh, pria itu rasanya ingin membelikan aneka gaun indah itu untuk wanitanya tersebut, tapi ia tahu kalau yang akan ia lakukan sia-sia saja nantinya.Kenapa? Karena Zaya tidak akan mungkin pernah menerima pemberiannya kalau bukan terkait urusan perusahaan. Tidak akan mungkin wanita itu mau menerima hadiah darinya.“Gaun ini cocok nggak, Ga? Nggak terbuka, kan?” Zaya keluar dari ruang ganti lalu berlenggak-lenggok di depan Arga yang sedang duduk di kursi, memamerkan gaun berwarna merah hati dengan hiasan batu zirkon di area dada yang membuat penampilan wanita itu tampak begitu luar biasa.Tentu saja semua yang dipakai oleh Zaya terlihat cantik karena wanita memiliki kecantikan yang luar biasa. Evan begitu bodoh bisa tergoda oleh ular betina dan melepaskan wanita cantik itu. Namun, Arga juga bahagia wanita yang ia cintai itu sudah lepas dari tangan adik tirinya. “Sebe
“Apa-apaan ini?”Nadia tak percaya melihat story Arga di ponselnya di mana terlihat putra sambungnya itu tengah berfoto bersama mantan menantunya dan posenya cukup mesra.Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sudah beberapa hari ini benar-benar pusing memikirkan putranya yang sepertinya masih berkeinginan untuk menjalin kasih dengan mantan istrinya tersebut. Walaupun kemungkinannya kecil karena jika ia menjadi Zaya, tentu saja ia tidak akan mau kembali lagi pada seorang suami yang sudah berpaling dan nyaris berselingkuh.Terkadang, wanita itu kasihan pada putranya sendiri yang memang telah melakukan kesalahan bodoh berkali-kali. Hanya karena takut kehilangan jabatan, sampai-sampai dia rela mengorbankan pernikahannya sendiri dan hari ini, Nadia terkejut ketika tidak sengaja melihat story Arga.“Apa mereka berdua sudah balikan?” gumam Nadia terus menatap foto Zaya dan Arga di layar ponselnya.Mantan menantu yang sangat ia sayangi itu terlihat begitu akrab dengan anak sambungn
“Kenapa kamu kelihatan marah begitu, Van?”Evan yang beru saja menutup panggilan dari sang mama, tak bisa menyembunyikan raut kesalnya. Pria itu segera memberikan perintah pada sahabatnya untuk mencari tahu di pesta mana Arga membawa mantan istrinya. “Tolong selidiki kegiatan Arga sekarang juga!” ujarnya lantang.Dimas tercengang mendengar permintaan tak masuk akal dari sahabatnya. “Apa kamu sudah gila? Ini sudah sore. Arga pasti sudah pulang.”“Dia tidak pulang. Si brengsek itu pergi ke pesta, Dim.” Raut wajah Evan terlihat sangat marah.“Apa maksud kamu?” Dimas belum paham maksud ucapan sang atasan.Evan langsung menunjukkan story di ponselnya, yaitu story milik Arga yang menunjukkan kemesraannya dengan Zaya yang tampil begitu cantik dalam balutan gaun berwarna marun berhias bebatuan kerlap-kerlip, membuatnya tampak begitu cantik menawan.Sungguh, hati Evan bak diremas-emas membayangkan mantan istrinya akan melenggang dalam balutan gaun yang elegan, bergandengan tangan bersama kakak
“Itu dia! Dasar merepotkan.”Dimas tidak bisa tidak mengomel kesal ketika ia berhasil menyusul Evan yang baru saja turun dari mobilnya. Secepat kilat, pria bertubuh tinggi itu segera mengejar sahabat plus atasannya sebelum membuat kekacauan di dalam sana.Dimas langsung meraih tangan Evan lalu menyeretnya kembali ke parkiran sebelum ia memasuki venue pesta di dalam hotel. “Aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke dalam, Van.”“Lepaskan tanganku! Apa kamu mau kupukul?” Evan mengancam Dimas dengan nada kasar. Pria yang sedang dibakar cemburu itu berusaha menepis tangan sahabatnya dari pergelangan tangannya.Dimas tak mengindahkan ucapan Evan. Pria itu semakin kuat mencengkeram tangan Evan, terus menariknya ke mobil yang sudah terparkir di pelataran hotel. “Pukul saja kalau kamu berani! Jangan kira aku tidak akan bisa menangkis pukulanmu, ya!”“Aku serius. Aku tidak main-main. Aku harus memisahkan Arga dari mantan istriku,” teriak Evan berontak.Dimas balas mendesis lantang. “Aku tidak ak
“Gimana, apa kamu happy, Za?”Arga menggandeng tangan Zaya keluar dari venue pesta sekitar jam 9.00 malam. Sebenarnya, pria itu masih ingin berada di sana, tapi karena Zaya sudah menunjukkan sorot kegelisahan di matanya, Arga buru-buru pamit pada para relasi dan penyelenggara pesta lalu mengajak wanita yang sudah ia anggap calon istrinya itu pulang.Zaya melirik sekilas pada Arga sambil memegangi gaunnya yang panjang agar tidak terinjak oleh kakinya sendiri lalu menjawab pertanyaan yang diajukan pria yang sudah ia anggap teman itu dengan raut wajah yang ia atur agar terlihat gembira. “Aku happy, Za. Sudah lama aku tidak datang ke pesta.”“Tapi kenapa kamu tampak gelisah, Za?” tanya Arga sambil membukakan pintu untuk Zaya setibanya di parkiran.Zaya menunda menjawab pertanyaan Arga. Ia naik ke mobil terlebih dahulu, kemudian langsung memakai sabuk pengamannya lalu menunggu Arga masuk.“Kenapa, Za? Apa kamu tak nyaman di pesta itu?” Arga kembali bertanya ketika ia masuk ke dalam mobil.
“Wah, kamu serius bisa makan ini, Ga?”Zaya tidak bisa tidak takjub kala melihat laki-laki yang kini sudah ia anggap teman itu tengah menyantap mie ayam pinggir jalan, yaitu salah satu makanan favoritnya.Rasanya tak percaya melihat pria yang terlahir kaya itu menyantap makanan yang bukan levelnya. Bagaimana tidak, tiga tahun berpacaran dengan Arga, tak pernah sedikit pun ia diajak makan di restoran murah. Jadi mustahil rasanya seorang Arga bisa menyantap makanan sederhana itu. Akan tetapi, Zaya menyaksikan sendiri sekarang.Arga menyelesaikan santap malamnya sampai tuntas lalu menyesap teh hangat miliknya, baru kemudian kembali fokus pada Zaya yang tengah menatapnya dengan mulut terbuka. “Astaga, tutup mulut kamu, Za!” seloroh pria tampan itu sambil menahan tawa.Zaya tersentak lalu buru-buru menutup mulutnya dan menetralkan raut wajahnya kembali. “Aku hanya tak menyangka. Kamu ... kok, bisa?”Arga tertawa renyah. Pria itu sungguh merasa geli bercampur gemas melihat reaksi Zaya saat
“Sampai kapan mereka akan bermesraan di dalam sana, Dim?”Tak henti-hentinya, Evan menggerutu kesal pada sang sahabat. Terkadang pria itu memukul dasbor mobil milik Dimas karena mobilnya dengan sangat terpaksa harus ditinggal di pelataran hotel Mirion karena sang sahabat memaksanya ikut bersamanya, tak membiarkannya pulang sendiri dalam keadaan labil.Ya, Dimas terpaksa ikut repot menemani Evan untuk menguntit Zaya yang pergi bersama Arga setelah beberapa jam berada di pesta. Baik Evan maupun Dimas cukup lelah menanti di parkiran sampai akhirnya Zaya dan Arga terlihat keluar dari hotel lalu berbincang-bincang di dalam mobil Arga sebelum akhirnya meninggalkan hotel.Tidak usah ditanya bagaimana suasana hati Evan saat melihat mantan istrinya yang cantik jelita itu tertawa riang bersama kakak tirinya. Untung Evan tidak mengamuk dan memecahkan kaca mobil Arga, saking geramnya. Tadinya, CEO tampan itu berpikir kalau Arga akan langsung mengantar pulang Zaya, tapi nyatanya, kakak tirinya itu