"Kamu yakin itu makam Vernita? Nggak salah?" tanya Luther dengan penuh semangat. Dia sampai menggenggam pergelangan tangan Xena.Tenaga yang kuat ini membuat Xena mengernyit karena lengannya menjadi agak kebas. Dia menahan rasa sakit sambil menjawab dengan serius, "Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri, nggak akan salah.""Di mana kuburannya? Cepat beri tahu aku!" Luther mulai tidak sabar. Tatapannya itu seakan-akan ingin melahap orang. Sebelumnya, dia ingin mengorek informasi tentang Vernita dari Istana Hawa. Di luar dugaan, dia mendapatkan informasi secepat ini."Aduh, sakit lho!" Xena mengempaskan tangan Luther dengan kuat, lalu berkata sambil mengernyit, "Aku nggak tahu lokasi spesifiknya. Guruku nggak mengizinkanku ikut meneliti peta. Jadi, aku hanya melihat 2 kata, yaitu Hutan Kelam.""Hutan Kelam? Tempat apa itu?" tanya Luther seraya mengerutkan dahinya."Aku sudah menyelidikinya, Hutan Kelam ini terletak di Praulandia. Ini hutan primitif yang dipenuhi rawa dan sangat berbah
Lokasi makam Vernita telah ditemukan, yaitu berada di Hutan Kelam Praulandia. Begitu berita ini tersebar, segala penjuru sontak gempar. Pesilat yang tak terhitung jumlahnya datang ke Praulandia untuk mencoba peruntungan mereka. Bagaimanapun, peluang seperti ini sangat jarang ditemui.Saat ini, di sebuah mobil yang menuju ke Praulandia. Terlihat Luther yang memandang ke luar jendela dengan bengong. Sementara itu, Charlotte yang duduk di sampingnya terus mengoceh, "Paman, Raja Obat berpesan kamu harus memperhatikan kesehatan selama 2 hari ini. Kamu harus makan obat dengan teratur dan jangan gunakan energi sejati. Kalau nggak, organ dalammu akan rusak.""Selain itu, entah siapa yang membocorkan informasi tentang makam Vernita. Banyak sekali orang yang pergi ke Praulandia untuk mencari harta karun. Persaingan kali ini akan sangat sengit.""Oh, aku masih punya kabar buruk. Semalam, ada ahli bela diri yang mengeluarkan Klark dari penjara bawah tanah Aliansi Bela Diri. Aliansi sudah mengutus
"Lemah? Kamu memanggilku lemah?" Suara yang muncul mendadak ini membuat pria itu sontak terkejut. Begitu menoleh, dia melihat seorang pria sedang menatapnya dengan ekspresi dingin."Bocah, siapa kamu? Jangan ikut campur urusan kami, ya!" bentak pria itu dengan murung. Tatapan yang ditunjukkannya dipenuhi ancaman."Tolong, tolong aku!" seru si wanita yang masih berusaha melepaskan diri. Kini, wajahnya yang takut menjadi memiliki secercah harapan.Barusan, si wanita benar-benar putus asa, mengira dirinya sudah pasti akan dinodai para bajingan ini. Tanpa diduga, muncul seorang pria asing yang berniat untuk menyelamatkannya."Aku nggak bilang mau ikut campur, lanjutkan saja," sahut Luther sambil melipat lengannya di depan dada. Dia tidak melakukan apa pun, seolah-olah masalah ini tidak ada hubungan dengannya."Hah?" Pria itu pun agak keheranan melihatnya. Sementara itu, si wanita tertegun. Bukankah pria ini datang untuk menjadi pahlawan? Kenapa malah diam saja? Masa dia datang untuk menont
Akan tetapi, makin Luther menunjukkan sikap seperti ini, Chelliny pun merasa makin penasaran padanya. Dia bertanya, "Kak, jangan bersikap begitu dingin padaku dong!"Chelliny mencemberutkan bibirnya. Tatapannya tampak kesal saat berucap, "Sejak kecil, kami sudah dididik untuk membalas kebaikan. Kalau aku nggak membalas kebaikanmu, aku nggak akan bisa tidur nyenyak nanti.""Makan obat tidur saja, dah!" Luther malas berbasa-basi. Selesai melontarkan kalimat itu, dia segera pergi."Kak!" Chelliny masih mengejarnya. Namun, kakinya tiba-tiba terkilir sehingga dia terjatuh. Kini, kain yang menutupi payudaranya telah robek sepenuhnya, memperlihatkan tubuh telanjang yang indah.Langkah kaki Luther seketika terhenti. Pada akhirnya, dia melepaskan jaketnya dan melemparkannya ke arah Chelliny."Terima kasih," ujar Chelliny dengan wajah memerah. Dia langsung membungkus tubuhnya dengan jaket itu. Dalam hatinya, dia merasa agak tersentuh dengan perlakuan Luther."Chelliny!" Tiba-tiba, terlihat seora
Pukul 19.00, Luther membawa Charlotte dan Yadira ke restoran. Restoran ini tidak kecil, bisa muat sampai ratusan orang.Begitu masuk, Luther langsung melihat banyak rombongan yang duduk di dalam. Selain para turis, masih ada para pesilat yang datang untuk mencari makam Vernita."Kak! Di sini!" Ketika Luther memandang ke sekeliling, Chelliny sontak bangkit sambil melambaikan tangannya dengan bersemangat. Luther pun mengangguk, lalu menghampiri."Ayo, silakan duduk," ujar Alvie sambil mempersilakan dengan ramah. Sementara itu, Kansan yang duduk di samping melipat lengannya dengan tidak acuh. Dia tampak sangat angkuh. Namun, begitu melihat Charlotte dan Yadira, matanya sontak berbinar-binar. Dia merapikan pakaian, lalu memasang gaya keren."Ini Yadira dan Charlotte, mereka temanku. Kalian nggak keberatan kalau mereka ikut, 'kan?" tanya Luther setelah membuat perkenalan singkat."Tentu saja nggak, justru bagus kalau makin ramai. Ayo, duduk!" sahut Alvie sembari tersenyum dan mengisyaratkan
"Tentu saja, Sekte Akasa nggak takut meskipun mereka semua begitu hebat. Yang paling harus diwaspadai adalah sekte-sekte kalangan atas, seperti Sekte Ilmu Kegelapan, Biara Kasih, Sekte Hitam Putih, Sekte Roh .... Masih ada satu orang yang harus kalian jauhi!""Siapa?" tanya Charlotte dengan penasaran."Master muda yang mengalahkan Tuan Youngky baru-baru ini!" sahut Alvie."Eh?" Charlotte termangu mendengarnya. Bukankah itu gurunya? Dia menatap Luther dengan heran, lalu mendapati Luther mengangguk padanya. Mereka tidak boleh mengungkapkan identitas kali ini. Jika tidak, pasti akan ada orang yang berusaha menjebak mereka."Apa kalian pernah bertemu master muda ini?" tanya Yadira sembari tersenyum nakal."Tentu saja belum. Tapi, aku sudah mendengar banyak rumor tentangnya. Dengar-dengar, dia punya paras yang tampan dan selalu membela kebenaran. Hebatnya, dia baru berusia 20-an tahun, tapi sudah menerobos tingkat master. Benar-benar genius langka di Jiman, banyak sekali pesilat wanita yang
"Hah?" Kansan kebingungan dan tidak bisa bereaksi. Dia sedang bertingkah keren, tetapi tiba-tiba diserang seperti ini.Kansan tanpa sadar mengulurkan tangan untuk meraba kepalanya, lalu mendapati seluruh tangannya berlumuran darah. Dia tidak menggunakan energi sejati untuk berlindung, jadi tidak berbeda dengan manusia biasa."Lancang sekali! Siapa yang berani menyerangku?" bentak Kansan sambil menoleh.Melihat ini, para murid Sekte Akasa pun menggebrak meja dan turut menghardik, "Berengsek! Siapa yang berani menyerang senior kami! Kurang ajar!""Aku." Seorang pria berkacamata hitam yang mengenakan pakaian berwarna cerah tiba-tiba berjalan mendekat dengan membawa 2 pesilat. Tingkahnya yang santai ini seolah-olah tidak takut pada siapa pun."Bocah, kamu tahu siapa aku? Berani sekali kamu menyerangku secara diam-diam!" bentak Kansan sambil menggertakkan giginya dengan geram."Oh? Memangnya siapa kamu?" tanya pria berkacamata hitam itu sambil tersenyum nakal."Dengar baik-baik! Aku salah s
"Boleh saja, tapi aku punya syarat," sahut Avalon yang mengangkat alisnya."Syarat apa?" tanya Alvie sembari tersenyum."Aku mau kamu dan kedua nona cantik itu menemaniku minum. Kalau pelayanan kalian bagus, aku akan membiarkan masalah hari ini berlalu," jelas Avalon yang tersenyum genit.Wanita secantik ini jarang sekali ditemui. Tanpa diduga, Avalon malah bertemu 3 wanita cantik secara sekaligus. Mana mungkin dia melewatkan kesempatan sebagus ini?"Eee ...." Senyuman Alvie seketika membeku. Dia sudah lama berkecimpung di dunia persilatan, jadi memahami maksud bajingan ini. Setelah minum-minum, mereka pasti akan dinodai."Kenapa? Kamu menolak, ya? Aku nggak suka ditolak lho! Sebaiknya kamu pertimbangkan dulu baik-baik," ujar Avalon dengan ekspresi dingin."Hei, kamu sangat beruntung kalau bisa menemani tuan muda kami minum. Jangan nggak tahu diri begini dong!" seru salah satu pesilat yang berdiri di belakang."Aku bisa saja menemanimu minum. Tapi, nggak usah bawa-bawa kedua nona itu,