Saat melihat Tuan Wirawan datang, semua orang mengira Luther pasti akan mati. Namun tidak disangka, begitu kedua orang itu bertemu, bukan hanya tidak ada perkelahian yang terjadi. Keduanya malah asyik mengobrol, seolah-olah sudah saling mengenal sebelumnya. Hal ini membuat Willy dan yang lainnya terkejut. Bahkan Ariana dan keluarganya juga tercengang."Tidak mungkin! Apa bocah ini mengenal Tuan Wirawan?""Astaga. Siapa sebenarnya orang ini? Bisa-bisanya dia bercanda dengan Tuan Wirawan!"Semua orang berbisik-bisik karena merasa sangat heran."Tuan Wirawan ... apa Anda mengenalnya?" Willy menelan ludah dan merasa gelisah."Luther ini adalah temannya Bianca. Berani-beraninya kamu menyinggungnya!" Ekspresi Darwo menjadi makin dingin."Hah? Teman Nona Bianca?" Mata Willy terus berkedut karena ketakutan.Bianca bukan hanya salah satu dari tiga tokoh besar di Jiloam. Bahkan, ada keluarga bangsawan dari ibu kota provinsi juga yang mendukungnya dari belakang. Dia adalah tokoh yang memiliki pos
"Paman Darwo, langsung bicarakan intinya saja."Setelah menyesap tehnya, Luther berkata dengan tenang, "Kamu bilang kamu sudah menemukan ginseng kelas atasnya, mana ginsengnya?""Melihatmu begitu buru-buru, aku langsung terus terang saja." Darwo tertawa sambil bertepuk tangan.Setelah mendengar suara tepukan tangan itu, muncul seorang pengawal yang membawakan sebuah kotak kayu. Darwo mengambil kotak kayu itu dan meletakkannya di atas meja, lalu membukanya.Isi kotak itu adalah ginseng dengan ukuran sebesar telapak tangan. Warnanya kuning kecoklatan, dengan akar yang sangat lebat."Benar-benar barang bagus!"Setelah memperhatikan dengan saksama, ekspresi Luther langsung menjadi gembira. Ginseng yang berumur 500 tahun ini benar-benar merupakan harta karun langka! Sekarang, setelah mendapatkan tanaman obat itu, Luther menjadi makin dekat dengan tujuannya!"Luther, bagaimana? Apa kamu puas?" Darwo tersenyum."Tentu saja puas, terima kasih Paman Darwo." Luther tersenyum dan mengulurkan tang
Pada awalnya, Darwo masih tersenyum dengan percaya diri. Namun, Darwo segera menyadari ada yang tidak beres. Kekuatan Luther jauh lebih besar daripada perkiraan Darwo. Darwo bisa merasakan dengan gelombang-gelombang kekuatan mengerikan yang mengalir deras seperti ombak. Telapak tangan Darwo pun mulai berbunyi, seolah-olah akan patah setiap saat!Ekspresi Darwo menjadi muram. Dia akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan meninju dengan keras, mencoba memaksa Luther untuk mundur. Namun, Luther tidak menghindar dan terpaksa menerima tinjunya.Boom! Tinju keduanya saling bertabrakan dan kursi Darwo langsung meledak!Bersamaan dengan itu, tubuh Darwo terdorong mundur oleh kekuatan besar itu, terus-menerus sampai menabrak dinding. Sementara itu, Luther tetap duduk dengan tenang tanpa bergerak sedikit pun. Jelas sekali, siapa yang menang dalam pertempuran kali ini!"Dasar bocah! Ternyata kamu masih punya trik tersembunyi, aku sudah meremehkanmu!"Darwo menyipitkan mata dan ekspresinya terliha
"Aku hanya mengingatkanmu saja, semua hal harus dipikirkan dulu baru bertindak. Jangan pikir ada yang mendukungmu, jadi bisa melakukan semuanya sesukamu."Ariana berkata dengan ekspresi yang serius, "Sebagai seorang pria, pada akhirnya tetap harus mengandalkan kekuatan sendiri. Bergantung pada orang yang berkuasa mungkin akan memberikan kejayaan sejenak, tapi tidak akan bertahan lama. Aku harap kamu akan segera menyadari hal ini."Mendengar perkataan itu, Luther merasa agak lucu. "Bagaimana kamu bisa tahu aku bergantung pada orang yang berkuasa?""Bukankah begitu? Kalau tidak memanfaatkan reputasi Nona Bianca, apa kamu pikir Willy tadi akan melepaskanmu?" Ariana sangat terus terang."Baiklah. Lagi pula, bagi kalian, aku tetap hanya orang yang tidak berguna." Luther menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis.Persepsi terhadap seseorang sulit untuk diubah. Meskipun suatu hari kenyataannya ada di depan mata, orang-orang itu juga tidak akan percaya dan akan mencari alasan untuk mencob
Malam harinya, di dalam sel di kantor polisi yang gelap. Luther dan Ariana terikat di kursi dengan punggung yang saling bersandar. Di dalam ruangan yang dingin dan tidak terlihat apa pun itu, membuat orang merasa tertekan."Maaf, tak disangka, aku melibatkanmu juga," kata Luther."Mereka bilang kamu telah mencuri barang berharga, apakah itu benar?" tanya Ariana dengan tiba-tiba."Menurutmu?""Menurutku, kamu nggak akan senekat itu. Seharusnya ada orang yang diam-diam mencelakaimu. Apa ini ada hubungannya dengan Willy?""Willy adalah kaki tangannya, dalangnya adalah Darwo," kata Luther."Darwo? Maksudmu Tuan Wirawan?"Ariana terkejut. "Bukankah sebelumnya kalian berteman baik? Bagaimana bisa kamu menyinggungnya?""Aku memukulnya," kata Luther dengan tenang."Hah?" Ekspresi Ariana berubah. "Kamu berani memukul Tuan Wirawan? Apa kamu sudah gila?"Siapa Tuan Wirawan ini? Dia adalah saudara sekeluarganya Pak Eril dan anggota Keluarga Wirawan di ibu kota provinsi! Bahkan Willy yang kejam jug
Malam makin larut. Saat ini, di luar gerbang kantor polisi. Helen, Keenan, dan yang lainnya sedang menunggu dengan cemas.Ariana adalah tulang punggung seluruh Keluarga Warsono. Jika terjadi sesuatu dengannya, Keluarga Warsono akan berada dalam keadaan terpuruk.Demi menyelamatkan Ariana, seluruh anggota Keluarga Warsono mengerahkan segala cara dan mencari semua koneksi yang bisa diandalkan.Saat semua orang menunggu dengan cemas, tiba-tiba seorang petugas patroli keluar. Melihat petugas itu, Keenan segera menyapanya. "Kak Joni, bagaimana dengan situasinya? Apakah bisa melepaskan kakakku?""Keenan, tadi aku dengar hal ini Pak Tomy yang bertanggung jawab, orang dengan pangkat rendah sepertiku tidak bisa ikut campur." Joni menggelengkan kepalanya."Jadi, bagaimana? Kamu tolong bantu cari cara!" Keenan menjadi cemas."Benar! Pak Joni, kami akan sangat berterima kasih kalau kamu bisa membantu!" Helen memohon."Aku akan berusaha sebaik mungkin, tapi aku tidak berani menjamin apa pun. Selain
Saat keadaan di luar sedang kacau. Pada saat ini, keadaan di dalam ruangan inspektur polisi malah sangat tenang."Pak Tomy, bagaimana? Apa bocah itu sudah sepakat?" Willy yang baru saja duduk, sudah tidak sabar untuk bertanya."Tidak penting apakah dia sepakat atau tidak. Lagi pula, tahanan yang jatuh ke tanganku, pada akhirnya akan menyerah." Tomy mengisap cerutunya dengan ekspresi santai."Ada Pak Tomy yang turun tangan, tentu saja tidak ada masalah. Tapi, daripada menunggu, lebih baik Anda segera bertindak," kata Willy."Kenapa? Apa perlu kamu yang mengajariku?" Tomy menatap dengan tatapan yang dingin."Tidak berani. Yang paling penting adalah ada yang mendukung bocah itu. Kalau tidak segera dibereskan, aku takut akan bermasalah," kata Willy dengan buru-buru sambil tersenyum."Tidak mungkin ada masalah apa-apa, aku hanya menjalani tugasku. Selain itu, siapa yang berani menyinggungku di wilayahku?" kata Tomy dengan tenang."Tentu saja. Pak Tomy, Anda adalah menantu Wali Kota, siapa y
Di dalam sel yang gelap, Luther dan Ariana saling berdampingan, merasakan suhu tubuh masing-masing. Dari awal pernikahan hingga perceraian mereka, kedua orang jarang memiliki momen yang begitu tenang. Seketika, keduanya tidak tahu harus bagaimana membuka pembicaraan."Menurutmu, apakah kita akan mati di sini hari ini?" Akhirnya, Ariana bersuara untuk memecahkan keheningan.Lingkungan sekitar yang gelap dan dingin memberinya perasaan tertekan. Ditambah lagi dengan kehadiran Tomy yang menakutkan, membuat Ariana merasakan perasaan aneh di hatinya."Jangan pikirkan hal-hal negatif, kita pasti bisa keluar dengan selamat," hibur Luther."Seandainya kita nggak bisa keluar, apa kamu punya keinginan terakhir?" Ariana bertanya dengan nada lembut."Nggak akan ada kemungkinan seperti itu. Kalau ada masalah, kita bisa membicarakannya setelah keluar nanti," jawab Luther."Orang yang kita lawan adalah Tuan Wirawan, dengan koneksi dan kemampuan yang dimilikinya, sangat mudah baginya untuk menghadapi k