Tak disangka, Willy ternyata begitu kejam. Jika tidak bisa dibicarakan baik-baik, dia akan langsung bertindak kasar. Apalagi, lawannya adalah bangsawan dari ibu kota provinsi. Tidak sia-sia Willy begitu terkenal dengan reputasinya yang mengerikan!"Kamu berani memukulku?" Carlos memegang wajahnya yang merah, dia tidak berani percaya terjadi kejadian seperti ini. Preman di wilayah kecil malah berani memukulnya? Carlos adalah Tuan Muda Keluarga Luando!"Kenapa kalau aku memukulmu? Berani-beraninya membuat kekacauan di wilayahku, masa aku tidak boleh memukulmu?" Willy tersenyum sinis."Kamu tahu, aku adalah anggota Keluarga Luando!" Ekspresi Carlos menjadi muram.Carlos adalah orang yang sangat bergengsi tinggi, tapi kini dia malah dihina di depan umum. Hal ini tentu akan menjadi aib seumur hidupnya!"Keluarga Luando? Lalu, kenapa?" Willy tertawa ketika berkata, "Apa kamu tahu orang yang sangat berkuasa pun akan kesulitan mengalahkan orang setempat? Ini adalah wilayahku, kamu harus tunduk
Ekspresi Willy menjadi muram dan menatap ke sekeliling dengan tajam. Namun, yang membalas Willy adalah beberapa botol bir lagi.Prang, prang, prang!Botol-botol bir terhempas secara berturut-turut dan berhasil menjatuhkan semua pria berotot itu ke lantai dengan sangat tepat. Satu botol bir menjatuhkan satu orang, keakuratannya benar-benar mengerikan!"Siapa yang melempar botol-botol bir ini? Kalau berani, ayo keluar!" teriak Willy dengan marah. Bisa menjatuhkan lebih puluhan orang dengan botol-botol bir ini jelas bukanlah kemampuan biasa."Tuan Willy, kita harus memaafkan dan memberi kesempatan kepada orang lain. Kenapa harus begitu kejam?" Luther perlahan-lahan berjalan keluar dari kerumunan dan langsung menarik perhatian semua orang."Siapa orang ini? Berani-beraninya menyerang anggota Tuan Willy, apa dia tidak mau hidup lagi?""Wajahnya memang tampan, tapi sepertinya otaknya bodoh berani menyinggung Tuan Willy.""Kalau aku adalah dia, aku akan kabur setelah melempar botol bir itu. K
"Kamu ... berani sekali melawanku!" Willy tertegun. Dia memegang kepalanya dengan perasaan tidak percaya dan tangannya penuh dengan darah.Sejak Willy merebut wilayah selatan beberapa tahun ini, belum pernah ada yang berani bersikap tidak hormat padanya, apalagi melemparnya dengan botol bir. Orang ini benar-benar cari mati!"Tuan Willy, dengarkan nasihatku, lupakan saja," kata Luther dengan tenang."Sialan! Kamu harus mati hari ini! Aku akan mencabik-cabikmu!" teriak Willy yang baru bereaksi terhadap kejadian ini.Namun, begitu Willy berkata demikian, sebuah pisau sudah berada di lehernya. Ujung pisau yang tajam menembus kulit Willy dan darahnya segera mengalir. Jika sayatannya lebih dalam lagi, tusukan itu akan mengenai arteri karotis.Seketika, semuanya terdiam. Suasana di bar tiba-tiba menjadi hening. Jeritan Willy berhenti, suara perdebatan orang-orang juga berhenti. Semua orang menatap Luther yang memegang pisau dengan ekspresi yang sangat terkejut.Jika menggunakan botol bir untu
Saat melihat Tuan Wirawan datang, semua orang mengira Luther pasti akan mati. Namun tidak disangka, begitu kedua orang itu bertemu, bukan hanya tidak ada perkelahian yang terjadi. Keduanya malah asyik mengobrol, seolah-olah sudah saling mengenal sebelumnya. Hal ini membuat Willy dan yang lainnya terkejut. Bahkan Ariana dan keluarganya juga tercengang."Tidak mungkin! Apa bocah ini mengenal Tuan Wirawan?""Astaga. Siapa sebenarnya orang ini? Bisa-bisanya dia bercanda dengan Tuan Wirawan!"Semua orang berbisik-bisik karena merasa sangat heran."Tuan Wirawan ... apa Anda mengenalnya?" Willy menelan ludah dan merasa gelisah."Luther ini adalah temannya Bianca. Berani-beraninya kamu menyinggungnya!" Ekspresi Darwo menjadi makin dingin."Hah? Teman Nona Bianca?" Mata Willy terus berkedut karena ketakutan.Bianca bukan hanya salah satu dari tiga tokoh besar di Jiloam. Bahkan, ada keluarga bangsawan dari ibu kota provinsi juga yang mendukungnya dari belakang. Dia adalah tokoh yang memiliki pos
"Paman Darwo, langsung bicarakan intinya saja."Setelah menyesap tehnya, Luther berkata dengan tenang, "Kamu bilang kamu sudah menemukan ginseng kelas atasnya, mana ginsengnya?""Melihatmu begitu buru-buru, aku langsung terus terang saja." Darwo tertawa sambil bertepuk tangan.Setelah mendengar suara tepukan tangan itu, muncul seorang pengawal yang membawakan sebuah kotak kayu. Darwo mengambil kotak kayu itu dan meletakkannya di atas meja, lalu membukanya.Isi kotak itu adalah ginseng dengan ukuran sebesar telapak tangan. Warnanya kuning kecoklatan, dengan akar yang sangat lebat."Benar-benar barang bagus!"Setelah memperhatikan dengan saksama, ekspresi Luther langsung menjadi gembira. Ginseng yang berumur 500 tahun ini benar-benar merupakan harta karun langka! Sekarang, setelah mendapatkan tanaman obat itu, Luther menjadi makin dekat dengan tujuannya!"Luther, bagaimana? Apa kamu puas?" Darwo tersenyum."Tentu saja puas, terima kasih Paman Darwo." Luther tersenyum dan mengulurkan tang
Pada awalnya, Darwo masih tersenyum dengan percaya diri. Namun, Darwo segera menyadari ada yang tidak beres. Kekuatan Luther jauh lebih besar daripada perkiraan Darwo. Darwo bisa merasakan dengan gelombang-gelombang kekuatan mengerikan yang mengalir deras seperti ombak. Telapak tangan Darwo pun mulai berbunyi, seolah-olah akan patah setiap saat!Ekspresi Darwo menjadi muram. Dia akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan meninju dengan keras, mencoba memaksa Luther untuk mundur. Namun, Luther tidak menghindar dan terpaksa menerima tinjunya.Boom! Tinju keduanya saling bertabrakan dan kursi Darwo langsung meledak!Bersamaan dengan itu, tubuh Darwo terdorong mundur oleh kekuatan besar itu, terus-menerus sampai menabrak dinding. Sementara itu, Luther tetap duduk dengan tenang tanpa bergerak sedikit pun. Jelas sekali, siapa yang menang dalam pertempuran kali ini!"Dasar bocah! Ternyata kamu masih punya trik tersembunyi, aku sudah meremehkanmu!"Darwo menyipitkan mata dan ekspresinya terliha
"Aku hanya mengingatkanmu saja, semua hal harus dipikirkan dulu baru bertindak. Jangan pikir ada yang mendukungmu, jadi bisa melakukan semuanya sesukamu."Ariana berkata dengan ekspresi yang serius, "Sebagai seorang pria, pada akhirnya tetap harus mengandalkan kekuatan sendiri. Bergantung pada orang yang berkuasa mungkin akan memberikan kejayaan sejenak, tapi tidak akan bertahan lama. Aku harap kamu akan segera menyadari hal ini."Mendengar perkataan itu, Luther merasa agak lucu. "Bagaimana kamu bisa tahu aku bergantung pada orang yang berkuasa?""Bukankah begitu? Kalau tidak memanfaatkan reputasi Nona Bianca, apa kamu pikir Willy tadi akan melepaskanmu?" Ariana sangat terus terang."Baiklah. Lagi pula, bagi kalian, aku tetap hanya orang yang tidak berguna." Luther menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis.Persepsi terhadap seseorang sulit untuk diubah. Meskipun suatu hari kenyataannya ada di depan mata, orang-orang itu juga tidak akan percaya dan akan mencari alasan untuk mencob
Malam harinya, di dalam sel di kantor polisi yang gelap. Luther dan Ariana terikat di kursi dengan punggung yang saling bersandar. Di dalam ruangan yang dingin dan tidak terlihat apa pun itu, membuat orang merasa tertekan."Maaf, tak disangka, aku melibatkanmu juga," kata Luther."Mereka bilang kamu telah mencuri barang berharga, apakah itu benar?" tanya Ariana dengan tiba-tiba."Menurutmu?""Menurutku, kamu nggak akan senekat itu. Seharusnya ada orang yang diam-diam mencelakaimu. Apa ini ada hubungannya dengan Willy?""Willy adalah kaki tangannya, dalangnya adalah Darwo," kata Luther."Darwo? Maksudmu Tuan Wirawan?"Ariana terkejut. "Bukankah sebelumnya kalian berteman baik? Bagaimana bisa kamu menyinggungnya?""Aku memukulnya," kata Luther dengan tenang."Hah?" Ekspresi Ariana berubah. "Kamu berani memukul Tuan Wirawan? Apa kamu sudah gila?"Siapa Tuan Wirawan ini? Dia adalah saudara sekeluarganya Pak Eril dan anggota Keluarga Wirawan di ibu kota provinsi! Bahkan Willy yang kejam jug
Di saat itu, bukan hanya penonton di bawah panggung yang terkejut, bahkan Adam yang berada di atas panggung juga terpana oleh Teknik Bayangan yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Ozias. Sejak kapan Aula Yama menguasai teknik sehebat ini?Yang lebih mengejutkan lagi, Teknik Bayangan yang dilakukan Ozias ini sama sekali tidak kalah dari Ravin. Bahkan dengan penglihatannya yang tajam, Adam pun tidak bisa langsung membedakan mana yang asli dan palsu.Dari sini, bisa dilihat bahwa Teknik Bayangan Ravin sudah sangat matang. Tak heran jika Ozias bisa mengalahkan Ravin. Ternyata dia juga menguasai Teknik Bayangan. Memang, dengan memahami teknik musuhnya, dia bisa menemukan celah dan memanfaatkannya untuk mengalahkan lawan.Meski terkejut, Adam sama sekali tidak gentar. Menurutnya, Teknik Bayangan itu memang sedikit merepotkan, tetapi hanya memerlukan sedikit lebih banyak usaha saja."Cukup hebat, tapi efeknya nggak besar. Karena kamu tetap akan kalah," ucap Adam dengan nada dingin."Menang atau kal
Di atas panggung, Adam dan Ozias saling menatap dari kejauhan. Keduanya adalah genius langka. Namun dari segi popularitas dan reputasi, Adam memang lebih unggul.Meski begitu, dukungan yang diterima Ozias jelas lebih banyak, terutama dari penggemar perempuan. Alasannya sederhana, Ozias memang memiliki wajah yang lebih tampan.Begitu Ozias tampil, sorak-sorai langsung menggema dari bawah panggung. Mayoritas adalah suara perempuan muda yang tak henti-hentinya menyemangati, bahkan ada yang membentuk tim pemandu sorak untuk menyemangatinya dengan penuh antusias. Mereka tampak seperti para penggemar yang bertemu idolanya.Namun, bukan hanya para perempuan yang terpikat. Tampaknya, ketampanan Ozias juga menarik perhatian dari kalangan pria tertentu. Beberapa pria bahkan memberanikan diri menyatakan cinta secara terbuka, meski disertai tatapan aneh dari penonton lain."Ozias! Aku cinta kamu!""Ozias! Aku mau dihamili olehmu!""Ozias! Kamu tahu beda dirimu dan bintang? Bintang ada di langit, t
"Yang penting punya keyakinan saja. Hari ini biarkan orang-orang itu melihat betapa hebatnya Organisasi Mondial," kata Greta dengan sangat bersemangat."Benar. Selama bisa mengalahkan Hasta, Kak Adam pasti akan menjadi orang terkuat di dunia," kata Roselia dengan semangat.Meningkatnya kekuatan Adam sangat memotivasi semangat para anggota Organisasi Mondial karena mereka semua tahu kemenangan dan kekalahan hari ini akan menentukan masa depan seluruh sekte. Jika Adam bisa meraih juara, Organisasi Mondial akan mencapai puncak kejayaan. Namun, jika mereka kalah dari Sekte Pedang dan Sekte Sihir, itu akan menjadi pukulan besar bagi mereka."Orang terkuat di dunia?" gumam Adam dengan pelan dan mata yang bersinar. Dia sudah lama menginginkan gelar ini. Jika hari ini dia bisa mengalahkan Hasta, dia akan menjadi orang terkuat di dunia di kalangan generasi muda. Hal ini sudah pasti. Saat memikirkan hal itu, dia langsung merasa sangat bersemangat dan tanpa sadar menatap ke arah Hasta dari Sekte
Kandidat yang berhasil masuk delapan besar adalah genius yang sangat langka, sehingga popularitas mereka sangat besar. Hanya dengan muncul sebentar saja, mereka sudah menarik perhatian banyak orang. Terutama Hasta, Adam, dan Charlotte yang merupakan pilihan untuk menjadi juara dan sangat digemari banyak orang.Selain pertandingan, hari ini ada yang diam-diam membuka taruhan juga. Bagi kebanyakan penjudi, siapa yang menjadi juara akan menentukan apakah mereka akan mendapatkan keuntungan besar atau kehilangan segalanya.Saat Luther dan Misandari tiba di lokasi, hampir semua tempat duduk di tribune sudah terisi. Banyak penonton yang langsung berdiri dan bertepuk tangan sebagai tanda penghormatan saat melihat Luther.Meskipun nama dan kekuatan Luther tidak sepopuler para kandidat yang menduduki peringkat atas di Peringkat Genius, penampilannya semalam tidak kalah hebat. Dia berhasil mengalahkan dua orang asing dan membawa kehormatan bagi para ahli Negara Drago, reputasinya ini membuat nama
"Kamu sudah banyak membantuku, mana mungkin aku akan melupakanmu."Misandari tersenyum, lalu kembali bertanya, "Oh ya. Kuil Dewa sudah begitu berusaha merekrutmu, mereka pasti menginginkan sesuatu darimu, 'kan? Mereka mungkin melakukan sesuatu yang merugikan."Luther menganggukkan kepala dan berkata dengan jujur, "Tebakanmu memang benar. Mereka merekrutku bukan hanya karena tertarik dengan kemampuanku, tapi mereka juga ingin aku membantu rencana mereka menyusup ke Gunung Narima.""Ternyata mereka memang punya niat jahat."Misandari menyipitkan mata, lalu bertanya lagi, "Apa Kuil Dewa memberitahumu detail rencana mereka?"Luther menggelengkan kepala. "Nggak. Orang yang bernama Tico itu bilang nggak ada yang tahu detail rencananya, selain Raja Dewa. Bahkan dia sendiri pun nggak tahu, hanya mengikuti perintah saja.""Memang begini cara kerja Kuil Dewa," kata Misandari sambil menganggukkan kepala dan terlihat tidak terkejut.Setiap kali ada rencana besar, Kuil Dewa akan sangat berhati-hati
Luther mengamati kotak itu dengan saksama. Setelah memastikan tidak ada tanda khusus di kotak itu, dia baru bertanya pada Misandari, "Kenapa kamu bisa menebaknya? Apa kamu bisa melihat isi di dalam kotak ini?""Tentu saja hanya menebak. Aku nggak lihat tembus pandang, mana mungkin bisa lihat isinya," kata Misandari sambil mengalihkan pandangannya."Hebat, aku salut!" kata Luther sambil mengacungkan jempolnya. Hanya dengan menebak saja, Misandari sudah bisa mengetahui inti dari situasinya. Dia takjub dengan kecerdasan Misandari."Jadi, isi kotak ini benar-benar obat penguat?" tanya Misandari sambil mengernyitkan alis. Dia hanya sembarangan menebak saja, dia tidak menyangka tebakannya benar."Nih, kamu lihat saja sendiri," kata Luther yang tidak menjelaskan, melainkan langsung membuka kotaknya dan memperlihatkan obat yang berwarna merah dan biru dengan jelas."Eh? Ternyata obat level S dari Kuil Dewa, mereka benar-benar menganggapmu sangat berharga," kata Misandari dengan terkejut setela
Luther merasa ragu sejenak saat melihat racun di atas meja, tetapi pada akhirnya dia menganggukkan kepala. "Tuan Tico sudah begitu menghargaiku, aku tentu saja harus menunjukkan ketulusanku juga."Setelah mengatakan itu, Luther mengambil racun di meja, membuka tutupnya, dan langsung meminumnya sampai habis tak tersisa. Setelah habis, dia bahkan membalikkan botolnya agar Tico bisa melihat dengan jelas racunnya benar-benar sudah habis. Tubuhnya kebal dengan racun, racun sekecil ini tentu saja bukan masalah baginya."Hahaha .... Kamu memang berani!" kata Tico sambil tertawa terbahak-bahak setelah melihat adegan itu. Setelah meminum racun itu berarti Luther tulus untuk bergabung dengan Kuil Dewa dan mendapatkan kepercayaannya.Bagi Kuil Dewa, kata-kata tanpa bukti tidak berarti apa-apa. Mereka memang sangat menghargai bakat, tetapi kesetiaan lebih penting bagi mereka. Hanya orang yang setia yang akan mendapat pelatihan khusus dari mereka.Untuk membuktikan kesetiaan seseorang, cara terbaik
Tico tersenyum dan berkata, "Luther, aku bisa mengerti kekhawatiranmu. Tapi, selama kamu setia dan nggak mengkhianati Kuil Dewa, aku janji nggak akan ada bahaya apa pun. Kuil Dewa sangat menghargai genius sepertimu. Meminum racun ini hanya tindakan pencegahan agar rahasia nggak bocor saja. Aku yakin kamu juga mengerti logika ini."Orang yang tidak meminum racun tidak akan bisa dikendalikan dan tentu saja tidak bisa dipercayai juga. Jika orang itu hanya untuk menjalankan tugas biasa, mungkin masih tidak masalah. Namun, untuk mendapatkan posisi yang lebih penting, kesetiaan adalah prioritas utama."Tuan Tico, aku mengerti apa yang kamu katakan dan aku juga cukup tertarik dengan Kuil Dewa. Tapi, kita baru kenal, saat ini aku masih belum bisa memercayai Kuil Dewa dengan tanpa syarat," kata Luther sambil kembali menggelengkan kepalanya. Belum memberikan keuntungan apa pun, Kuil Dewa ini sudah menuntut banyak darinya. Apa mereka pikir dia ini orang bodoh?"Luther, kepercayaan itu bisa dibang
Tico menatap Luther dengan tajam dan berkata sambil tersenyum, "Luther, aku juga nggak menyangka kamu begitu pandai menyembunyikan kemampuanmu, bahkan sampai bisa mengalahkan ahli dari Kuil Dewa. Benar-benar mengejutkan.""Sebenarnya ini juga bukan salahmu, salah kedua orang itu yang lemah saja. Kekuatan mereka yang kurang, jadi bisa berakhir seperti ini juga wajar. Malam ini aku datang juga bukan untuk membalas dendam.""Syukurlah."Luther menghela napas lega dan akhirnya tersenyum. "Kalau Tuan Tico datang bukan untuk menyalahkanku, jadi apa ada yang ingin disampaikan?""Sejujurnya, penampilanmu sudah menarik perhatian Raja Dewa. Dia berharap kamu bisa bergabung dengan Kuil Dewa secara resmi dan membantu kami menyelesaikan misi besar," kata Tico sambil tersenyum untuk merekrut Luther.Luther tertegun sejenak, lalu berkata dengan ragu, "Bergabung dengan Kuil Dewa? Tuan Tico, apa aku layak? Aku ini hanya orang biasa dari pedesaan, apa aku layak bergabung dengan Kuil Dewa?"Tico menyesap