"Luther! Jangan sok! Kamu hanya beruntung bisa menyelamatkan Kakek. Lihatlah betapa sombongnya kamu!" Helen merasa agak tidak senang. Apa Luther benar-benar merasa dia telah menjadi seorang tokoh besar sehingga berani memperlakukan Ariana seperti itu?"Setidaknya, aku menyelamatkan Kakek, bagaimana dengan kalian? Kalian hampir membunuhnya!" jawab Luther dengan dingin."Ada apa dengan sikapmu ini?" Helen merasa kesal dan frustrasi."Sudahlah! Apa gunanya bertengkar dengan sesama keluarga?"Pada saat itu, Darius tiba-tiba berteriak, "Helen, kalian semua keluar saja, ada yang ingin kubicarakan dengan Luther.""Huh!" Helen merasa tidak senang, tetapi dia tidak punya pilihan selain keluar dari kamar itu. Baru saja keluar dari kamar pasien, sekelompok orang itu mulai berbisik-bisik."Menurut kalian, apa Kakek menyuruh Luther tetap di dalam karena ingin meninggalkan wasiatnya?""Memang tidak bisa dipastikan, siapa suruh Luther ini pandai mengambil hati Kakek. Bagaimanapun juga, kita harus tet
Saat ini, sudah banyak orang yang berkumpul di dalam bar. Ada yang hanya datang untuk melihat keramaian dan ada juga beberapa orang yang merupakan preman bar. Yang paling menarik perhatian adalah beberapa pemuda yang dipimpin oleh Keenan.Beberapa dari mereka dipukul sampai mukanya bengkak dan kepalanya berdarah. Mereka juga dipaksa berlutut di lantai dan terlihat dalam posisi menunggu untuk dihukum."Keenan, kenapa kamu terluka sampai begini?" Begitu melihat Keenan yang penuh dengan luka dan memar, Ariana langsung mengernyitkan alisnya."Kak! Akhirnya kalian datang juga!"Bagaikan melihat penyelamat, Keenan buru-buru bangkit berdiri."Aduh! Putraku! Siapa yang memukulimu sampai seperti ini? Beri tahu Ibu, aku pasti akan membantumu!" Helen merasa sangat sedih.Biasanya, Helen bahkan tidak tega menyentuh Keenan satu jari pun saat putranya itu melakukan kesalahan. Bagaimana mungkin Helen rela membiarkan orang luar menghajar Keenan seperti itu?"Ibu! Si berengsek itu yang menghajarku!"Ke
"Tak disangka, Kak Henny ternyata adalah kekasih Tuan Willy. Pantas saja tidak ada orang yang berani membuat keributan di sini.""Bukan tidak ada orang yang berani membuat keributan, tapi orang yang pernah membuat keributan sudah diberikan pelajaran! Beberapa waktu yang lalu, seorang konglomerat yang memiliki aset triliunan berusaha merayu Kak Henny dan akhirnya tangan dan kakinya dipotong oleh Tuan Willy. Setelah itu, mereka bahkan tidak berani mengatakan apa pun dan datang sendiri untuk meminta maaf!""Sialan! Sekejam itu?""Tentu saja. Tuan Willy adalah penguasa di wilayah selatan. Apa ada orang yang berani tidak menghormatinya?"Setelah mengetahui identitas Henny, suasana seluruh bar menjadi gempar. Ada orang yang terkejut, ada yang kagum, dan ada juga yang senang melihatnya."Gawat kali ini!"Keenan menelan ludah dan keringat dinginnya terus mengalir. Jika dia tahu bahwa Willy yang menjaga tempat ini, Keenan tidak akan berani membuat keributan."Kenapa malah bertemu dengan pembawa
Tak disangka, Willy ternyata begitu kejam. Jika tidak bisa dibicarakan baik-baik, dia akan langsung bertindak kasar. Apalagi, lawannya adalah bangsawan dari ibu kota provinsi. Tidak sia-sia Willy begitu terkenal dengan reputasinya yang mengerikan!"Kamu berani memukulku?" Carlos memegang wajahnya yang merah, dia tidak berani percaya terjadi kejadian seperti ini. Preman di wilayah kecil malah berani memukulnya? Carlos adalah Tuan Muda Keluarga Luando!"Kenapa kalau aku memukulmu? Berani-beraninya membuat kekacauan di wilayahku, masa aku tidak boleh memukulmu?" Willy tersenyum sinis."Kamu tahu, aku adalah anggota Keluarga Luando!" Ekspresi Carlos menjadi muram.Carlos adalah orang yang sangat bergengsi tinggi, tapi kini dia malah dihina di depan umum. Hal ini tentu akan menjadi aib seumur hidupnya!"Keluarga Luando? Lalu, kenapa?" Willy tertawa ketika berkata, "Apa kamu tahu orang yang sangat berkuasa pun akan kesulitan mengalahkan orang setempat? Ini adalah wilayahku, kamu harus tunduk
Ekspresi Willy menjadi muram dan menatap ke sekeliling dengan tajam. Namun, yang membalas Willy adalah beberapa botol bir lagi.Prang, prang, prang!Botol-botol bir terhempas secara berturut-turut dan berhasil menjatuhkan semua pria berotot itu ke lantai dengan sangat tepat. Satu botol bir menjatuhkan satu orang, keakuratannya benar-benar mengerikan!"Siapa yang melempar botol-botol bir ini? Kalau berani, ayo keluar!" teriak Willy dengan marah. Bisa menjatuhkan lebih puluhan orang dengan botol-botol bir ini jelas bukanlah kemampuan biasa."Tuan Willy, kita harus memaafkan dan memberi kesempatan kepada orang lain. Kenapa harus begitu kejam?" Luther perlahan-lahan berjalan keluar dari kerumunan dan langsung menarik perhatian semua orang."Siapa orang ini? Berani-beraninya menyerang anggota Tuan Willy, apa dia tidak mau hidup lagi?""Wajahnya memang tampan, tapi sepertinya otaknya bodoh berani menyinggung Tuan Willy.""Kalau aku adalah dia, aku akan kabur setelah melempar botol bir itu. K
"Kamu ... berani sekali melawanku!" Willy tertegun. Dia memegang kepalanya dengan perasaan tidak percaya dan tangannya penuh dengan darah.Sejak Willy merebut wilayah selatan beberapa tahun ini, belum pernah ada yang berani bersikap tidak hormat padanya, apalagi melemparnya dengan botol bir. Orang ini benar-benar cari mati!"Tuan Willy, dengarkan nasihatku, lupakan saja," kata Luther dengan tenang."Sialan! Kamu harus mati hari ini! Aku akan mencabik-cabikmu!" teriak Willy yang baru bereaksi terhadap kejadian ini.Namun, begitu Willy berkata demikian, sebuah pisau sudah berada di lehernya. Ujung pisau yang tajam menembus kulit Willy dan darahnya segera mengalir. Jika sayatannya lebih dalam lagi, tusukan itu akan mengenai arteri karotis.Seketika, semuanya terdiam. Suasana di bar tiba-tiba menjadi hening. Jeritan Willy berhenti, suara perdebatan orang-orang juga berhenti. Semua orang menatap Luther yang memegang pisau dengan ekspresi yang sangat terkejut.Jika menggunakan botol bir untu
Saat melihat Tuan Wirawan datang, semua orang mengira Luther pasti akan mati. Namun tidak disangka, begitu kedua orang itu bertemu, bukan hanya tidak ada perkelahian yang terjadi. Keduanya malah asyik mengobrol, seolah-olah sudah saling mengenal sebelumnya. Hal ini membuat Willy dan yang lainnya terkejut. Bahkan Ariana dan keluarganya juga tercengang."Tidak mungkin! Apa bocah ini mengenal Tuan Wirawan?""Astaga. Siapa sebenarnya orang ini? Bisa-bisanya dia bercanda dengan Tuan Wirawan!"Semua orang berbisik-bisik karena merasa sangat heran."Tuan Wirawan ... apa Anda mengenalnya?" Willy menelan ludah dan merasa gelisah."Luther ini adalah temannya Bianca. Berani-beraninya kamu menyinggungnya!" Ekspresi Darwo menjadi makin dingin."Hah? Teman Nona Bianca?" Mata Willy terus berkedut karena ketakutan.Bianca bukan hanya salah satu dari tiga tokoh besar di Jiloam. Bahkan, ada keluarga bangsawan dari ibu kota provinsi juga yang mendukungnya dari belakang. Dia adalah tokoh yang memiliki pos
"Paman Darwo, langsung bicarakan intinya saja."Setelah menyesap tehnya, Luther berkata dengan tenang, "Kamu bilang kamu sudah menemukan ginseng kelas atasnya, mana ginsengnya?""Melihatmu begitu buru-buru, aku langsung terus terang saja." Darwo tertawa sambil bertepuk tangan.Setelah mendengar suara tepukan tangan itu, muncul seorang pengawal yang membawakan sebuah kotak kayu. Darwo mengambil kotak kayu itu dan meletakkannya di atas meja, lalu membukanya.Isi kotak itu adalah ginseng dengan ukuran sebesar telapak tangan. Warnanya kuning kecoklatan, dengan akar yang sangat lebat."Benar-benar barang bagus!"Setelah memperhatikan dengan saksama, ekspresi Luther langsung menjadi gembira. Ginseng yang berumur 500 tahun ini benar-benar merupakan harta karun langka! Sekarang, setelah mendapatkan tanaman obat itu, Luther menjadi makin dekat dengan tujuannya!"Luther, bagaimana? Apa kamu puas?" Darwo tersenyum."Tentu saja puas, terima kasih Paman Darwo." Luther tersenyum dan mengulurkan tang
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi
"Foniks Terbang!" Di bawah tekanan dahsyat, Mario mengeluarkan seluruh potensinya. Energi astral disalurkan ke dalam pedangnya. Cahaya perak memancar dengan kuat.Saat berikutnya, Mario meloncat dan bersatu dengan pedangnya. Dia menjelma menjadi foniks raksasa yang meraung sambil memelesat ke arah pedang emas.Keseluruhan foniks itu berwarna perak. Foniks itu mengepakkan sayapnya, membuat angin kencang berembus. Tekanan besar ini membuat foniks itu seolah-olah ingin membumbung tinggi ke angkasa.Setelah berjeda, foniks perak tiba-tiba berbalik ke arah pedang emas. Bam! Lagi-lagi terdengar suara yang memekakkan telinga. Energi dahsyat membuat tanah bergetar.Perisai petir biru juga terus berguncang, seperti akan hancur. Di pusat ledakan, pedang emas dan foniks tampak berhadapan.Namun, pedang emas itu seperti gunung besar yang terus menerus menekan foniks raksasa. Pada akhirnya, foniks itu tidak tahan lagi dan terjatuh.Seketika, asap mengepul dan batu beterbangan. Guncangan menjadi mak
Keseluruhan bayangan foniks itu berwarna merah, membuatnya terlihat seperti matahari yang menyilaukan. Sayap foniks pun memancarkan cahaya aneh.Ketika menghadapi pedang emas itu, bayangan foniks meraung dan mengepakkan sayapnya. Saat berikutnya, dia terbang dan membentur pedang emas.Di bawah tatapan semua orang, cahaya merah dan cahaya emas berbenturan. Duar! Terdengar gemuruh. Seluruh arena berguncang.Gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan menyapu ke sekeliling. Untung saja, masih ada perisai petir biru dari Nabel yang melindungi para penonton.Cahaya biru memancar dengan kuat. Perisai pun bergetar, seolah-olah akan hancur kapan saja. Saat melihat ini, Nabel tidak berani ragu-ragu. Dia datang ke pusat formasi untuk menyalurkan energi sejatinya supaya perisai tidak hancur."Tekanan ini mengerikan sekali. Seperti ini kekuatan ahli bela diri top? Luar biasa!""Aku tahu Hasta kuat, tapi aku nggak nyangka Mario yang tak terkenal ini juga begitu hebat. Dia memperlihatkan tekanan y
Di arena, Mario berdiri dengan gagah sambil menggenggam pedangnya. Wajahnya dipenuhi senyuman saat menatap Hasta. "Hasta, aku nggak nyangka kita bakal ketemu sekarang. Sepertinya pertarungan ini tak terelakkan."Hasta memang genius yang diakui semua orang, tetapi Mario juga tidak kalah hebatnya. Hanya saja, dia selalu bersikap rendah hati dan tidak mengejar ketenaran. Selama ini, dia hanya fokus pada kultivasinya.Kali ini, Mario berpartisipasi dalam kompetisi pun bukan untuk menjadi terkenal, melainkan untuk menguji kemampuannya. Terus bersembunyi tidak akan membuatnya tumbuh. Dengan melawan lawan yang lebih kuat, dia baru bisa berkembang."Kamu bukan lawanku. Sebaiknya mengaku kalah," ucap Hasta dengan dingin. Dia tidak ingin membunuh saudara seperguruannya."Kita belum bertarung. Gimana bisa kamu tahu aku selemah itu?" Mario masih tersenyum. "Aku bergabung dengan Sekte Pedang lebih awal darimu. Kamu memang genius, tapi aku nggak bodoh. Seharusnya nggak semudah itu untuk menang darik
Ozias memang kalah, tetapi reputasinya tidak menurun. Para penggemar wanita itu masih terus meneriakkan namanya. Ini adalah situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Ternyata, tampan memang menguntungkan."Tuan Ozias, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Yuki dengan penuh perhatian setelah Ozias kembali ke tempat duduknya."Cuma luka kecil, bukan masalah." Ozias menggeleng sambil tersenyum. Meskipun tersenyum, tatapannya justru terlihat agak sedih.Ozias mengikuti kompetisi ini bukan hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari orang lain. Masuk delapan besar sudah termasuk hebat, tetapi Ozias masih ingin lebih. Sayangnya, kemampuannya kalah dari orang lain. Hanya saja, dia merasa puas karena lawannya adalah Adam."Kamu sudah sangat hebat. Banyak murid sekte besar kalah darimu. Nggak usah dipikirkan," hibur Elsa."Ya, kamu jauh lebih hebat dariku. Aku saja nggak bisa masuk 16 besar. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi sangat terkenal. Banyak or