Di ruang kantor presdir Grup Warsono, Ariana berdiri di depan jendela besar sembari memandang pemandangan salju di luar. Tatapannya tampak agak sedih.Hari sudah malam, tetapi Ariana masih sendirian di tempat ini. Kemarin, ibunya sudah pulang dengan membawa abu adiknya. Sementara itu, Ariana memberi alasan sibuk bekerja supaya tidak perlu pergi.Di satu sisi, masih ada urusan yang harus ditangani Ariana. Di sisi lain, dia hanya ingin menghindar. Dia tidak tahu cara menjelaskan kematian Keenan kepada keluarganya. Sebelum kebenaran benar-benar terbukti, Luther hanya tersangka dalam kasus ini.Kring kring kring .... Ketika Ariana melamun, ponselnya tiba-tiba berdering. Ariana pun mengeluarkan ponselnya, lalu mendapati bahwa orang yang menelepon adalah Steward. Dia segera menyapa, "Halo, Kakek, apa ada masalah?""Ariana, kakekmu bilang kamu nggak akan pulang tahun ini. Apa kamu akan terus bekerja lembur di perusahaan?" tanya Steward dengan penuh perhatian."Ada pekerjaan mendesak di perusa
"Hahaha, tentu saja!" Steward tak kuasa tergelak, lalu meneruskan, "Aku akan mengadakan rapat keluarga besok pagi dan mengumumkan kamu adalah pemimpin Keluarga Warsono yang baru."Selesai berbicara, Steward mengakhiri panggilannya. Ariana pun belum tersadar dari keterkejutannya. Hal ini terjadi terlalu mendadak. Dia jelas tidak melakukan apa pun, tetapi tiba-tiba menjadi pemimpin Keluarga Warsono. Statusnya sontak meningkat pesat. Sungguh di luar nalar!Ariana tahu dirinya memang memiliki bakat dan kemampuan. Namun, dia tidak memiliki kepercayaan diri jika tiba-tiba harus menjabat sebagai pemimpin keluarga. Hanya saja, ini akan menjadi peluangnya untuk maju. Dia tentu tidak boleh melewatkan peluang seperti ini. Bagaimanapun, dia harus mencoba.....Keesokan paginya, salju sudah berhenti turun. Tahun baru akhirnya tiba. Begitu Luther kembali ke Faksi Draco, dia langsung melihat Ronald yang menyambutnya dengan gembira. "Tuan! Ada kabar gembira!""Kabar apa? Istrimu melahirkan?" tanya Lut
Di sebuah ruang privat, Herbert sedang menjamu seorang pria botak berkacamata dengan ramah. Di sampingnya, terlihat pula beberapa wanita cantik yang bertingkah genit."Terima kasih sudah datang kemari. Ini hadiah kecil untukmu, silakan diterima," ucap Herbert sembari mengeluarkan selembar cek dan meletakkannya di atas meja, lalu mendorongnya ke depan.Pria berkacamata yang bernama Jarry itu hanya melirik sekilas dan tidak memedulikannya. Kemudian, dia bersulang dengan wanita cantik di sampingnya."Astaga, aku memang pelupa. Aku lupa memberimu hadiah pertemuan," ujar Herbert yang mengerti maksud Jarry. Dia pun mengambil kotak hadiah di samping, lalu menyerahkannya dengan dua tangan.Begitu dibuka, terlihat sebuah patung banteng emas yang beratnya beberapa kilogram. Harga patung seperti ini setidaknya mencapai miliaran."Hahaha. Pak Herbert, kamu terlalu sungkan. Hubungan kita sangat dekat, nggak perlu memberikan hadiah semahal ini kepadaku," ucap Jarry sambil tersenyum lebar saat meliha
"Dasar berengsek! Sepertinya kamu nggak akan mengaku sebelum diberi pelajaran!" Ronald benar-benar murka sekarang. Begitu dia maju, Luther tiba-tiba menghentikan dengan bertanya, "Maksudmu, masalah ini berkaitan dengan Keluarga Warsono?""Kenapa? Kamu sudah takut?" Herbert terkekeh-kekeh dan berucap, "Bagus kalau kamu takut. Kalau menyinggungku, kamu sama saja dengan menyinggung Keluarga Warsono. Jadi, cepat keluar sekarang juga!""Aku akan memberimu kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Kemudian, serahkan dirimu kepada polisi. Dengan begini, aku akan mengampuni nyawamu," ujar Luther dengan ekspresi dingin."Omong kosong!" Herbert memelotot sambil memaki, "Jangan kira aku takut karena kamu Ketua Faksi Draco. Di mata Keluarga Warsono, faksi seperti ini nggak ada apa-apanya. Mereka bisa membinasakan kalian kapan saja!""Sepertinya, kamu nggak akan mengatakan apa pun sebelum diberi pelajaran. Ronald, cepat potong satu tangannya," perintah Luther yang malas bertele-tele."Baik!" Ronald se
"Benar-benar bising," ujar Luther dengan dingin. Dia yang menendang Jarry sampai terpental jauh. Tindakan Luther ini pun terlihat sangat gesit.Ronald dan lainnya sungguh tercengang dengan kejadian ini. Herbert sampai lupa dengan rasa sakit di tangannya dan memperlihatkan ekspresi tidak percaya. Tidak ada yang menyangka bahwa Luther akan sekejam ini.Begitu murka, pria ini langsung melancarkan serangan, padahal lawannya adalah kepala pelayan dari Keluarga Japardy. Jarry adalah tokoh penting dari Translandia! Mudah saja baginya untuk membunuh siapa pun! Apalagi, Jarry mewakili martabat Keluarga Japardy!Memukul anggota Keluarga Japardy sama dengan menginjak-injak martabat Keluarga Japardy! Lantas, bagaimana Luther berani melakukannya? Apa dia sudah bosan hidup?"Ka ... kamu ... beraninya kamu melukai kepala pelayan Keluarga Japardy! Kamu dalam masalah besar!" teriak Herbert dengan terkejut sekaligus ketakutan."Dia hanya kaki tangan Keluarga Japardy, untuk apa seheboh ini?" Luther menga
Ariana sedang menikmati segelas kopi sambil meninjau dokumen. Tiba-tiba, pintu kantornya terbuka. Helen dan Roselyn masuk dengan tergesa-gesa, wajah mereka penuh dengan kegembiraan."Ibu, bukannya Ibu sudah kembali ke Jiloam? Kenapa cepat sekali datangnya?" Ariana agak heran."Ariana! Katakan dengan jujur, apa kamu sudah dipilih sebagai Kepala Keluarga Warsono?!" tanaya Helen segera."Bagaimana kamu tahu?" Ariana terkejut sejenak."Hahaha ... ternyata benar!" Helen tersenyum lebar dan sangat bersemangat, "Kemarin kakekmu memberitahuku bahwa kamu akan menjadi Kepala Keluarga Warsono. Awalnya aku tidak begitu percaya, tapi tak kusangka kamu begitu berprestasi. Ini sungguh luar biasa!""Kak Ariana! Selamat atas kenaikan statusmu! Mulai sekarang, kamu adalah pemimpin di keluarga kaya!" ujar Roselyn. Dulu, dia merasa cemburu terhadap Ariana. Sekarang, dia hanya bisa bersikap sopan dan menyanjung Ariana. Keluarga Warsono di Jiberia adalah keluarga kaya selama ratusan tahun. Mereka adalah kel
"Hm?" Mendengar tuduhan Herbert, ekspresi Luther langsung berubah drastis. Sorot matanya menyiratkan niat membunuh yang kuat. Sudah sampai seperti ini, Herbert masih bisa berbalik menuduhnya. Benar-benar sialan!"Berengsek, kamu masih bisa memfitnah, ya? Akan kubunuh kau!" Setelah tertegun sejenak, Roland langsung mengeluarkan pisaunya hendak melampiaskan kemarahan."Bu Ariana, tolong aku!" Herbert langsung bersembunyi di belakang Ariana dengan panik."Tunggu dulu!" Ariana maju untuk menghalangi Roland. "Nggak boleh bertindak kasar sebelum masalahnya diperjelas!""Bu Ariana, orang ini banyak bohongnya. Aku harus beri pelajaran pada dia!" kata Roland dengan marah. Sepanjang perjalanan tadi, Herbert terus menjamin dirinya akan mengaku kepada Ariana. Namun begitu tiba di sini, Herbert langsung berubah pikiran dan bahkan memfitnah Luther. Benar-benar kurang ajar!"Huh! Sepertinya kamu mau membunuh orang untuk menghilangkan bukti, ya?" Pada saat ini, Roselyn tiba-tiba berkata, "Pak Herbert
Sambil bicara, pria itu mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah video untuk ditunjukkan pada beberapa orang itu. Lokasi rekaman adalah di sebuah kafe, dengan Herbert dan pria itu yang duduk berseberangan di sebuah meja.Suara keduanya terdengar sangat jelas. Isi percakapan mereka adalah membahas tentang bagaimana membunuh Keenan dan melemparkan kesalahannya pada Luther. Setelah selesai berdiskusi, Herbert bahkan memberi uang muka secara langsung pada pria itu. Rekaman itu menunjukkan keseluruhan prosesnya dengan sangat jelas.Selesai melihat rekaman tersebut, semua orang langsung terdiam. Bahkan Helen yang tadinya masih sangat galak pun, saat ini terpaku di tempat. Roselyn yang tadinya terus-menerus menyindir Luther juga terdiam.Selama ini mereka selalu menganggap pelaku yang membunuh Keenan adalah Luther. Tak disangka, ternyata Luther malah tidak bersalah. Untuk sesaat, mereka sangat sulit menerima kenyataan ini. Di sisi lain, Herbert telah mematung di tempatnya dengan wajah pucat.