"Hahaha, tentu saja!" Steward tak kuasa tergelak, lalu meneruskan, "Aku akan mengadakan rapat keluarga besok pagi dan mengumumkan kamu adalah pemimpin Keluarga Warsono yang baru."Selesai berbicara, Steward mengakhiri panggilannya. Ariana pun belum tersadar dari keterkejutannya. Hal ini terjadi terlalu mendadak. Dia jelas tidak melakukan apa pun, tetapi tiba-tiba menjadi pemimpin Keluarga Warsono. Statusnya sontak meningkat pesat. Sungguh di luar nalar!Ariana tahu dirinya memang memiliki bakat dan kemampuan. Namun, dia tidak memiliki kepercayaan diri jika tiba-tiba harus menjabat sebagai pemimpin keluarga. Hanya saja, ini akan menjadi peluangnya untuk maju. Dia tentu tidak boleh melewatkan peluang seperti ini. Bagaimanapun, dia harus mencoba.....Keesokan paginya, salju sudah berhenti turun. Tahun baru akhirnya tiba. Begitu Luther kembali ke Faksi Draco, dia langsung melihat Ronald yang menyambutnya dengan gembira. "Tuan! Ada kabar gembira!""Kabar apa? Istrimu melahirkan?" tanya Lut
Di sebuah ruang privat, Herbert sedang menjamu seorang pria botak berkacamata dengan ramah. Di sampingnya, terlihat pula beberapa wanita cantik yang bertingkah genit."Terima kasih sudah datang kemari. Ini hadiah kecil untukmu, silakan diterima," ucap Herbert sembari mengeluarkan selembar cek dan meletakkannya di atas meja, lalu mendorongnya ke depan.Pria berkacamata yang bernama Jarry itu hanya melirik sekilas dan tidak memedulikannya. Kemudian, dia bersulang dengan wanita cantik di sampingnya."Astaga, aku memang pelupa. Aku lupa memberimu hadiah pertemuan," ujar Herbert yang mengerti maksud Jarry. Dia pun mengambil kotak hadiah di samping, lalu menyerahkannya dengan dua tangan.Begitu dibuka, terlihat sebuah patung banteng emas yang beratnya beberapa kilogram. Harga patung seperti ini setidaknya mencapai miliaran."Hahaha. Pak Herbert, kamu terlalu sungkan. Hubungan kita sangat dekat, nggak perlu memberikan hadiah semahal ini kepadaku," ucap Jarry sambil tersenyum lebar saat meliha
"Dasar berengsek! Sepertinya kamu nggak akan mengaku sebelum diberi pelajaran!" Ronald benar-benar murka sekarang. Begitu dia maju, Luther tiba-tiba menghentikan dengan bertanya, "Maksudmu, masalah ini berkaitan dengan Keluarga Warsono?""Kenapa? Kamu sudah takut?" Herbert terkekeh-kekeh dan berucap, "Bagus kalau kamu takut. Kalau menyinggungku, kamu sama saja dengan menyinggung Keluarga Warsono. Jadi, cepat keluar sekarang juga!""Aku akan memberimu kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Kemudian, serahkan dirimu kepada polisi. Dengan begini, aku akan mengampuni nyawamu," ujar Luther dengan ekspresi dingin."Omong kosong!" Herbert memelotot sambil memaki, "Jangan kira aku takut karena kamu Ketua Faksi Draco. Di mata Keluarga Warsono, faksi seperti ini nggak ada apa-apanya. Mereka bisa membinasakan kalian kapan saja!""Sepertinya, kamu nggak akan mengatakan apa pun sebelum diberi pelajaran. Ronald, cepat potong satu tangannya," perintah Luther yang malas bertele-tele."Baik!" Ronald se
"Benar-benar bising," ujar Luther dengan dingin. Dia yang menendang Jarry sampai terpental jauh. Tindakan Luther ini pun terlihat sangat gesit.Ronald dan lainnya sungguh tercengang dengan kejadian ini. Herbert sampai lupa dengan rasa sakit di tangannya dan memperlihatkan ekspresi tidak percaya. Tidak ada yang menyangka bahwa Luther akan sekejam ini.Begitu murka, pria ini langsung melancarkan serangan, padahal lawannya adalah kepala pelayan dari Keluarga Japardy. Jarry adalah tokoh penting dari Translandia! Mudah saja baginya untuk membunuh siapa pun! Apalagi, Jarry mewakili martabat Keluarga Japardy!Memukul anggota Keluarga Japardy sama dengan menginjak-injak martabat Keluarga Japardy! Lantas, bagaimana Luther berani melakukannya? Apa dia sudah bosan hidup?"Ka ... kamu ... beraninya kamu melukai kepala pelayan Keluarga Japardy! Kamu dalam masalah besar!" teriak Herbert dengan terkejut sekaligus ketakutan."Dia hanya kaki tangan Keluarga Japardy, untuk apa seheboh ini?" Luther menga
Ariana sedang menikmati segelas kopi sambil meninjau dokumen. Tiba-tiba, pintu kantornya terbuka. Helen dan Roselyn masuk dengan tergesa-gesa, wajah mereka penuh dengan kegembiraan."Ibu, bukannya Ibu sudah kembali ke Jiloam? Kenapa cepat sekali datangnya?" Ariana agak heran."Ariana! Katakan dengan jujur, apa kamu sudah dipilih sebagai Kepala Keluarga Warsono?!" tanaya Helen segera."Bagaimana kamu tahu?" Ariana terkejut sejenak."Hahaha ... ternyata benar!" Helen tersenyum lebar dan sangat bersemangat, "Kemarin kakekmu memberitahuku bahwa kamu akan menjadi Kepala Keluarga Warsono. Awalnya aku tidak begitu percaya, tapi tak kusangka kamu begitu berprestasi. Ini sungguh luar biasa!""Kak Ariana! Selamat atas kenaikan statusmu! Mulai sekarang, kamu adalah pemimpin di keluarga kaya!" ujar Roselyn. Dulu, dia merasa cemburu terhadap Ariana. Sekarang, dia hanya bisa bersikap sopan dan menyanjung Ariana. Keluarga Warsono di Jiberia adalah keluarga kaya selama ratusan tahun. Mereka adalah kel
"Hm?" Mendengar tuduhan Herbert, ekspresi Luther langsung berubah drastis. Sorot matanya menyiratkan niat membunuh yang kuat. Sudah sampai seperti ini, Herbert masih bisa berbalik menuduhnya. Benar-benar sialan!"Berengsek, kamu masih bisa memfitnah, ya? Akan kubunuh kau!" Setelah tertegun sejenak, Roland langsung mengeluarkan pisaunya hendak melampiaskan kemarahan."Bu Ariana, tolong aku!" Herbert langsung bersembunyi di belakang Ariana dengan panik."Tunggu dulu!" Ariana maju untuk menghalangi Roland. "Nggak boleh bertindak kasar sebelum masalahnya diperjelas!""Bu Ariana, orang ini banyak bohongnya. Aku harus beri pelajaran pada dia!" kata Roland dengan marah. Sepanjang perjalanan tadi, Herbert terus menjamin dirinya akan mengaku kepada Ariana. Namun begitu tiba di sini, Herbert langsung berubah pikiran dan bahkan memfitnah Luther. Benar-benar kurang ajar!"Huh! Sepertinya kamu mau membunuh orang untuk menghilangkan bukti, ya?" Pada saat ini, Roselyn tiba-tiba berkata, "Pak Herbert
Sambil bicara, pria itu mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah video untuk ditunjukkan pada beberapa orang itu. Lokasi rekaman adalah di sebuah kafe, dengan Herbert dan pria itu yang duduk berseberangan di sebuah meja.Suara keduanya terdengar sangat jelas. Isi percakapan mereka adalah membahas tentang bagaimana membunuh Keenan dan melemparkan kesalahannya pada Luther. Setelah selesai berdiskusi, Herbert bahkan memberi uang muka secara langsung pada pria itu. Rekaman itu menunjukkan keseluruhan prosesnya dengan sangat jelas.Selesai melihat rekaman tersebut, semua orang langsung terdiam. Bahkan Helen yang tadinya masih sangat galak pun, saat ini terpaku di tempat. Roselyn yang tadinya terus-menerus menyindir Luther juga terdiam.Selama ini mereka selalu menganggap pelaku yang membunuh Keenan adalah Luther. Tak disangka, ternyata Luther malah tidak bersalah. Untuk sesaat, mereka sangat sulit menerima kenyataan ini. Di sisi lain, Herbert telah mematung di tempatnya dengan wajah pucat.
Ariana memegang wajahnya yang terasa perih itu dengan kebingungan. Dia tidak merasa pernah menyinggung Luciana sama sekali. Namun, kenapa Luciana tiba-tiba menamparnya?"Hei! Wanita gila dari mana berani-beraninya menampar putriku! Sepertinya kamu minta dihajar!" Melihat Ariana ditampar, Helen langsung menyingsingkan lengan bajunya hendak berkelahi dengan Luciana."Lancang sekali!" Pada saat ini, seorang pria bertubuh tegap tiba-tiba masuk dan berkata dengan kejam, "Berani-beraninya kamu berbicara tidak sopan pada nenekku. Awas saja, akan kuhabisi nyawamu!"Melihat aura pria itu yang begitu mendominasi, Helen langsung bergerak mundur dan berteriak, "Kenapa? Kamu mau menindas kami karena jumlah kalian lebih banyak, ya? Kamu kira kami akan takut padamu?""Satpam, usir orang-orang ini!" teriak Roselyn."Mau mengusir kami?" Pria itu tertawa sinis. "Seluruh Grup Warsono ini adalah milik kami, siapa yang berani mengusir kami?""Wah, hebat juga ucapanmu ya. Memangnya siapa kalian berani sesom
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung