"Hm?" Mendengar tuduhan Herbert, ekspresi Luther langsung berubah drastis. Sorot matanya menyiratkan niat membunuh yang kuat. Sudah sampai seperti ini, Herbert masih bisa berbalik menuduhnya. Benar-benar sialan!"Berengsek, kamu masih bisa memfitnah, ya? Akan kubunuh kau!" Setelah tertegun sejenak, Roland langsung mengeluarkan pisaunya hendak melampiaskan kemarahan."Bu Ariana, tolong aku!" Herbert langsung bersembunyi di belakang Ariana dengan panik."Tunggu dulu!" Ariana maju untuk menghalangi Roland. "Nggak boleh bertindak kasar sebelum masalahnya diperjelas!""Bu Ariana, orang ini banyak bohongnya. Aku harus beri pelajaran pada dia!" kata Roland dengan marah. Sepanjang perjalanan tadi, Herbert terus menjamin dirinya akan mengaku kepada Ariana. Namun begitu tiba di sini, Herbert langsung berubah pikiran dan bahkan memfitnah Luther. Benar-benar kurang ajar!"Huh! Sepertinya kamu mau membunuh orang untuk menghilangkan bukti, ya?" Pada saat ini, Roselyn tiba-tiba berkata, "Pak Herbert
Sambil bicara, pria itu mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah video untuk ditunjukkan pada beberapa orang itu. Lokasi rekaman adalah di sebuah kafe, dengan Herbert dan pria itu yang duduk berseberangan di sebuah meja.Suara keduanya terdengar sangat jelas. Isi percakapan mereka adalah membahas tentang bagaimana membunuh Keenan dan melemparkan kesalahannya pada Luther. Setelah selesai berdiskusi, Herbert bahkan memberi uang muka secara langsung pada pria itu. Rekaman itu menunjukkan keseluruhan prosesnya dengan sangat jelas.Selesai melihat rekaman tersebut, semua orang langsung terdiam. Bahkan Helen yang tadinya masih sangat galak pun, saat ini terpaku di tempat. Roselyn yang tadinya terus-menerus menyindir Luther juga terdiam.Selama ini mereka selalu menganggap pelaku yang membunuh Keenan adalah Luther. Tak disangka, ternyata Luther malah tidak bersalah. Untuk sesaat, mereka sangat sulit menerima kenyataan ini. Di sisi lain, Herbert telah mematung di tempatnya dengan wajah pucat.
Ariana memegang wajahnya yang terasa perih itu dengan kebingungan. Dia tidak merasa pernah menyinggung Luciana sama sekali. Namun, kenapa Luciana tiba-tiba menamparnya?"Hei! Wanita gila dari mana berani-beraninya menampar putriku! Sepertinya kamu minta dihajar!" Melihat Ariana ditampar, Helen langsung menyingsingkan lengan bajunya hendak berkelahi dengan Luciana."Lancang sekali!" Pada saat ini, seorang pria bertubuh tegap tiba-tiba masuk dan berkata dengan kejam, "Berani-beraninya kamu berbicara tidak sopan pada nenekku. Awas saja, akan kuhabisi nyawamu!"Melihat aura pria itu yang begitu mendominasi, Helen langsung bergerak mundur dan berteriak, "Kenapa? Kamu mau menindas kami karena jumlah kalian lebih banyak, ya? Kamu kira kami akan takut padamu?""Satpam, usir orang-orang ini!" teriak Roselyn."Mau mengusir kami?" Pria itu tertawa sinis. "Seluruh Grup Warsono ini adalah milik kami, siapa yang berani mengusir kami?""Wah, hebat juga ucapanmu ya. Memangnya siapa kalian berani sesom
Ariana mengira bahwa dia bisa menang berdebat dengan Luciana begitu saja. Namun, Luciana malah langsung mencampakkan ponsel tersebut tanpa melihat video itu sama sekali. Kemudian, dia bahkan menginjak ponsel itu hingga hancur."Sekarang nggak ada bukti lagi," kata Luciana dengan tenang. Melihat adegan ini, ekspresi semua orang langsung menjadi muram. Apa-apaan ini? Jelas sekali Luciana sedang melindungi Herbert dengan menghancurkan bukti di hadapan mereka."Nenek, apa maksudmu?" kata Ariana sambil mengernyit."Kamu sudah lihat sendiri semuanya. Kenapa, kamu nggak senang?" tanya Luciana dengan ekspresi meremehkan."Kalau kamu begitu, aku terpaksa harus melapor pada Kakek," kata Ariana dengan ekspresi dingin."Kamu pakai Steward untuk mengancamku? Kamu pikir kamu berhak?" kata Luciana sambil tertawa."Kenapa nggak ada? Putriku adalah pewaris yang dipilih langsung oleh Tuan Steward. Selain itu, dia sebentar lagi akan menjabat posisi kepala keluarga. Tiba saatnya, kalian semua harus patuh
Mendengar suara dentuman dari lantai bawah, semua orang tertegun sejenak dan tidak bisa meresponsnya. Semuanya terjadi terlalu mendadak. Beberapa detik sebelumnya, Herbert masih tertawa keras. Namun dalam sekejap, dia terjatuh dan langsung hancur berkeping-keping."Lancang! Kamu malah berani membunuh orang di depan umum! Siapa yang memberimu keberanian itu?"Setelah terkejut sejenak, Luciana langsung merasa sangat marah. Herbert bukan hanya orang kepercayaannya, tetapi keponakannya juga. Pemuda di depannya ini malah membunuh Herbert sesukanya, benar-benar tidak menghormati dirinya."Nyonya Luciana, kamu jangan sembarangan menuduh. Aku tadi tidak melakukan apa pun, jelas-jelas dia yang lompat sendiri," kata Luther dengan tenang."Banyak orang di sini yang melihatnya, kamu masih berani membantah?" kata Luciana dengan ekspresi yang tidak ramah."Siapa yang melihat?" Luther melirik ke arah Roland dan yang lain. "Apa kalian melihatnya?""Tidak, aku tidak melihat apa pun." Roland segera meng
"Copot dari jabatan?" Begitu mendengar perkataan itu, Helen dan yang lainnya langsung menjadi panik."Kenapa? Tuan Steward sendiri yang langsung menunjuk putriku untuk posisi ini, kamu tidak berhak mencopot jabatannya!" kata Helen dengan tidak puas."Benar! Sejak bekerja di perusahaan, Kakak telah membawa keuntungan besar untuk perusahaan. Dalam waktu sebulan, keuntungan telah mencapai lebih dari satu triliun. Atas dasar apa kamu mencopot jabatannya?" kata Roselyn dengan sangat tidak puas.Sebelum Ariana datang, Grup Warsono selalu mengalami kerugian. Dengan upaya keras dan reformasi besar-besaran Ariana, perusahaan itu baru bisa bangkit kembali. Sekarang, setelah berhasil mencapai beberapa prestasi, orang-orang ini dengan mudahnya mengatakan akan mencopot jabatan Ariana. Tindakan mereka ini jelas ingin membuang Ariana setelah memanfaatkannya."Sekarang aku adalah kepala keluarga sementara. Apa yang kukatakan yang berkuasa, kamu tidak berhak membantahnya!" teriak Luciana."Kamu ... ben
Saat keluar dari Grup Warsono, ekspresi Luciana terlihat buruk. Dengan statusnya, biasanya tidak ada yang berani mempertanyakan apa pun yang dikatakan atau dilakukannya. Hari ini, dia malah dihina di depan umum, bahkan kehilangan orang kepercayaannya. Tentu saja, itu membuatnya merasa sangat kesal. Namun, dia berada di daerah Jiman, dia harus mengirim orang dari Jiberia ke sini jika dia ingin balas dendam."Nenek, bagaimanapun juga, Kakek sendiri yang menunjuk Ariana sebagai Presdir. Kalau Nenek memecatnya seperti ini, mungkin akan sulit menjelaskannya saat Kakek sadar," kata Venick dengan ragu.Meskipun bisa melampiaskan amarahnya tadi, tindakan arogan seperti ini pasti akan mendapatkan kritikan orang."Apa yang perlu dijelaskan? Kakekmu bisa sadar atau tidak juga masih menjadi pertanyaan," kata Luciana dengan tenang."Bukannya hanya penyakit lama Kakek yang kambuh? Setelah istirahat sejenak, dia seharusnya baik-baik saja, 'kan?" kata Venick dengan aneh."Bukan penyakit lama kambuh, a
"Ternyata begitu. Tapi, kenapa Nenek menyuruh Herbert untuk membunuh Keenan? Apa itu nggak terlalu berlebihan?" tanya Venick dengan penasaran. Keenan ini hanya seorang tokoh kecil, membunuhnya hanya akan menyia-nyiakan sumber daya."Keenan? Aku bahkan nggak tahu dia itu siapa, kenapa aku bisa membunuhnya? Sepertinya itu keputusan Herbert sendiri. Tapi, itu nggak penting lagi. Entah orang itu hidup atau mati, nggak ada pengaruhnya," kata Luciana sambil melambaikan tangannya.Saat sedang berbicara, Luciana tiba-tiba merinding dan napasnya menjadi terengah-engah. Pada saat yang bersamaan, ada perasaan kesemutan mulai menyebar ke seluruh tubuhnya."Nenek nggak enak badan?" Venick segera menyadari ada yang aneh."Hanya penyakit lama kambuh saja. Pergi ke mobil dan ambilkan obatku, cepat." Luciana langsung memerintahkan Venick."Baik."Venick tidak berani menunda dan buru-buru berlari ke mobil Rolls-Royce di depan, lalu mulai mencari-cari. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan sebotol o