Pagi hari, di kantor Ketua Grup Warsono, Ariana sedang meminum kopi sambil melihat laporan keuangan. Tok, tok, tok ....Pada saat itu, terdengar suara ketukan pintu. "Silakan masuk," ucap Ariana sambil meletakkan cangkir kopinya. "Bu Ariana, ada yang bisa kubantu?" tanya Luther sambil berjalan masuk. Sebagai Kepala Departemen Keamanan, Luther harus datang ke perusahaan setiap hari. Ariana bertanya dengan penasaran, "Kamu pergi ke mana kemarin? Aku nggak bisa menghubungimu.""Temanku mengalami masalah, jadi aku pergi membantunya," jawab Luther sambil tersenyum. Ariana mengangkat alis dengan curiga, lalu bertanya, "Teman? Apakah itu Bianca? Pantas saja kamu begitu bersemangat, ternyata kamu pergi berkencan dengan wanita cantik.""Uhuk, uhuk. Bu Ariana, apa kamu memanggilku hanya untuk menanyakan hal ini?" tanya Luther yang segera mengalihkan topik pembicaraan. Jika ini berlanjut, Ariana pasti akan cemburu lagi nanti.Ariana sontak memutar matanya dan membantah, "Hmph! Memangnya aku kuran
Tatapan Maple terlihat ambigu, tetapi Luther tidak menghindari tatapannya dan menatap ke arah Maple dengan tegas. Dia merasa Maple sangat familier, sepertinya pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya. Namun, Luther tidak bisa mengingat di mana mereka pernah bertemu. Perasaan yang benar-benar aneh."Kamu masih saja menatapnya!" Ariana segera menyadari ada yang aneh dan menginjak salah satu kaki Luther dengan kuat sebagai peringatan.Sekali tidak apa-apa, Luther malah masih menatap untuk kedua kalinya. Baru tidak bertemu beberapa hari saja Luther sudah jadi seperti ini."Bu Ariana, ada beberapa hal yang tidak kumengerti, bisakah kamu menjelaskannya?" Maple meletakkan dokumennya di meja dan menunjuk ke beberapa hal yang rumit itu."Oh, begitu ...."Ariana tersenyum, lalu menjelaskan dengan serius kepada Maple. Namun, Maple tidak sepenuhnya memperhatikan penjelasan Ariana. Sebaliknya, pikirannya malah melayang ke mana-mana. Maple diam-diam melepas sepatu hak tingginya, lalu merentangkan
"Luther! Apa yang kamu lakukan?" tanya Ariana sambil mengernyitkan alisnya. Ingin sekali rasanya dia memukul Luther. Melihat ekspresi aneh Luther, awalnya Ariana merasa Luther hanya sekadar suka melihat wanita cantik. Tak disangka Luther malah berani menggoda dan menyentuh wanita yang baru pertama kali ditemuinya. Luther sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Ariana."Ariana, kamu salah paham, dia yang mengulurkan kakinya dulu," kata Luther dengan wajah yang memerah.Luther memang tidak melakukan apa pun, tetapi dia tetap merasa bersalah."Kaki Nona Maple memang panjang, wajar saja dia mengulurkannya. Apakah itu berarti kamu bisa menyentuhnya sesukamu?" kata Ariana dengan ekspresi serius."Aku ...." Luther terlihat ragu dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya."Huh! Sudah kuduga, ada yang nggak beres denganmu sejak awal. Kamu terus memperhatikan Nona Maple, apa kamu punya niat buruk?" kata Ariana dengan emosi.Memangnya Ariana tidak cukup cantik? Padahal ada wanita secantik i
"Kamu ingin membeliku hanya dengan sebuah vila? Apa kamu pikir aku semudah itu?" Luther tetap tak tergoyahkan.Maple tersenyum sinis. "Hehehe .... Sepertinya, aku harus lebih serius. Kalau begitu, aku akan memberimu informasi internal. Belakangan ini, gedung-gedung di daerah timur kota yang terbengkalai akan mendapat pengembangan khusus. Kalau kamu bisa membelinya, kamu setidaknya akan mendapatkan keuntungan sepuluh kali lipat. Tentu saja, berapa banyak gedung yang bisa kamu beli tergantung pada kemampuanmu sendiri. Makin banyak yang kamu beli, Makin banyak yang bisa kamu dapatkan. Selama kamu punya modal, kamu bisa dengan mudah menghasilkan triliunan. Bagaimana menurutmu? Apakah ini cukup menarik?"Mendengar ini, Luther menyipitkan matanya. "Nona Maple, kamu memang hebat .... Tapi, aku nggak mengerti, kenapa kamu memberitahuku peluang bisnis yang bisa menghasilkan triliunan ini?"Pertama kali bertemu sudah memberikan mobil, rumah, dan uang. Semua ini terlalu berlebihan. Penampilan Lut
Di salah satu ruangan di Rumah Sakit Korman. Saat Luther dan Ariana tiba, mereka melihat Helen berbaring di tempat tidur dan terus merintih kesakitan. Kepalanya dibalut perban yang masih terdapat jejak darah dan jeritannya yang menyayat hati, tampaknya lukanya cukup parah."Ibu! Bagaimana dengan keadaanmu?" tanya Ariana begitu memasuki ruangan dengan ekspresi perhatian.Melihat keadaan itu, Helen terus merintih. "Putriku! Kamu akhirnya datang juga! Ibu melakukan kesalahan, maafkan Ibu! Ibu sekarang tidak berhak hidup lagi!"Saat mengatakan itu, Helen menghantam kepalanya ke dinding beberapa kali dan merasa kesakitan hingga berlinang air mata. Ariana terkejut dan buru-buru menahan Helen, lalu berkata, "Ibu! Apa yang sedang kamu lakukan? Apa tidak bisa menceritakannya dengan baik-baik? Kenapa harus cari mati seperti ini?""Aku ... malu untuk mengatakannya!" kata Helen sambil memukul dadanya, menendang-nendangkan kakinya, dan terus meratap."Keenan, apa yang sebenarnya telah terjadi?" Ari
Keenan tidak berbicara dan hanya mengulurkan dua jarinya."Dua puluh miliar?"Ariana menarik napas dalam-dalam dan menahan amarahnya, lalu berkata, "Meskipun ini bukan jumlah uang yang kecil, untungnya kita masih bisa menanggung kerugian ini. Kali ini, anggap saja sebagai sebuah pelajaran berharga.""Kak, kamu salah paham. Bukan 20 miliar, tapi 200 miliar," kata Keenan dengan lemah.Ekspresi Ariana berubah. "Dua ratus miliar? Apa kamu sedang bercanda? Kalian dapat dari mana uang sebanyak itu?""Kami memiliki beberapa miliar dalam tabungan, lalu kami menjual dua vila, meminjam beberapa puluh miliar, dan sisa beberapa puluh miliar lagi adalah uangmu yang diambil Ibu secara diam-diam," kata Keenan dengan takut."Apa?"Mendengar perkataan ini, Ariana langsung naik pitam. "Apa kalian sudah gila? Menjual rumah dan mencuri uang? Siapa yang mengizinkan kalian melakukan ini?"Siapa yang akan menjual rumah demi berinvestasi? Sungguh bodoh!"Putriku, Ibu bersalah, maafkan Ibu. Ibu akan mati sekar
"Hm?" Luther mengernyit pelan saat menyadari Helen menoleh padanya. Dia membatin, 'Kenapa dia menatapku? Memangnya aku kelihatan seperti orang kaya bodoh? Sialan!'"Luther ...," panggil Helen sambil tersenyum. Dia lalu mengambil sebuah apel dari keranjang buah dan menyerahkannya pada Luther. "Kamu lapar nggak? Sini, makan apel.""Apa maumu?" tanya Luther makin curiga. Saat Helen mendadak bersikap manis begini, dia pasti sedang ada maunya."Anu ... kamu seharusnya juga dengar apa yang barusan kami bicarakan, 'kan?" Helen memasang senyum terbaiknya dan berkata, "Kamu selalu baik hati, jadi kamu pasti nggak tega melihat kami rugi. Aku harap kamu bisa membantu kami."Luther bertanya dengan waspada, "Apa yang bisa kubantu?""Seingatku, sepertinya kamu punya kenalan beberapa orang kaya. Gimana kalau kamu membantu kami menjual bangunan mangkrak itu?" ujar Helen."Kamu ingin aku menipu orang?" tanya Luther sambil mengangkat alisnya.Helen berpura-pura kesal dan berkata, "Hei, jangan bicara sep
Menurut Helen, Luther mengucapkan omong kosong tadi karena tidak mau membantu mereka.Saat ini, Roselyn tiba-tiba berkata, "Luther, kamu bilang bangunan mangkrak ini akan mendatangkan untung besar, 'kan? Oke, gimana kalau kami menjualnya padamu? Biar kamu bisa untung banyak nanti."Mendengar ini, Helen langsung menimpali, "Iya! Sepertinya kamu tertarik dengan bangunan mangkrak ini, kalau gitu beli saja dari kami. Jadi, kita bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan masing-masing.""Ini adalah peluang kalian, aku nggak ingin merebutnya dari kalian," tolak Luther dengan halus."Nggak masalah. Kita semua satu keluarga, satu hati. Kalau kamu untung besar, kami juga ikut senang," kata Helen dengan ramah, seolah-olah sedang melihat target barunya."Iya, Luther. Jangan sungkan sama kami. Kesempatan bagus seperti ini nggak boleh dilewatkan," ujar Herlina.Keenan menimpali, "Ya. Kalau kamu untung besar nanti, kamu cukup traktir kami makan."Orang-orang ini tersenyum cerah dan penuh perhatian. Mer
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat