"Luther, kamu benar-benar bodoh. Bangunan tak berharga ini malah kamu anggap harta karun. Luar biasa!" ejek Roselyn sambil menyeringai.Roselyn terlihat puas akan kebodohan Luther. Tadinya, dia mengira uang sebanyak puluhan miliar yang diinvestasikannya akan terbuang sia-sia. Tidak disangka, langit membantunya dengan mengirim Luther untuk mengambil alih bangunan itu."Luther, terima kasih ya. Berkat bantuanmu, kami semua nggak jadi jatuh miskin," ujar Helen sambil melihat uang di kartunya dan tersenyum gembira."Luther, kamu benar-benar baik. Aku kagum!" timpal Keenan sambil mengacungkan jempolnya. Dia juga terlihat senang karena berhasil mengakali Luther.Herlina tersenyum mengejek dan berkata, "Haha! Setelah untung besar nanti, jangan lupa traktir kami makan ya." Dia memang sial karena ditipu oleh Malcolm, untungnya ada seseorang yang mengambil alih bangunan itu. Jika tidak, modal mereka akan terbuang sia-sia."Aku harap kalian nggak akan menyesal," kata Luther sambil tersenyum seten
Reyna meletakkan buah tangan di samping tempat tidur dan berkata, "Paman Harsa terluka, tentu saja aku datang untuk menjenguk. Ini ada beberapa suplemen, semoga Paman Harsa cepat sembuh.""Makasih," kata Charlotte sambil mengangguk pelan."Oh, aku lupa bilang, ini ibuku," ujar Reyna sambil menunjuk wanita cantik di sampingnya.Charlotte membungkuk pelan dan menyapa, "Halo, Bibi.""Halo, kamu bisa panggil aku Bibi Merry," balas wanita cantik bernama Merry itu sambil mengangguk dan tersenyum."Eh, rupanya Kak Luther juga ada di sini?" ujar Reyna, sedikit terkejut saat melihat Luther. "Kak, Keluarga Oscario nggak membuat masalah denganmu, 'kan?""Nggak kok," jawab Luther sambil menggelengkan kepalanya. Orang seperti Supri sama sekali tidak perlu ditakuti."Bu, waktu aku dapat masalah di restoran, Kak Luther inilah yang membantuku," kata Reyna sambil tersenyum."Benarkah? Terima kasih ya," ujar Merry sambil tersenyum sopan."Itu cuma masalah sepele, nggak perlu dibesar-besarkan." Luther ti
"Bu!" seru Reyna terkejut.Reyna segera menopang ibunya yang tiba-tiba pingsan sambil memanggil dan menepuk-nepuk pipinya. Namun, Merry sama sekali tidak bereaksi. Dia sudah kehilangan kesadarannya."Dokter! Mana dokter?" teriak Reyna sambil menggendong ibunya di punggung dan berlari kembali ke rumah sakit.Begitu mendengar teriakan Reyna, sekelompok staf medis segera menghampirinya dan mulai memberikan pertolongan pertama pada Merry.Satu jam kemudian, pintu masuk ke UGD terbuka."Reyna!"Seorang pria yang mengenakan pakaian tradisional dan beberapa pengawalnya masuk dengan tergesa-gesa."Ayah! Akhirnya Ayah sampai juga!" Begitu pria itu muncul, Reyna merasa lebih lega. Dia buru-buru menjelaskan, "Ibu tiba-tiba pingsan, dokter sedang menyelamatkannya sekarang. Dokter bilang, kondisi Ibu sangat serius. Aku juga diminta untuk menandatangani semacam surat pernyataan.""Tiba-tiba pingsan? Apa yang terjadi?" tanya Yudi dengan alis berkerut."Aku juga nggak tahu. Tadi Ibu masih baik-baik sa
"Oke!" sahut Reyna. Tanpa basa-basi, dia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Luther. Setelah itu, dia pun menjelaskan situasinya secara singkat."Aku segera ke sana," ujar Luther. Setelah menutup telepon, dia segera pergi menemui Reyna.Saat ini, Merry telah dipindahkan ke bangsal VIP. Meskipun nyawanya aman untuk saat ini, dia tetap belum sadarkan diri. Saat Luther masuk ke bangsal, dia mendapati banyak orang berkumpul di dalam. Kebanyakan dari mereka adalah dokter, sementara sisanya adalah pengawal."Kak, akhirnya kamu sampai juga!" panggil Reyna."Reyna, jadi dia Dokter Ilahi yang kamu panggil?" tanya Yudi sambil mengamati Luther dari atas ke bawah dan tanpa sadar mengernyit. Pria di depannya masih terlalu muda. Mana mungkin seseorang berusia 20-an bisa memiliki keterampilan medis yang luar biasa?"Ayah! Jangan menilai orang dari penampilannya. Kak Luther memang masih muda, tapi dia sangat hebat. Dia bisa mengetahui penyakit Ibu dalam sekilas pandang," jelas Reyna."
"Su ... sudah sadar?"Semua orang tercengang saat melihat Merry tiba-tiba siuman. Mereka membelalakkan mata dan terlihat tidak percaya. Tidak ada yang menyangka, penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh Tony ternyata mampu ditangani seorang pemuda.Apalagi, pengobatannya hanya meliputi proses akupunktur sederhana. Seluruh prosesnya pun biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial. Namun, justru karena sangat sederhana, hasilnya terasa lebih mengejutkan."Ba ... bagaimana mungkin?" gumam Tony kebingungan, bak baru melihat hantu.Itu strok hemoragik! Belum lagi, pasien juga telah didiagnosis akan jatuh ke dalam kondisi vegetatif! Penyakit yang begitu rumit ini berhasil disembuhkan hanya dengan ditusuk beberapa jarum akupunktur? Itu benar-benar sulit dipercaya!"Sudah sadar! Ibuku sudah sadar!" seru Reyna kegirangan setelah tertegun sejenak. Saat mendengar ibunya akan jatuh dalam kondisi vegetatif, dia hampir putus asa. Tak disangka, ibunya akan bangun secepat ini.Yudi menekan rasa antusia
Saat ini, Tony pun tidak bisa menahan diri untuk menawari Luther. Keterampilan Luther dalam menyelamatkan pasien dengan akupunktur benar-benar menakjubkan. Jika bukan karena gengsi, Tony pasti sudah menyembuh Luther sebagai gurunya."Aku pertimbangkan dulu. Kita bicarakan lagi saat ada kesempatan," jawab Luther. Kemudian, dia menulis resep dan menyerahkannya kepada Reyna seraya berkata, "Jangan lupa memberi ibumu obat tepat waktu. Dia akan sembuh kira-kira dalam satu bulan.""Makasih, Kak," kata Reyna sambil tersenyum riang.Setelah itu, Luther berpamitan dan meninggalkan rumah sakit dengan beralasan masih memiliki urusan lainnya.Saat berjalan keluar dari gerbang rumah sakit, Luther tiba-tiba teringat bahwa perban Bianca belum diganti hari ini. Jadi, dia pun naik taksi menuju Kediaman Caonata.....Saat ini, di dalam ruang rapat Keluarga Caonata, sekelompok anggota penting Keluarga Caonata yang dipimpin oleh Kevin sedang membahas masalah pembatalan pernikahan Bianca."Kevin, kamu seri
"Kamu?" ujar Juno. Dia terkejut saat melihat Zeona tiba-tiba berdiri dan berkata begitu. Tak disangka, putrinya akan menawarkan diri dengan sukarela."Ya, menurutku Zeona sangat cocok. Kita bisa pertimbangkan dia untuk menjadi pengantin pengganti," dukung Billy.Orang-orang lainnya juga mulai mengangguk. Baik dari segi penampilan ataupun bakat, Zeona memang bisa bersaing dengan Bianca. Dia memang pengantin pengganti yang baik bagi Harry."Zeona, ini bukan masalah sepele. Sebaiknya kamu pertimbangkan dulu dengan hati-hati," saran Kevin dengan serius."Paman Kevin, aku sudah pikirkan baik-baik. Lagian, Bianca nggak ingin menikah, jadi biar aku saja yang menggantikannya," ujar Zeona dengan lantang."Kamu yakin rela mengorbankan diri demi keluargamu?" tanya Kevin lagi."Kalau bukan aku, siapa lagi yang rela masuk neraka? Sebagai putri Keluarga Caonata, ini adalah tanggung jawabku!" kata Zeona sok bijak.Meskipun ucapannya terdengar mulia, Zeona sebenarnya berbunga-bunga dalam hatinya. Peng
Billy perlahan berdiri dan berkata dengan tegas, "Aku bisa pergi ke Kediaman Sunaryo bersama Zeona untuk membahas masalah ini dengan lebih detail.""Terima kasih atas dukunganmu, Paman Billy!" ujar Zeona dengan riang.Kevin mengangguk dan berujar, "Kak Billy, terima kasih atas bantuanmu.""Semuanya, tunggulah kabar baik dari kami!" kata Billy sambil menangkupkan tinjunya. Kemudian, dia segera pergi bersama Zeona.Kevin memperhatikan kepergian kedua orang itu sambil merenung.Saat ini, di kamar tertentu di Kediaman Caonata, Bianca sedang berbaring dengan tenang di tempat tidur. Luther duduk di sampingnya dan mengoleskan obat dengan hati-hati. Luka di wajah Bianca tidak terlalu dalam, setelah dioles dengan salep khusus, lukanya sudah lumayan membaik.Mendadak, Belinda masuk dan berkata dengan semangat, "Kak! Ada kabar bagus!""Oh? Kabar bagus apa?" tanya Bianca yang masih memejamkan mata. Dia tengah menikmati perhatian Luther yang sedang mengobatinya dengan cermat."Dalam rapat keluarga
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar