"Heh! Apanya yang terancam? Jangan bicara sembarangan!" bentak Roselyn dengan mata membelalak dan ekspresi kesal. Sanggahan Luther ini membuat Roselyn merasa sebal."Kalau dugaanku nggak salah, hari ini sepertinya Malcolm akan dipecat," kata Luther dengan tenang."Omong kosong!" Mendengar ucapannya, Roselyn makin jengkel dan berkata, "Kak Malcolm adalah orang yang hebat, mana mungkin dia dipecat?""Terserah kamu mau percaya atau tidak. Intinya, Malcolm tidak bisa membantu dalam hal ini," timpal Luther sambil mengangkat bahunya."Huh! Kalau Kak Malcolm nggak bisa bantu, memangnya kamu bisa? Jangan bercanda!" maki Roselyn dengan ketus. Dari mana nyali Luther membual seperti ini di hadapannya?"Maaf saja, aku memang bisa melakukan hal yang nggak bisa dilakukan Malcolm," ujar Luther sambil tersenyum tipis."Hei! Kamu ini ngelunjak ya?" Mendengar ucapannya, emosi Roselyn langsung membeludak. "Luther, tadinya aku mau menghormatimu sedikit. Tapi karena kamu sesombong ini, jangan salahkan aku
"Tunggu!" Melihat pria paruh baya itu hendak pergi, Roselyn buru-buru menghampirinya. "Pak Okto, mungkin kamu nggak mengenalku. Tapi, kamu pasti kenal dengan Malcolm.""Malcolm?" Pria paruh baya itu mengangkat alisnya sambil bertanya, "Apa hubungan kalian dengannya?""Malcolm adalah pacarku!" Roselyn tersenyum dengan bangga. "Pak Okto, aku yakin dia sudah memberitahumu sebelumnya. Sekarang, kita seharusnya sudah bisa masuk ke kantormu, 'kan?""Nggak bisa." Pria paruh baya itu memasang ekspresi dingin dan berkata, "Sesuai ucapanku sebelumnya, harus buat janji dulu untuk bertemu denganku.""Hm?" Roselyn tertegun sejenak, lalu berkata dengan panik, "Pak Okto, apa kamu tidak mendengar jelas ucapanku tadi? Aku ini pacar Malcolm. Kedatanganku kali ini adalah untuk membahas bisnis denganmu.""Memangnya kenapa?" Okto mencibir, lalu melanjutkan, "Jangankan kamu, Malcolm yang datang sendiri pun tetap harus buat janji terlebih dulu!""Kamu ...." Roselyn kesal bukan main. Dia tidak menyangka bahwa
"Ke ... kenapa bisa begitu? Mustahil!" Malcolm membelalakkan mata dengan tak percaya. Meskipun tidak punya prestasi apa pun, selama ini Malcolm tidak pernah membuat kesalahan. Ditambah lagi dengan pendukungnya yang selalu melindunginya, kehidupan Malcolm di perusahaan ini sangat tenang dan berkuasa.Dengan koneksinya saat ini, bahkan jika perusahaan harus melakukan PHK pun, Malcolm tidak mungkin dipecat. Apa yang telah terjadi sebenarnya?"Kak Malcolm, kamu dipecat?" Melihat ekspresi Malcolm yang berubah drastis, Roselyn juga ikut tercengang. Bukankah Malcolm mengatakan dia bisa menangani transaksi ini dengan mudah? Sekarang bukan hanya transaksinya yang gagal, bahkan Malcolm juga sudah dipecat?"Kelihatannya ada masalah." Ariana merenung sambil mengernyit. Awalnya dia mengira Malcolm akan bisa membantunya. Kini tampaknya cara ini tidak akan bisa berhasil."Okto! Katakan sejujurnya, apakah ini ulahmu?!" bentak Malcolm dengan tatapan tajam."Aku nggak ada dendam apa pun denganmu, untuk
Menyenangkan sekali rasanya bisa membanggakan diri di depan begitu banyak orang.Ding!Pada saat ini, muncul sebuah pesan pada layar ponsel Okto. Begitu melihat isi pesan tersebut, dia tampak kaget. Setelah memastikan beberapa kali, wajahnya terhias senyuman semringah."Apa yang kamu tertawakan?" tanya Malcolm dengan wajah kesal."Malcolm, mimpi indahmu sepertinya akan hancur. Aku baru dapat pesan dari manajemen, katanya pamanmu juga sudah dipecat. Sekarang kalian berdua senasib," kata Okto dengan tenang."Omong kosong!" Malcolm memelototinya dan berkata, "Pamanku itu Presdir. Siapa yang punya kuasa untuk memecatnya?""Tentu saja Pak Fernando," jawab Okto dengan lantang.Malcolm sama sekali tidak percaya. "Pamanku adalah tangan kanan Pak Fernando, mana mungkin dia dipecat begitu saja tiba-tiba? Jangan bicara omong kosong!""Terserah kamu mau percaya apa nggak," jawab Okto. Dia malas berdebat dengan orang seperti ini. Meski tidak tahu apa yang terjadi, jelas sekali Malcolm dan pendukung
"Kenapa bisa begitu?" Malcolm terduduk di lantai dengan putus asa. Bahkan mimpi pun dia tidak akan menyangka bahwa orang yang dimakinya kemarin itu benar-benar Pak Fernando. Kini, dia bukan hanya dipecat, Malcolm bahkan menyeret pamannya dalam masalah. Kedua orang ini kini berada di titik terendah."Bajingan! Kenapa masih bengong di sini? Ikut aku pergi meminta maaf pada Pak Fernando!" Pria botak itu langsung menarik rambut Malcolm. Lalu, dia menyeret Malcolm dengan kasar keluar dari ruangan itu. Malcolm yang diseret itu pun tidak berani melawan sama sekali."Hah?" Melihat adegan ini, Roselyn terdiam seribu bahasa. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Malcolm yang tadinya masih begitu sombong, kini berakhir begitu mengenaskan."Orang sombong pasti akan kena karmanya sendiri, rasakan!" Okto mendengus sekilas, lalu berbalik dan masuk ke ruangannya."Sepertinya Kak Malcolm-mu itu sudah cukup banyak masalah," celetuk Luther."Semua ini gara-gara mulut busukmu itu! Kalau bukan karena kam
Begitu ucapan itu dilontarkan, ruangan pintu manajer tiba-tiba terbuka. Selanjutnya, Okto tiba-tiba keluar dengan tergesa-gesa. Saking paniknya, dia bahkan hampir saja terjatuh."Maaf, siapa yang namanya Tuan Luther?" tanya Okto sambil melihat ke sekeliling dengan gugup."Aku," jawab Luther sambil melangkah maju."Maafkan aku, Tuan Luther. Aku tidak mengenalimu tadi dan membuat kalian menunggu. Semoga Tuan tidak mempermasalahkan hal ini denganku," kata Okto sambil berlari kecil ke hadapan Luther. Sikapnya tidak lagi seangkuh sebelumnya. Dia membungkuk terhadap Luther dengan hormat."Hah?" Melihat sikapnya yang segan ini, Roselyn dan Ariana tertegun seketika. Sikap Okto tadinya sangat kejam, dia bahkan tidak menganggap serius Malcolm. Namun hanya dalam sekejap, kenapa sikapnya jadi begitu hormat terhadap Luther? Ada apa ini?"Pak Okto terlalu sungkan. Kita mulai saja bahas bisnisnya," ujar Luther berterus terang."Baik, baik ...." Okto mengangguk terus-menerus dan berkata dengan senyum
Sore hari di vila Keluarga Caonata. Saat Luther mendapat kabar itu dan bergegas ke lokasi, dia menemukan bahwa seluruh Keluarga Caonata telah dikepung oleh tentara bersenjata lengkap. Ratusan elite Keluarga Caonata telah berjaga di depan gerbang dan bersitegang dengan pasukan bersenjata tersebut, tanpa ada tanda-tanda mau mengalah sama sekali."Dengarkan baik-baik, semua anggota Keluarga Caonata, cepat serahkan pelakunya. Kalau tidak, kita akan menghukum kalian semua!" teriak seorang perwira yang menjadi pemimpin mereka. Suaranya sangat lantang dan bergema. Pasukan di belakangnya bersiap-siap memegang senjata masing-masing dengan ekspresi yang dingin. Begitu komandannya memberi perintah, mereka akan langsung menembak tanpa ragu-ragu."Hm?" Melihat situasi yang tegang di antara kedua pihak, Luther mengerutkan alisnya. Kenapa Keluarga Caonata bisa tiba-tiba berurusan dengan kemiliteran?"Komandan, ada masalah apa kalian sampai mengerahkan pasukan penuh seperti ini?" tanya Luther."Kami h
"Ayah, selain minum, apa kamu juga melakukan hal lain?" tanya Bianca lagi."Apa maksudmu?" tanya Kevin dengan heran."Ayah, coba pikirkan lagi dengan cermat. Jangan sampai ada kesalahan sedikit pun!" kata Bianca dengan wajah serius."Sepertinya aku terlalu mabuk semalam sehingga tidak ingat apa pun lagi. Ada apa sebenarnya?" Kevin mengerutkan alisnya."Ayah, putri Pak Derrick semalam meninggal!" kata Bianca."Apa? Meninggal?" Kevin tertegun sejenak, lalu bertanya, "Kenapa bisa begitu?""Detailnya masih belum diketahui, tapi orang luar semua mengatakan bahwa putri Pak Derrick itu dibunuh olehmu!" kata Bianca menjelaskan."Aku membunuhnya?" Kevin membelalakkan mata dengan heran dan menggeleng sambil berkata, "Tidak! Nggak mungkin! Meskipun mabuk, aku nggak mungkin membunuh orang!" Meskipun toleransi alkohol Kevin cukup rendah, setidaknya dia tidak pernah berbuat onar saat mabuk. Biasanya setelah mabuk, dia akan tertidur pulas tanpa melakukan apa pun."Aku juga nggak percaya, tapi ada sak
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru