"Ayah, selain minum, apa kamu juga melakukan hal lain?" tanya Bianca lagi."Apa maksudmu?" tanya Kevin dengan heran."Ayah, coba pikirkan lagi dengan cermat. Jangan sampai ada kesalahan sedikit pun!" kata Bianca dengan wajah serius."Sepertinya aku terlalu mabuk semalam sehingga tidak ingat apa pun lagi. Ada apa sebenarnya?" Kevin mengerutkan alisnya."Ayah, putri Pak Derrick semalam meninggal!" kata Bianca."Apa? Meninggal?" Kevin tertegun sejenak, lalu bertanya, "Kenapa bisa begitu?""Detailnya masih belum diketahui, tapi orang luar semua mengatakan bahwa putri Pak Derrick itu dibunuh olehmu!" kata Bianca menjelaskan."Aku membunuhnya?" Kevin membelalakkan mata dengan heran dan menggeleng sambil berkata, "Tidak! Nggak mungkin! Meskipun mabuk, aku nggak mungkin membunuh orang!" Meskipun toleransi alkohol Kevin cukup rendah, setidaknya dia tidak pernah berbuat onar saat mabuk. Biasanya setelah mabuk, dia akan tertidur pulas tanpa melakukan apa pun."Aku juga nggak percaya, tapi ada sak
"Mereka sudah masuk?" Ekspresi Bianca langsung berubah drastis. "Cepat, suruh pengawal untuk menghalangi mereka!" Sebelum menyelidiki masalah ini, Bianca tidak mungkin akan membiarkan ayahnya ditangkap."Tunggu!" Kevin tiba-tiba memanggil kepala pelayan yang hendak keluar itu, "Biarkan mereka masuk. Jangan ada yang menghalangi mereka!""Ayah! Apa maksudmu?" Bianca mengernyitkan alisnya."Untuk apa takut? Aku nggak pernah melakukan kesalahan," kata Kevin dengan lantang."Tapi ....""Apa kamu pernah kepikiran, begitu kamu turun tangan melawan mereka, nama baikku nggak akan bisa dipulihkan lagi," kata Kevin dengan serius. Derrick adalah seorang wakil jenderal, melawannya secara terang-terangan sama saja dengan tindakan pemberontakan. Keluarga Caonata tidak akan bisa menanggung semua ini."Benar kata Kevin, kita nggak boleh melawan kekerasan dengan kekerasan. Turunkan perintah, suruh semua anggota Keluarga Caonata untuk menyingkir!" perintah Billy."Baik!" Kepala pelayan itu tidak berdaya,
Susan selalu percaya dengan suaminya ini. Namun, kenyataan saat ini membuat hatinya hancur berkeping-keping."Kevin! Lihat apa yang kamu perbuat!" Juno berteriak dengan marah."Kamu ... kamu benar-benar bajingan! Kamu nggak pantas jadi kepala keluarga!" Billy naik pitam dan melayangkan tinju ke wajah Kevin. Perbuatannya ini benar-benar mempermalukan nama baik keluarga."Ayah, kamu ...." Bianca mengerutkan alis dengan dalam dan menghentikan ucapannya. Awalnya, dia sangat yakin ayahnya telah dijebak seseorang. Namun, kini saksi mata dan bukti konkret sudah di depan mata, Bianca benar-benar tidak tahu harus bagaimana berdalih.Saat ini, Kevin juga merasa sangat terkejut. Orang yang muncul di video itu memang benar wajahnya sendiri. Selain itu, pakaian yang dikenakannya juga sama. Jangan-jangan, dia memang membunuh orang dalam keadaan mabuk?"Pfft!!" Kevin tidak sanggup menerima kenyataan ini, dia langsung memuntahkan darah dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi."Ayah!" Bianca memapahnya
Penangkapan Kevin membuat seisi Keluarga Caonata menjadi kacau balau. Mereka bekerja keras, menggunakan berbagai koneksi yang mereka miliki, dalam upaya untuk membersihkan nama Kevin. Harus diingat bahwa Kevin adalah kepala keluarga dan dia adalah perwakilan dari kehormatan Keluarga Caonata. Jika tuduhan pembunuhan terhadap wanita itu benar-benar terbukti, bukan hanya Kevin yang akan terkena dampaknya, tetapi seluruh Keluarga Caonata akan menjadi sorotan negatif.Setelah mengeluarkan perintah, Bianca kemudian memanggil beberapa anggota keluarga yang paling dekat dengannya untuk berdiskusi tentang strategi. Keluarga Caonata bukan keluarga yang kompak. Paman-pamannya ini punya niat tersembunyi masing-masing. Oleh karena itu, Bianca tidak bisa percaya sepenuhnya kepada mereka."Apa pendapat kalian tentang masalah ini?" Bianca melihat ke sekeliling, meminta pendapat orang-orang di sekitarnya."Apakah mungkin Ayah melakukan kesalahan setelah mabuk? Makanya dia ...." Belinda menghentikan uca
"Maple?" Bianca mengerutkan alisnya sambil bertanya, "Kamu kenal dengannya?""Kalau dugaanku nggak salah, dia orang yang menyamar jadi bibimu," kata Luther setelah merenung sejenak. Wangi di jepitan rambut tersebut mirip dengan wangi tubuh wanita itu. "Dia orangnya?" Bianca mengerutkan alisnya dan bertanya, "Jangan-jangan masalah ini adalah ulahnya?""Kita akan tahu jelas semuanya setelah menemui dia malam ini," kata Luther sambil memicingkan matanya. Jika orang itu berani mengundang Luther langsung, jelas sekali dia mengetahui sesuatu."Wanita ini mahir menggunakan racun dan orangnya juga sangat licik. Jangan-jangan ini jebakan?" tanya Bianca dengan cemas."Nggak usah khawatir, kalaupun memang jebakan, dia nggak akan bisa menghadapiku," balas Luther sambil tersenyum tipis."Nggak bisa, terlalu bahaya kalau kamu pergi sendirian. Aku akan mengutus pengawal untuk melindungimu," kata Bianca dengan wajah serius. Murid Penyihir Hitam bukanlah orang baik. Dia tidak ingin Luther berada dalam
"Tubuhnya ini benar-benar seksi. Aku belum pernah melihat gadis secantik ini!""Nggak usah lihat wajahnya. Dari kakinya yang jenjang dan putih mulus ini saja sudah cukup bagiku!""Aku nggak tahan lagi, menggoda sekali wanita ini!"Begitu wanita bercadar itu keluar, semua pria berbaju hitam itu langsung merasa tergoda. Tubuhnya yang seksi terlihat sangat sempurna. Bisa dibilang, tidak ada cacat sedikit pun. Terutama sepasang kakinya yang jenjang dan putih mulus itu membuat semua orang yang melihatnya terpesona."Cantik, kamu bos di restoran ini?" Pemimpin itu mengelus dagunya dan menatap wanita tersebut dengan tatapan cabul."Benar, kalian mau pesan apa?" Wanita bercadar itu berjalan ke arah mereka dengan perlahan-lahan."Hm ... wangi sekali!" Semua orang mengendus wangi tersebut dengan wajah puas. Wangi tubuh wanita itu membuat orang terhipnotis."Hehe ... boleh pesan kamu nggak?" tanya pemimpin itu dengan senyuman cabul."Pesan aku?" Wanita bercadar tertawa tipis, lalu berkata, "Sekuj
"Kamu ...." Pemimpin itu merasa kesal. Selanjutnya, dia memuntahkan darah dan langsung tewas di tempat. Hanya dalam 3 menit, semua pria berbaju hitam itu telah tewas."Dokter Ilahi, semua pengganggu sudah tewas. Sekarang hanya kita berdua yang tersisa." Wanita bercadar itu tersenyum, lalu duduk di sisi Luther dengan perlahan. "Bukankah seharusnya kamu berterima kasih padaku karena telah membantumu membereskan masalah tadi?""Bagiku, mereka ini belum pantas disebut sebagai masalah. Jadi, sebaiknya kamu terus terang saja, apa niatmu menyuruhku datang kemari?" tanya Luther langsung."Aku hanya seorang wanita lemah, memangnya bisa punya niat apa terhadapmu? Jangan berpikiran negatif terhadap orang," kata Maple dengan tatapan menyedihkan."Kalau memang nggak ada niat tersembunyi, langsung katakan saja siapa yang menjebak Kevin? Di mana pelakunya?" tanya Luther."Nggak ada hal yang gratis di dunia ini. Bukankah kamu harus berkorban sedikit untuk mengetahui hal ini?" Maple mengulurkan jarinya
"Omong kosong apa kamu ini?" Luther mencengkeram leher Maple dengan lebih erat lagi hingga wajah Maple memerah dan napasnya menjadi semakin sulit. Namun, Maple malah tidak takut sama sekali dan berkata dengan tersenyum, "Kalau aku mati, kamu bukan hanya nggak akan bisa menangkap pelakunya, bahkan Bianca juga akan ikut celaka. Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik.""Kamu sedang mengancamku?" Luther memicingkan matanya dengan niat membunuh yang kuat."Aku nggak berani, aku hanya memberimu peringatan," kata Maple sambil tersenyum."Apa maumu sebenarnya?" tanya Luther dengan ekspresi dingin. Maple tidak berkata apa pun, dia hanya menunjuk lehernya sendiri. Maksudnya sangat jelas, dia ingin Luther melepaskannya. Luther mengernyit sekilas, lalu akhirnya melepaskan wanita itu.Seketika, Maple langsung terjatuh lemas di lantai sambil berkata dengan napas tersengal-sengal, "Dokter Ilahi, aku hanya bercanda denganmu. Kenapa kamu sekasar itu? Aku sampai kesakitan," kata Maple dengan wajah sedih."Ak
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t