"Kamu ...." Pemimpin itu merasa kesal. Selanjutnya, dia memuntahkan darah dan langsung tewas di tempat. Hanya dalam 3 menit, semua pria berbaju hitam itu telah tewas."Dokter Ilahi, semua pengganggu sudah tewas. Sekarang hanya kita berdua yang tersisa." Wanita bercadar itu tersenyum, lalu duduk di sisi Luther dengan perlahan. "Bukankah seharusnya kamu berterima kasih padaku karena telah membantumu membereskan masalah tadi?""Bagiku, mereka ini belum pantas disebut sebagai masalah. Jadi, sebaiknya kamu terus terang saja, apa niatmu menyuruhku datang kemari?" tanya Luther langsung."Aku hanya seorang wanita lemah, memangnya bisa punya niat apa terhadapmu? Jangan berpikiran negatif terhadap orang," kata Maple dengan tatapan menyedihkan."Kalau memang nggak ada niat tersembunyi, langsung katakan saja siapa yang menjebak Kevin? Di mana pelakunya?" tanya Luther."Nggak ada hal yang gratis di dunia ini. Bukankah kamu harus berkorban sedikit untuk mengetahui hal ini?" Maple mengulurkan jarinya
"Omong kosong apa kamu ini?" Luther mencengkeram leher Maple dengan lebih erat lagi hingga wajah Maple memerah dan napasnya menjadi semakin sulit. Namun, Maple malah tidak takut sama sekali dan berkata dengan tersenyum, "Kalau aku mati, kamu bukan hanya nggak akan bisa menangkap pelakunya, bahkan Bianca juga akan ikut celaka. Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik.""Kamu sedang mengancamku?" Luther memicingkan matanya dengan niat membunuh yang kuat."Aku nggak berani, aku hanya memberimu peringatan," kata Maple sambil tersenyum."Apa maumu sebenarnya?" tanya Luther dengan ekspresi dingin. Maple tidak berkata apa pun, dia hanya menunjuk lehernya sendiri. Maksudnya sangat jelas, dia ingin Luther melepaskannya. Luther mengernyit sekilas, lalu akhirnya melepaskan wanita itu.Seketika, Maple langsung terjatuh lemas di lantai sambil berkata dengan napas tersengal-sengal, "Dokter Ilahi, aku hanya bercanda denganmu. Kenapa kamu sekasar itu? Aku sampai kesakitan," kata Maple dengan wajah sedih."Ak
Demi menolong Kevin, Bianca pasti akan mengorbankan segalanya. Justru karena perhatiannya inilah, Bianca akan semakin mudah terkena jebakan. Mengingat hal ini, Luther segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bianca. Namun anehnya, Bianca sama sekali tidak menjawab."Kenapa? Nggak ada yang menjawab? Kalau begitu, sepertinya Keluarga Sunaryo sudah mulai bertindak." Maple berkata dengan penuh arti, "Dokter Ilahi, waktunya sangat mendesak saat ini. Kamu hanya punya 2 pilihan. Satu, pergi ke rumah itu untuk menangkap pelaku. Kedua, pergi menolong Bianca. Kamu nggak bisa melakukan dua-duanya, jadi pilihlah salah satu.""Hanya anak kecil yang melakukan permainan pilihan seperti itu. Aku mau kedua-duanya!" Sambil berbicara, Luther memberi isyarat ke luar jendela. Dalam sekejap, kepala pengawal rahasia yang bernama Ester membawa pasukannya ke dalam restoran."Tuan Luther, ada perintah apa?" tanya Ester dengan hormat."Ini adalah tempat persembunyian pelaku, bawa orangmu ke sana untuk menangk
"Apa katamu?" ujar Bianca sambil mengernyit.Gianna berkata dengan nada yang lebih tegas, "Kamu nggak dengar? Aku menyuruhmu melepas pakaianmu!""Jangan keterlaluan kamu!" seru Bianca menjadi ekspresi dingin. Mempermalukan orang juga harus ada batasannya. Meminta seseorang melepas pakaian di depan umum itu sudah keterlaluan."Keterlaluan ya? Memangnya kenapa?" Gianna mencibir dan berkata, "Saat ini, kamulah yang memohon padaku, jadi kamu harus melakukan apa pun perintahku!"Kevin dijebloskan ke penjara supaya Gianna mendapat kesempatan untuk mempermalukan Bianca seperti sekarang. Siapa suruh Bianca berani membatalkan pernikahan dengan Keluarga Sunaryo? Jadi, wanita itu harus membayar konsekuensinya! Amarah Gianna tidak akan bisa terlampiaskan jika dia tidak menyiksa Bianca."Gianna! Kamu memang sudah kelewatan!" kata Bianca dengan nada rendah."Hahaha! Bianca, sepertinya kamu belum paham situasimu sekarang." Gianna tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Ini wilayahku. Nasibmu ada di ta
Gianna menggertakkan gigi sambil mengumpat, dia terus menyayat wajah Bianca tanpa ampun."Akh!" jerit Bianca. Dia akhirnya tidak bisa menahan rasa sakit dan jatuh pingsan. Wajah cantiknya kini berlumuran darah dan terlihat begitu menyedihkan."Pingsan secepat ini? Padahal aku belum puas senang-senang." Gianna tersenyum keji dan berkata pada pengawalnya, "Robek bajunya dan gantung dia!""Baik!"Kedua pengawal wanita itu segera melepas pakaian Bianca dan hanya menyisakan celana dalam, lalu menggantungnya di tengah lantai dansa. Setelah itu, mereka menyiram kepala Bianca dengan sebaskom air dingin. Bianca yang pingsan menggigil kedinginan dan perlahan siuman.Gianna tersenyum bengis dan berkata, "Bianca, kamu selalu pura-pura suci, 'kan? Hari ini, aku akan membuatmu dipermalukan! Apa kamu lihat orang-orang di sekitar ini? Merekalah yang akan mempermalukanmu malam ini. Aku bakal merekam seluruh prosesnya untuk pacarmu nikmati!""Ka ... kamu kurang ajar!" ucap Bianca sambil menggertakkan gi
"Berhenti!" seru seseorang dengan suara menggelegar, meredam semua suara bising di sana.Semua orang menoleh ke belakang dengan terkejut. Terlihat sesosok tubuh tinggi berjalan masuk dengan niat membunuh yang kentara. Suhu di ruangan pesta yang awalnya panas langsung turun. Beberapa orang yang mengenakan pakaian minim langsung bergidik kedinginan."Luther?" gumam Bianca. Setelah melihat wajah orang yang baru datang itu dengan jelas, Bianca langsung senang, seolah-olah dia baru melihat penyelamatnya.Gianna yang telah melihat sosok Luther sontak mencibir dan berkata, "Rupanya kamu. Kamu cari masalah sendiri dengan datang ke sini. Hari ini, aku akan membuatmu menyaksikan wanitamu dipermalukan!""Kalian ... kalian pantas mati!" geram Luther.Begitu melihat Bianca yang digantung dengan wajah penuh bekas luka, Luther langsung mengepalkan tinjunya. Raut wajahnya muram dan tubuhnya dipenuhi aura membunuh. Amarah dalam dadanya hampir membuatnya hilang akal."Luther, kamu marah? Nggak senang?
"Pria ini harusnya bangga bisa mati di tangan Pengawal Serigala!"Begitu Pengawal Serigala muncul, semua orang menjadi sangat bersemangat. Wajah mereka antusias seolah-olah sedang menonton pertunjukan."Gawat!" Ekspresi Bianca berubah drastis saat berkata, "Luther! Jangan khawatirkan aku, cepat pergi dan minta bantuan dari Keluarga Caonata!" Dia tahu bahwa Luther sangat kuat, tetapi Pengawal Serigala Keluarga Sunaryo adalah master kelas satu. Luther pasti akan sangat kesulitan membawanya pergi dari sini."Jangan bodoh, aku nggak mungkin meninggalkanmu sendirian di sini," ujar Luther. Dia pun mengulurkan tangan dan menggenggam tangan ramping Bianca."Tapi, kamu bakal susah kabur kalau membawaku," kata Bianca sambil mengernyit. Dia tidak ingin Luther mempertaruhkan nyawanya dan mati sia-sia."Kabur? Siapa bilang aku mau kabur?" Luther melihat ke sekeliling dengan sorot mata tajam sambil berkata, "Malam ini, aku akan membunuh mereka semua!""Sombong betul! Memangnya kamu sanggup menyingki
Hening. Suasana pesta tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Begitu melihat para Pengawal Serigala dibunuh, semua orang langsung terdiam. Mereka semua terkejut dan ketakutan setengah mati. Hanya dengan satu tendangan, Luther membunuh sembilan Pengawal Serigala. Apa dia benar-benar manusia?"Be ... berani-beraninya kamu membunuh Pengawal Serigalaku!" seru Gianna dengan geram.Setelah tertegun sejenak, Gianna akhirnya meledakkan amarahnya. Pengawal Serigala adalah orang-orang yang dibina dengan cermat oleh Keluarga Sunaryo. Gianna tentu saja tidak bisa menerima kenyataan bahwa sepuluh pengawal ini tiba-tiba mati dibunuh."Nggak cuma Pengawal Serigala, aku juga akan mencabut nyawamu!" ujar Luther dengan sorot mata dingin sambil melangkah mendekati Gianna."Ma ... mau apa kamu? Jangan macam-macam, ya!" seru Gianna sambil mundur beberapa langkah ketakutan.Gianna mendadak merasa sedikit malu, jadi dia segera berhenti mundur. Dia membusungkan dadanya dan melempar tatapan angkuh. Dirinya adalah putr