"Apa katamu?" ujar Bianca sambil mengernyit.Gianna berkata dengan nada yang lebih tegas, "Kamu nggak dengar? Aku menyuruhmu melepas pakaianmu!""Jangan keterlaluan kamu!" seru Bianca menjadi ekspresi dingin. Mempermalukan orang juga harus ada batasannya. Meminta seseorang melepas pakaian di depan umum itu sudah keterlaluan."Keterlaluan ya? Memangnya kenapa?" Gianna mencibir dan berkata, "Saat ini, kamulah yang memohon padaku, jadi kamu harus melakukan apa pun perintahku!"Kevin dijebloskan ke penjara supaya Gianna mendapat kesempatan untuk mempermalukan Bianca seperti sekarang. Siapa suruh Bianca berani membatalkan pernikahan dengan Keluarga Sunaryo? Jadi, wanita itu harus membayar konsekuensinya! Amarah Gianna tidak akan bisa terlampiaskan jika dia tidak menyiksa Bianca."Gianna! Kamu memang sudah kelewatan!" kata Bianca dengan nada rendah."Hahaha! Bianca, sepertinya kamu belum paham situasimu sekarang." Gianna tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Ini wilayahku. Nasibmu ada di ta
Gianna menggertakkan gigi sambil mengumpat, dia terus menyayat wajah Bianca tanpa ampun."Akh!" jerit Bianca. Dia akhirnya tidak bisa menahan rasa sakit dan jatuh pingsan. Wajah cantiknya kini berlumuran darah dan terlihat begitu menyedihkan."Pingsan secepat ini? Padahal aku belum puas senang-senang." Gianna tersenyum keji dan berkata pada pengawalnya, "Robek bajunya dan gantung dia!""Baik!"Kedua pengawal wanita itu segera melepas pakaian Bianca dan hanya menyisakan celana dalam, lalu menggantungnya di tengah lantai dansa. Setelah itu, mereka menyiram kepala Bianca dengan sebaskom air dingin. Bianca yang pingsan menggigil kedinginan dan perlahan siuman.Gianna tersenyum bengis dan berkata, "Bianca, kamu selalu pura-pura suci, 'kan? Hari ini, aku akan membuatmu dipermalukan! Apa kamu lihat orang-orang di sekitar ini? Merekalah yang akan mempermalukanmu malam ini. Aku bakal merekam seluruh prosesnya untuk pacarmu nikmati!""Ka ... kamu kurang ajar!" ucap Bianca sambil menggertakkan gi
"Berhenti!" seru seseorang dengan suara menggelegar, meredam semua suara bising di sana.Semua orang menoleh ke belakang dengan terkejut. Terlihat sesosok tubuh tinggi berjalan masuk dengan niat membunuh yang kentara. Suhu di ruangan pesta yang awalnya panas langsung turun. Beberapa orang yang mengenakan pakaian minim langsung bergidik kedinginan."Luther?" gumam Bianca. Setelah melihat wajah orang yang baru datang itu dengan jelas, Bianca langsung senang, seolah-olah dia baru melihat penyelamatnya.Gianna yang telah melihat sosok Luther sontak mencibir dan berkata, "Rupanya kamu. Kamu cari masalah sendiri dengan datang ke sini. Hari ini, aku akan membuatmu menyaksikan wanitamu dipermalukan!""Kalian ... kalian pantas mati!" geram Luther.Begitu melihat Bianca yang digantung dengan wajah penuh bekas luka, Luther langsung mengepalkan tinjunya. Raut wajahnya muram dan tubuhnya dipenuhi aura membunuh. Amarah dalam dadanya hampir membuatnya hilang akal."Luther, kamu marah? Nggak senang?
"Pria ini harusnya bangga bisa mati di tangan Pengawal Serigala!"Begitu Pengawal Serigala muncul, semua orang menjadi sangat bersemangat. Wajah mereka antusias seolah-olah sedang menonton pertunjukan."Gawat!" Ekspresi Bianca berubah drastis saat berkata, "Luther! Jangan khawatirkan aku, cepat pergi dan minta bantuan dari Keluarga Caonata!" Dia tahu bahwa Luther sangat kuat, tetapi Pengawal Serigala Keluarga Sunaryo adalah master kelas satu. Luther pasti akan sangat kesulitan membawanya pergi dari sini."Jangan bodoh, aku nggak mungkin meninggalkanmu sendirian di sini," ujar Luther. Dia pun mengulurkan tangan dan menggenggam tangan ramping Bianca."Tapi, kamu bakal susah kabur kalau membawaku," kata Bianca sambil mengernyit. Dia tidak ingin Luther mempertaruhkan nyawanya dan mati sia-sia."Kabur? Siapa bilang aku mau kabur?" Luther melihat ke sekeliling dengan sorot mata tajam sambil berkata, "Malam ini, aku akan membunuh mereka semua!""Sombong betul! Memangnya kamu sanggup menyingki
Hening. Suasana pesta tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Begitu melihat para Pengawal Serigala dibunuh, semua orang langsung terdiam. Mereka semua terkejut dan ketakutan setengah mati. Hanya dengan satu tendangan, Luther membunuh sembilan Pengawal Serigala. Apa dia benar-benar manusia?"Be ... berani-beraninya kamu membunuh Pengawal Serigalaku!" seru Gianna dengan geram.Setelah tertegun sejenak, Gianna akhirnya meledakkan amarahnya. Pengawal Serigala adalah orang-orang yang dibina dengan cermat oleh Keluarga Sunaryo. Gianna tentu saja tidak bisa menerima kenyataan bahwa sepuluh pengawal ini tiba-tiba mati dibunuh."Nggak cuma Pengawal Serigala, aku juga akan mencabut nyawamu!" ujar Luther dengan sorot mata dingin sambil melangkah mendekati Gianna."Ma ... mau apa kamu? Jangan macam-macam, ya!" seru Gianna sambil mundur beberapa langkah ketakutan.Gianna mendadak merasa sedikit malu, jadi dia segera berhenti mundur. Dia membusungkan dadanya dan melempar tatapan angkuh. Dirinya adalah putr
"Luther, kamu ini orang luar. Kamu nggak punya hak untuk mengkritik kami!" ujar Billy dengan marah.Luther berkata, "Karena kalian nggak mau membela Bianca, biar aku saja. Kalian nggak berani menyinggung Keluarga Sunaryo, bukan? Tapi, aku berani!" Luther mengambil sebilah pisau dan melanjutkan, "Hari ini, aku bakal memberi ganjaran setimpal bagi wanita ini. Nggak ada gunanya kalian memohon belas kasihan padaku!" Usai berkata begitu, Luther mengayunkan pisaunya dan membuat sayatan dalam di wajah Gianna."Akh!" jerit Gianna dengan suaranya melengking."Beraninya kamu!""Bangsat! Cepat berhenti!"Billy dan sekelompok orang Keluarga Caonata langsung berteriak dengan marah. Namun, Luther seolah-olah tidak mendengar mereka. Dia terus menyayat Gianna dengan pisau hingga luka di wajahnya membentuk tanda "X" besar."Luther, apa kamu sadar dengan yang kamu lakukan? Setelah menyakiti Nona Gianna, dewa pun nggak bisa menyelamatkanmu!" seru Billy.Luther tidak menanggapi Billy. Pisau di tangannya
"Jangan, Luther!""Bangsat! Beraninya kamu!"Saat Luther mengangkat pisaunya, semua orang terus berteriak marah. Namun, Luther menutup telinga dan memotong leher Gianna dengan tegas."Ugh!" Tawa liar Gianna tiba-tiba berhenti. Detik berikutnya, kepalanya jatuh dari leher dan berguling di lantai beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Matanya masih terbelalak penuh rasa tidak percaya. Sampai mati pun, dia tidak menyangka Luther benar-benar berani membunuhnya. Apalagi, Luther melakukannya di depan semua orang.Saat ini, kekuasaan dan status Gianna tidak ada artinya lagi. Setelah seseorang meninggal, segala hal duniawi yang melekat padanya pun luntur."Ma ... mati?"Melihat kepala Gianna yang terjatuh, semua orang ketakutan setengah mati. Putri Keluarga Sunaryo yang bermartabat, adik kandung Jenderal Harry dibunuh seperti ini?"Gawat!" gumam Bianca dengan wajah pucat. Jika Luther hanya membunuh Pengawal Serigala, segalanya masih bisa diperbaiki. Namun, pria itu sudah memenggal kepala Gia
Sepuluh menit kemudian, kekacauan di sana akhirnya berakhir. Murid Faksi Draco berhasil menghabisi semua elite Keluarga Sunaryo, tetapi puluhan orang dari kelompok mereka sendiri menjadi korban."Ketua! Kami berhasil menjalankan misi membunuh semua penjahat ini!" lapor Ronald. Dia dan beberapa orang kepercayaannya bergegas menemui Luther untuk menyampaikan pencapaian mereka."Lumayan, terima kasih sudah bekerja keras," ujar Luther sambil mengangguk."Tidak masalah, bisa bekerja untuk Ketua adalah kehormatan bagi kami!" kata Ronald sambil tersenyum."Bersihkan tempat ini, jangan tinggalkan jejak sedikit pun," perintah Luther."Baik!" Ronald lantas berseru pada rekan-rekannya, "Semuanya, bersihkan tempat ini!" Setelah mengatakan itu, dia mulai sibuk bersih-bersih bersama yang lainnya."Aku nggak nyangka kamu jadi Ketua Faksi Draco," ujar Bianca cukup terkejut, tetapi dia segera mengernyit lagi. "Tapi, Faksi Draco nggak sanggup melawan Keluarga Sunaryo. Kali ini, kita dalam masalah besar.