"Luther, kamu ini orang luar. Kamu nggak punya hak untuk mengkritik kami!" ujar Billy dengan marah.Luther berkata, "Karena kalian nggak mau membela Bianca, biar aku saja. Kalian nggak berani menyinggung Keluarga Sunaryo, bukan? Tapi, aku berani!" Luther mengambil sebilah pisau dan melanjutkan, "Hari ini, aku bakal memberi ganjaran setimpal bagi wanita ini. Nggak ada gunanya kalian memohon belas kasihan padaku!" Usai berkata begitu, Luther mengayunkan pisaunya dan membuat sayatan dalam di wajah Gianna."Akh!" jerit Gianna dengan suaranya melengking."Beraninya kamu!""Bangsat! Cepat berhenti!"Billy dan sekelompok orang Keluarga Caonata langsung berteriak dengan marah. Namun, Luther seolah-olah tidak mendengar mereka. Dia terus menyayat Gianna dengan pisau hingga luka di wajahnya membentuk tanda "X" besar."Luther, apa kamu sadar dengan yang kamu lakukan? Setelah menyakiti Nona Gianna, dewa pun nggak bisa menyelamatkanmu!" seru Billy.Luther tidak menanggapi Billy. Pisau di tangannya
"Jangan, Luther!""Bangsat! Beraninya kamu!"Saat Luther mengangkat pisaunya, semua orang terus berteriak marah. Namun, Luther menutup telinga dan memotong leher Gianna dengan tegas."Ugh!" Tawa liar Gianna tiba-tiba berhenti. Detik berikutnya, kepalanya jatuh dari leher dan berguling di lantai beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Matanya masih terbelalak penuh rasa tidak percaya. Sampai mati pun, dia tidak menyangka Luther benar-benar berani membunuhnya. Apalagi, Luther melakukannya di depan semua orang.Saat ini, kekuasaan dan status Gianna tidak ada artinya lagi. Setelah seseorang meninggal, segala hal duniawi yang melekat padanya pun luntur."Ma ... mati?"Melihat kepala Gianna yang terjatuh, semua orang ketakutan setengah mati. Putri Keluarga Sunaryo yang bermartabat, adik kandung Jenderal Harry dibunuh seperti ini?"Gawat!" gumam Bianca dengan wajah pucat. Jika Luther hanya membunuh Pengawal Serigala, segalanya masih bisa diperbaiki. Namun, pria itu sudah memenggal kepala Gia
Sepuluh menit kemudian, kekacauan di sana akhirnya berakhir. Murid Faksi Draco berhasil menghabisi semua elite Keluarga Sunaryo, tetapi puluhan orang dari kelompok mereka sendiri menjadi korban."Ketua! Kami berhasil menjalankan misi membunuh semua penjahat ini!" lapor Ronald. Dia dan beberapa orang kepercayaannya bergegas menemui Luther untuk menyampaikan pencapaian mereka."Lumayan, terima kasih sudah bekerja keras," ujar Luther sambil mengangguk."Tidak masalah, bisa bekerja untuk Ketua adalah kehormatan bagi kami!" kata Ronald sambil tersenyum."Bersihkan tempat ini, jangan tinggalkan jejak sedikit pun," perintah Luther."Baik!" Ronald lantas berseru pada rekan-rekannya, "Semuanya, bersihkan tempat ini!" Setelah mengatakan itu, dia mulai sibuk bersih-bersih bersama yang lainnya."Aku nggak nyangka kamu jadi Ketua Faksi Draco," ujar Bianca cukup terkejut, tetapi dia segera mengernyit lagi. "Tapi, Faksi Draco nggak sanggup melawan Keluarga Sunaryo. Kali ini, kita dalam masalah besar.
Saat ini, di dalam Kediaman Sunaryo.Harry sedang melatih ketajamannya dengan bermain meja maket sendirian di ruang kerjanya. Dia sudah berbakat sejak kecil dan selalu menjadi nomor satu dalam apa pun yang dia lakukan. Bahkan, tidak ada yang bisa melawannya dalam bermain meja maket. Lantaran tidak ada lawan, dia pun bertarung melawan dirinya sendiri.Saat ini, kepala pelayan tiba-tiba berlari masuk ke ruang kerja dan berseru dengan panik, "Gawat, Tuan!""Keluar!" perintah Harry dengan dingin. Dia bahkan tidak menoleh saat mengucapkan kata itu."Tapi ...," ujar kepala pelayan. Si kepala pelayan hendak menjelaskan, tetapi saat Harry meliriknya dengan dingin, dia langsung ketakutan dan menelan kembali kata-katanya. Akhirnya, dia hanya berdiri di depan pintu dan menunggu dengan tenang.Setelah selesai dengan meja maketnya, akhirnya Harry bertanya dengan datar, "Ada apa?""Tuan, saya baru mendapat kabar kalau Nona Gianna dibunuh!" kata kepala pelayan dengan ekspresi pahit.Harry mengernyit
Di sisi lain, di dalam vila Kediaman Caonata."Oke, aku sudah mengobatimu. Dalam beberapa hari, kamu bakal baik-baik saja," ujar Luther sambil membalut luka Bianca yang sudah dioles obat dengan hati-hati. Meski luka Bianca tidak dalam, letaknya cukup sensitif."Kamu yakin luka di wajahku ini nggak bakal berbekas?" tanya Bianca sambil mengamati sosoknya dalam pantulan cermin. Dia terlihat sangat khawatir."Kenapa? Kamu nggak percaya dengan keterampilan medisku?" ujar Luther berpura-pura kesal."Aku cuma khawatir, gimana kalau lukanya berbekas dan aku jadi jelek? Apa kamu bakal membenciku?" tanya Bianca dengan ekspresi serius.Luther berkata dengan sedikit geli, "Jangan bodoh! Aku jamin, luka di wajahmu nggak akan berbekas. Lagian, kalaupun ada bekas luka, di mataku kamu tetap cantik!""Huh! Kamu cukup jago menghibur orang," ucap Bianca sambil memanyunkan bibirnya. Bianca akhirnya menghela napas lega. Meskipun dia bukan tipe orang yang terlalu memedulikan penampilan, dia juga tidak ingin
Dor! Seiring terdengarnya suara tembakan, sebuah peluru melesat ke dekat kaki Billy. Hal ini membuatnya terkejut hingga segera berhenti dan berkeringat dingin."Ka, ka, kamu ... kamu benar-benar berani menembak?" seru Billy yang terkejut dan emosi. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Bianca ternyata begitu kejam. Wanita itu beraninya menyerang pamannya sendiri. Jika peluru tadi sedikit meleset, kaki Billy kemungkinan telah patah."Paman Billy, lebih baik kamu jangan bertindak sembarangan," ancam Bianca dengan ekspresi dingin. Juno yang kesal sontak berseru, "Kurang ajar! Bianca, Billy adalah pamanmu. Kalau kamu melukainya tadi, itu benar-benar tindakan yang nggak beretika!""Aku nggak ingin melukai siapa pun, tapi kalian semua sebaiknya jangan memaksaku," ucap Bianca yang tak gentar. Juno yang tak bisa menahan amarahnya pun bertanya, "Kamu ... dasar anak durhaka! Apa kamu akan mengkhianati seluruh keluarga demi seorang gigolo?"Keluarga Caonata memiliki aturan keluarga, di mana kepen
"Ayah, jangan berkata seperti itu, kamu tetap yang paling berkuasa di Keluarga Caonata," ucap Juno sambil tersenyum.Jericho menatap sekeliling, lalu berkata, "Oke, karena kalian masih menganggapku, aku akan menyampaikan beberapa hal di sini. Luther sudah menyelamatkan nyawaku dan membantu Keluarga Caonata berulang kali. Dia adalah penyelamat Keluarga Caonata. Kalau ada yang berani menangkapnya hari ini, itu sama saja dengan melawanku!""Hah?" Setelah perkataan ini dilontarkan, semua orang saling memandang. Tidak ada yang menyangka bahwa Jericho akan mendukung Luther pada momen genting ini. Akan tetapi, Juno segera berkata dengan ekspresi serius, "Ayah! Pria ini sudah membunuh Nona Muda Keluarga Sunaryo. Kalau nggak menangkapnya, itu bisa merugikan keluarga kita!"Billy juga menimpali, "Benar, Ayah! Kami melakukan ini demi kepentingan keluarga!" Jericho sama sekali tidak setuju sehingga menyindir, "Hmph! Perkataan kalian terdengar berwibawa, tapi menurutku kalian hanya takut!"Setelah
Sebelum mengetahui kebenaran, para anggota Keluarga Caonata masih menyimpan harapan. Namun, setelah mengetahuinya, mereka menyadari bahwa tidak ada gunanya menghindar dan merasa takut. Keluarga Sunaryo bahkan berani mencelakai kepala keluarga mereka. Lantas, bagaimana mungkin mereka akan peduli dengan nasib Keluarga Caonata?Melihat situasi ini, Jericho pun menegur, "Kalian nggak tahu harus berkata apa, 'kan? Ingatlah untuk berpikir lebih bijak ke depannya!" Setelah memberi mereka pelajaran, Jericho pun menatap Luther dan berkata, "Luther, mohon maaf sekali, aku gagal mendidik mereka. Maaf karena membuatmu nggak nyaman barusan.""Tuan Jericho terlalu sungkan. Terima kasih sudah muncul tepat waktu dan menegakkan keadilan untukku," ucap Luther sambil tersenyum. Memang ada beberapa orang di Keluarga Caonata yang tidak tahu balas budi, tetapi ada juga orang-orang yang masih berakal sehat.Jericho menghela napas seraya berkata, "Ini benar-benar memalukan ... kalau bukan karena bantuanmu yan