Melihat orang-orang di sekelilingnya yang tampak santai dan gembira, Ariana mengernyitkan alisnya. Dia sudah sengaja datang lebih awal untuk rapat dewan hari ini dan tidak terlambat. Lagi pula, sejak dia masuk, orang-orang itu tetap duduk diam dan sama sekali tidak berniat untuk berdiri, mereka bahkan tidak menyisakan kursi kosong. Mereka jelas-jelas tidak menghormatinya."Herbert, apa maksudmu ini?" tanya Ariana dengan tenang.Dalam hatinya, Ariana tahu jelas Herbert sedang memamerkan kekuasaannya."Apa yang kamu katakan?"Herbert menyalakan sebatang cerutu dan menyilangkan kakinya di atas meja, seolah-olah menganggap ruang rapat itu adalah ruangan kantornya sendiri."Aku yakin kamu harusnya sudah menerima pemberitahuan dari Kepala Keluarga. Sekarang, akulah Presdir dari Grup Warsono," kata Ariana memperingatkan."Jadi?" kata Herbert sambil tersenyum sinis."Kamu sudah menduduki tempat dudukku, itu sudah keterlaluan," kata Ariana sambil menepuk meja.Herbert mengangkat kedua tangannya
"Kalian boleh pergi, tapi tidak berarti aku tidak akan menuntut pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan kalian."Ariana berkata dengan ekspresi tenang, "Pak Linto, kalau aku tidak salah ingat, sebulan yang lalu, kamu menggunakan dana perusahaan sebesar 40 miliar tanpa izin dan sampai sekarang, masih belum mengembalikannya. Uang sebanyak itu cukup untuk membuatmu mendekam di penjara seumur hidup!"Begitu mendengar perkataan itu, pria botak yang berada di depan sekumpulan orang itu langsung membeku di tempatnya dan keringat dinginnya bercucuran. Dia bertanya-tanya bagaimana mungkin orang lain tahu tentang tindakan ilegalnya yang telah dia tutupi dengan sangat rapi?Ariana tidak mengindahkan pria itu dan terus berbicara dengan tenang, "Bu Leli, sebagai direktur keuangan perusahaan, masalahmu adalah yang terbesar. Perusahaan seharusnya menghasilkan keuntungan setiap tahun, tapi kamu mengubah semuanya menjadi rugi. Kamu bahkan menggunakan alasan ini untuk meminta dana dari pusat untuk m
"Oh? Apa pendapat Pak Herbert?" tanya Ariana dengan tenang.Ariana sudah mengumpulkan banyak informasi rahasia gelap sebagian besar orang, tetapi satu-satunya informasi yang tidak dia dapat adalah Herbert. Bukannya Herbert tidak memiliki rahasia, tetapi dia sangat berhati-hati dan cermat dalam melakukan segala sesuatu, hampir tidak meninggalkan jejak sedikit pun.Herbert mengisap cerutu dan berkata dengan tenang, "Masalah pendapat, aku memang bisa memberimu beberapa saran. Ingin menjadi Presdir kami, kamu harus memiliki otoritas dan kemampuan yang cukup. Singkatnya, kamu harus mampu membuat kami kaya, kami semua baru bisa merasa puas."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepalanya. Semua orang bersatu dan berpisah demi keuntungan. Bisa mendapatkan uang yang lebih banyak adalah tujuan mereka paling akhir.Ariana berkata dengan tenang, "Aku berani menduduki posisi ini, tentu saja aku memiliki keyakinan. Aku tidak berani berjanji hal lain, tapi setelah aku naik jabatan, upa
Setelah dilihat dengan cermat, wanita itu ternyata adalah Roselyn."Luther, kenapa kamu ada di sini?" Roselyn melirik sebentar dan merasa terkejut."Aku adalah Kepala Departemen Keamanan di perusahaan, jadi kenapa aku tidak boleh berada di sini?"Luther mengambil sebuah apel dan mulai menggigitnya.Roselyn tertegun sejenak. "Kepala Departemen Keamanan? Kak, apa kamu tidak salah? Bahkan aku juga hanya sebagai sekretaris, kamu malah memberinya jabatan kepala departemen. Kenapa?"Ariana berkata dengan ekspresi dingin, "Aku tidak perlu menjelaskan apa yang kulakukan kepadamu. Selain itu, kamu masih tahu kamu adalah sekretaris? Hari pertama bekerja sudah terlambat 32 menit, kamu benar-benar profesional!"Semuanya karena bujukan ibu dan bibinya, Ariana baru memberi kesempatan kepada Roselyn untuk mendapatkan pengalaman bekerja. Namun tidak disangka, Roselyn akan begitu tidak kompeten."Tadi macet di jalan, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula, aku hanya terlambat setengah jam, haru
"Kamu Ketua Faksi Draco?" Roselyn terkejut sejenak, lalu menatap dengan terbengong dan berkata, "Luther, kamu jangan membual. Memangnya kamu ini siapa? Beraninya kamu mengaku-ngaku sebagai Ketua Faksi Draco?""Luther, jangan bercanda lagi. Serius dong," kata Ariana sambil memelototi Luther. Jelas sekali, dia tidak percaya dengan ucapan Luther. Baru berapa hari Luther tiba di provinsi ini? Mana mungkin dia bisa jadi ketua faksi?"Untuk apa aku bohongi kalian? Kalau nggak percaya, kalian pergi saja ke Faksi Draco denganku. Aku bisa memberi kalian uangnya setiap saat," kata Luther menjanjikan."Huh! Kamu anggap kami ini bodoh, ya? Apa kami masih bisa hidup kalau pergi ke Faksi Draco untuk meminta uang?" kata Roselyn dengan kesal."Ya sudah, aku saja yang pergi," balas Luther. Dia malas berdebat kusir dengan kedua orang itu lagi. Lagi pula, ini bukan masalah besar. Kenapa mereka sampai berlebihan begini."Tunggu! Aku ikut denganmu." Melihat Luther sudah hendak pergi, Ariana langsung bangki
Meskipun ada Steward yang mendukung Ariana dari belakang, tetap saja kekuasaan di Jiberia tidak berpengaruh besar di wilayah Jiman."Kalau hanya tokoh kecil sih nggak masalah." Ronald tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Sebaiknya dia nggak datang menagih utang. Kalau sampai datang ke sini, aku akan memberinya pelajaran habis-habisan!"Mana mungkin orang yang tidak punya kuasa dan latar belakang bisa menagih utang darinya? Mimpi!"Kalau begitu, mohon bantuan Pak Ronald. Setelah masalahnya selesai nanti, aku akan memberi imbalan besar untuk Pak Ronald," kata Herbert sambil menangkupkan tinju memberi hormat."Haha ... nggak masalah. Kita ini sudah seperti saudara, jangan sungkan-sungkan denganku." Ronald tersenyum lebar. Dari pengalaman sebelumnya, "imbalan besar" yang dimaksud ini sudah pasti bernilai lebih dari miliaran."Pak Ronald ...." Ketika kedua orang itu sedang mengobrol, tiba-tiba seorang bawahan masuk ke ruangan itu."Ada apa? Apa kamu nggak lihat aku sedang bahas bisnis de
"Hah?" Bawahan Ronald bengong seketika. Dia memegang pipinya dengan bingung. Orang lain yang berada di sana juga saling memandang dengan tatapan kaget. Tidak ada yang menyangka bahwa reaksi Ronald akan sebesar itu.Baru sedetik yang lalu dia berkata ingin membunuh orang, kini malah ekspresinya berubah drastis seakan-akan baru bertemu hantu. Apa yang sebenarnya terjadi?"Hah apanya? Cepat ambil uangnya!" Melihat bawahannya itu tidak bereaksi, Ronald langsung panik dan kembali menendangnya."Oh ... oke ...." Bawahan Ronald tidak berani ragu-ragu, dia langsung buru-buru berlari kembali ke kantor. Meskipun tidak tahu apa yang sedang terjadi, jelas sekali saat ini Ronald sedang ketakutan.Selagi bawahannya itu sedang mengambil uang, Ronald berlari menghampiri Luther sambil berkata dengan tersenyum, " Tuan Luther, sejak kapan Anda di sini? Kenapa tidak beri tahu kami dulu biar kami jemput?""Tuan Luther?" Melihat tampang Ronald yang ketakutan, Ariana dan Roselyn sontak tercengang. Mereka sal
"Selamat jalan, Tuan Luther!" seru Ronald sambil membungkukkan badannya di belakang ketiga orang tersebut."Selamat jalan, Tuan Luther!" Para bawahan di belakang Ronald juga ikut menyahut.Pada saat ini, Herbert yang berada di lantai atas langsung berlari turun karena merasa ada yang tidak beres. "Pak Ronald! Ada apa ini? Kenapa kamu malah memberikan uangnya kepada wanita itu?" tanya Herbert.Bukankah sebelumnya Ronald mengatakan akan memberi pelajaran kepada Ariana? Kenapa dia malah memberikan uangnya begitu saja begitu bertemu dengan wanita itu? Sejak kapan Faksi Draco jadi selemah ini?"Kau masih berani tanya?" Ronald berbalik dan memelototi Herbert dengan galak sambil berkata, "Apa kamu tahu siapa orang yang bersama wanita itu tadi?""Bukankah dia hanya seorang pengawal kecil? Apa yang perlu ditakutkan?" tanya Herbert sambil mengernyit."Pengawal?" Ronald tertegun, lalu menampar wajah Herbert dengan keras sambil memaki, "Berengsek! Buka matamu lebar-lebar! Orang itu ketua baru dari
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru