"Adik kandung Tuan Ronald?" Saat mendengar kata-kata ini, semua orang tercengang, terutama Hardy. Dia tertegun dan wajahnya menjadi sangat pucat. Dia sama sekali tidak mengira bahwa lawannya memiliki koneksi sebesar ini.Ayahnya hanya mengenal Ronald dan tidak memiliki hubungan yang dalam. Sementara itu, lawannya adalah adik kandung Ronald. Jelas sekali siapa yang lebih berpengaruh. Hardy merasa bahwa dirinya dalam masalah besar sekarang."Bocah! Bukannya kamu sangat berlagak barusan, coba berlagak lagi di hadapanku!" tantang pria berjas itu. Dia menendang perut Hardy dan menjatuhkannya, lalu berseru, "Beraninya kamu campur tangan dalam urusanku. Kamu sepertinya sudah bosan hidup!" Kemudian, dia menghunjamkan kakinya beberapa kali ke arah Hardy.Hardy hanya bisa menahan rasa sakitnya dan tidak berani berkata apa-apa. Meskipun merasa sangat malu, dia tetap harus menahan diri sekarang. "Beraninya sekelompok bocah ingusan seperti kalian berlagak di hadapanku? Benar-benar nggak tahu diri!"
"Eh ...." Melihat pria berjas yang terhempas, semua orang pun tercengang. Satu per satu dari mereka saling menatap dengan ekspresi penuh dengan ketidakpercayaan. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mengira bahwa Luther akan memiliki keberanian untuk menyerang.Perlu diketahui bahwa pria berjas ini tidak hanya memiliki banyak anak buah, tetapi juga merupakan adik kandung Ronald. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dia bagaikan raja iblis yang tak kenal takut di daerah ini. Dia bisa bertindak dengan bebas dan tidak ada yang berani mengadangnya. Bahkan, Hardy yang berasal dari keluarga kaya pun harus tunduk dan menyanjungnya.Namun, Luther tampaknya tidak peduli dengan semua itu. Dia tidak hanya menantang pria berjas, tetapi bahkan berani memukulnya. Apa yang sebenarnya ada dalam benaknya?"Beraninya menghajar adik kandung Tuan Ronald, apa dia nggak waras?""Menyinggung Tuan Ronald sama saja dengan menantang seluruh Faksi Draco. Riwayat orang ini pasti akan tamat!""Dia benar-benar
Setelah Ronald memberikan perintah, seluruh tempat karaoke langsung dikosongkan. Semua kamera CCTV juga dimatikan. Hardy dan beberapa murid lainnya terdesak ke sudut dinding. Sosok mereka gemetar dan tak berani bergerak. Mereka tahu jelas bahwa Ronald akan bertindak serius."Anak Muda, nggak disangka kamu masih cukup tenang. Apa kamu tahu bahwa bencana besar akan menimpa dirimu?" tanya Ronald yang agak terkejut. Biasanya, orang-orang akan merasa sangat gelisah saat dia memerintahkan pembersihan tempat.Namun, tidak dengan pemuda di depannya ini. Luther seolah-olah sama sekali tidak ketakutan. Apakah Luther hanya kurang pengalaman atau memang tak kenal takut?"Oh, ya? Aku nggak tahu," sahut Luther dengan tak acuh. "Anak Muda, aku akan memberimu kesempatan. Sekarang, potong salah satu tanganmu sendiri, lalu bertekuk lutut untuk meminta maaf. Dengan begitu, aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup," ucap Ronald seraya mengeluarkan sebilah pisau dan melemparkannya ke samping kak
"Orang-orangmu ini sepertinya nggak berguna. Sekarang, giliranku yang menghajarmu, 'kan?" kata Luther sambil menguap karena merasa bosan.Ekspresi Ronald berubah dan terlihat sangat serius. Dia mengenal hampir semua pemuda berbakat yang terkenal di ibu kota provinsi ini. Namun, orang di hadapannya ini sangat asing baginya. Mungkinkah dia adalah ahli bela diri dari luar daerah?Setelah terkejut sejenak, Ronald segera terlihat tenang kembali dan berkata sambil menatap dengan tatapan yang tajam, "Anak Muda, aku akui kamu sangat pandai bertarung, tapi sebaik apa pun kemampuanmu, apa kamu bisa menghadapi senjata? Aku sudah pernah bertemu dengan orang sepertimu dulu. Mereka sombong dan kasar hanya karena memiliki sedikit kemampuan, tapi apa hasilnya? Mereka semua tewas tertembak.""Di masyarakat ini, hanya pandai bertarung saja tidak cukup, tapi juga harus punya kekuatan politik dan latar belakang. Apa kamu percaya aku bisa mengirimmu ke penjara hanya dengan satu kata saja?"Begitu mendengar
Untungnya, Ronald tidak bersikeras melawan, jika tidak, dia sudah mati."Jadi, kamu berencana untuk bergabung dengan Faksi Draco?"Ronald menenangkan dirinya dan menyalakan sebatang rokok lagi."Bergabung dengan Faksi Draco bukan masalah, tapi aku ingin menjadi pemimpin," kata Luther yang mengejutkan semua orang.Ronald bergetar dan rokok di mulutnya terjatuh ke lantai lagi. Apakah anak itu tidak bisa berbicara seperti orang biasa?"Hei! Apa kamu sudah gila? Kakakku juga hanya sebagai wakil di Faksi Draco, kamu ingin menjadi pemimpin?" kata pria berjas itu dengan kesal.Ronald menarik napas dalam-dalam dan memasukkan sebatang rokok ke mulutnya untuk ketiga kalinya, lalu berkata dengan tenang, "Anak Muda, apa kamu tahu seberapa besar Faksi Draco itu? Kedudukannya bahkan berada di posisi atas di seluruh ibu kota provinsi ini, kamu tidak memiliki latar belakang dan kekuatan, kenapa berani mengatakan hal ini?""Karena ini."Luther menjentik jari-jarinya dan sebuah cahaya yang tajam meluncu
Di seberang jalan dari ruang karaoke, ada sebuah kafe. Hardy dan kelompoknya tidak pergi, mereka malah duduk di sebuah meja dan berniat untuk melihat keributan yang terjadi."Charlotte, apa kakak tampan tadi adalah kerabatmu? Dia sungguh ganteng dan juga sangat berani. Dia berani menantang Tuan Ronald begitu saja.""Benar, tampan dan berani. Kakak seperti itu benar-benar memberikan rasa aman."Beberapa gadis itu berkumpul bersama dan mulai menggosip. Terutama saat membicarakan tentang Luther, mereka semua bersemangat dan merasa sangat kagum.Hardy berkata dengan cemburu, "Huh! Apa gunanya bisa bertarung? Zaman sekarang, yang penting adalah kepintaran, koneksi, dan latar belakang. Lagi pula, orang itu sudah menyinggung Tuan Ronald, apa bisa keluar dari ruang karaoke dengan selamat juga masih menjadi masalah. Jadi, ada apa yang perlu dibanggakan?""Benar sekali! Dia sudah memukul orang Tuan Ronald dan mempermalukan Faksi Draco. Sehebat apa pun juga hanya akan berakhir buruk.""Sebenarnya
"Benar-benar sudah keluar?"Hardy tertegun sejenak dan merasa terkejut. Dia juga tidak menyangka Luther benar-benar bisa keluar dari situasi itu dengan selamat, dia hanya menelepon ayahnya tanpa berharap apa pun. Sejak kapan ayahnya memiliki pengaruh sebesar ini?"Itu ... apa kamu baik-baik saja?"Charlotte adalah orang pertama yang keluar dari kafe dan menyambut Luther. Kemudian, dia diikuti oleh sekelompok teman sekelasnya.Luther mengayunkan tangannya. "Apa yang bisa terjadi padaku? Aku yang seharusnya bertanya kenapa kamu masih belum kembali?"Gadis berambut pendek itu menyela, "Charlotte khawatir kamu akan dibunuh, jadi dia tetap di sini untuk melihat. Harus diakui, nasibmu benar-benar baik, sudah menyinggung Tuan Ronald saja masih bisa keluar dengan selamat.""Apa Tuan Ronald sangat luar biasa? Aku tadi tidak menghajarnya sudah termasuk mengampuninya," kata Luther dengan tenang.Tatapan gadis berambut pendek itu melihat Luther seolah-olah dia gila. "Apa? Kamu ingin menghajar Tuan
Di sebuah pemukiman pinggiran kota, ada sebuah bangunan bergaya barat. Begitu Luther dan Charlotte turun dari mobil, mereka melihat Harsa yang gelisah sedang bolak-balik di depan pintu dengan ekspresi penuh khawatir dan gelisah.Begitu melihat Luther, Harsa segera menyambutnya dengan gembira, "Pak Luther, Anda baik-baik saja? Saya baru saja menelepon Nona Kedua, tak disangka dia begitu cepat menyelamatkan Anda.""Terima kasih, Paman Harsa. Tapi, masalah kecil seperti ini tidak usah merepotkan Keluarga Caonata," kata Luther sambil tersenyum."Masalah kecil?" kata Harsa dengan sudut matanya berkedut.Sudah menyinggung Tuan Ronald masih dianggap masalah kecil? Jadi, bagaimana baru dianggap masalah besar? Namun, melihat Luther dalam keadaan baik-baik saja, hatinya juga merasa lega."Charlotte, bagaimana denganmu?" kata Harsa sambil mengalihkan pandangannya ke putrinya."Tidak perlu kamu mengkhawatirkanku. Kelak, jangan pernah muncul di hadapan teman-teman sekelasku lagi!"Setelah melontark