Luther merasa sangat kesal. Padahal Charlotte yang datang sendiri, tapi dia malah menyalahkan Luther yang berpikir berlebihan? Memangnya itu pantas? Namun, dia juga terlalu malas untuk memperdebatkan masalah ini. Akhirnya, Luther bertanya, "Katakanlah, ada masalah apa yang perlu kubantu?""Melihatmu berkelahi hari ini, sepertinya kamu sangat hebat. Bahkan 20-30 orang pun bukan lawanmu. Bagaimana kamu melakukan hal itu?" tanya Charlotte penasaran."Kamu pernah dengar yang namanya seniman bela diri kuno? Aku adalah orang seperti itu. Jangankan 20-30 orang, bahkan 200-300 orang sekalipun bukanlah lawanku," jawab Luther dengan tenang."Cih! Kamu pasti membual, 'kan? Mana mungkin kamu bisa melawan orang sebanyak itu?" kata Charlotte dengan wajah tak percaya. Orang awam memang sangat minim pengetahuan mengenai seniman bela diri kuno, mereka tidak akan bisa mengenalinya meskipun bertemu."Baiklah, anggap saja kamu memang sangat hebat. Apa kamu bisa mengajariku? Permintaanku nggak terlalu ting
Keesokan paginya, Luther yang baru saja bangun tidur mendapat sebuah panggilan dari Ronald."Halo, apakah Anda sudah bangun, Tuan Luther?""Baru saja, ada apa? Apa sudah ada hasilnya?" tanya Luther."Tuan Luther, ketua kami ingin menemui Anda. Kalau ada masalah, kita bisa membicarakannya dengan baik," kata Ronald sambil tersenyum tipis."Boleh, di mana lokasinya?" jawab Luther dengan lugas."Sekolah Bela Diri Draco.""Baik, aku akan ke sana sebentar lagi," balas Luther. Setelah mengakhiri panggilan, Luther membersihkan diri, lalu memanggil taksi untuk berangkat menuju lokasi yang dijanjikan. Dia sudah menduga bahwa Faksi Draco tidak akan takluk semudah itu. Berhubung Luther sedang senggang, dia memutuskan untuk meladeni orang-orang ini.Setengah jam kemudian, mobilnya berhenti di depan pintu Sekolah Bela Diri Draco. Begitu turun dari mobil, Ronald beserta beberapa bawahannya datang untuk menyambut Luther. "Anda sudah datang ya, Tuan Luther? Silakan masuk.""Ya," sahut Luther seraya men
"Bocah! Besar sekali nyalimu menantang kami berempat!"Di atas arena, keempat pria botak itu menatap Luther dengan waswas dan mencibir. Mereka sudah banyak melihat ahli bela diri di provinsi, tapi pada akhirnya semua kalah di tangan mereka. Tidak terkecuali juga hari ini."Jangan banyak bicara, ayo cepat maju." Luther meletakkan tangan kirinya di belakang punggung, lalu mengulurkan tangan kanannya perlahan-lahan."Kalau kamu memang ingin mati secepat itu, aku akan mengabulkan permintaanmu!" Salah seorang pria botak itu melangkah maju dan memelesat ke arah Luther sambil melayangkan tinjuan. Saking hebatnya tinjunya ini, tempat yang dilaluinya bahkan terdengar deru angin yang dahsyat."Mengerikan sekali angin tinjunya ini! Kalau sampai terkena orang, mungkin orang itu akan langsung mati!""Kutarik kembali ucapanku tadi. Jangankan 3 jurus, sepertinya dia bahkan nggak akan bertahan 1 jurus pun!"Beberapa wanita cantik di sampingnya tampak kaget melihat tinju yang dilancarkan oleh pria bota
Seketika, keempat orang itu merasa ketakutan tanpa sebab."Kalau kemampuan kalian hanya seperti ini, lupakan saja." Luther meregangkan ototnya dengan malas. Ekspresinya terlihat seakan-akan telah kehilangan minat."Cari mati kamu!" Keempat orang itu langsung murka. Mereka saling memandang satu sama lain, lalu kembali menyerang Luther. Kali ini, mereka tidak segan-segan mengincar titik kelemahan Luther. Setiap serangan yang dilancarkan itu sangatlah sadis dan bisa berakibat fatal."Huh!" Luther mendengus, lalu mengentakkan kakinya hingga membentuk sebuah lubang di arena pertempuran. Seketika, seisi gedung itu terguncang hebat! Pada saat bersamaan, sebuah energi sejati yang dahsyat menguar bagaikan ombak dan menyapu keempat orang tersebut.Bum!Seolah-olah ditabrak oleh truk, keempat orang itu terpelanting jauh dan menyemburkan darah dari mulut mereka. Pada akhirnya, mereka terbanting dengan keras di lantai dan tak sadarkan diri."Hah ...." Melihat keempat orang yang terlempar jauh itu,
Ekspresi Hubert langsung berseri-seri. Dia segera berlutut dan berkata, "Hormat untuk ketua baru Faksi Draco!""Hormat untuk ketua baru Faksi Draco!" Tanpa ragu-ragu, semua orang berlutut dan memberi salam kepada Luther. Dalam dunia persilatan, orang yang terkuatlah yang berkuasa. Kemampuan Luther yang hebat ini membuatnya berhak menyandang gelar sebagai ketua baru faksi mereka."Selamat, Sobat. Siapa namamu?" Joshua berdiri dan memberi hormat dengan menangkupkan tangannya. Dia tentu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengan pemuda sehebat ini."Luther," balas Luther sambil memberi hormat kembali."Namaku Joshua Hutomo. Bertemu denganmu hari ini benar-benar membuka wawasanku. Apakah kamu berminat untuk bertamu di Keluarga Hutomo?" ujar Joshua mengusulkan."Kalau ada waktu, aku akan datang bertamu nantinya," jawab Luther berbasa-basi. Dia memiliki kesan baik terhadap pria di hadapannya ini."Ketua, mumpung kita sudah bertemu hari ini, suasana di Restoran Jaya di sebelah
"Tuan Luther, kata-katamu agak keterlaluan," ujar Hubert. Senyuman di wajahnya perlahan memudar dan ekspresinya menjadi dingin. Sebagus apa pun Hubert mengontrol dirinya, dia tetap tidak bisa menerima provokasi seperti ini."Kita teman, bukan? Kalau kamu sudah nggak sanggup, bukannya bagus kalau aku membantumu? Membantu sesama itu sumber kebahagiaan," ujar Luther sambil tetap tersenyum.Hubert memaksakan diri untuk tersenyum dan mencoba mengubah topik pembicaraan dengan berujar, "Tuan Luther, aku nggak butuh bantuanmu dalam hal semacam ini. Aku masih kuat. Ayo, kita minum lagi."Namun, Luther masih tetap berkata, "Gimana kalau kamu tanya pendapatnya dulu? Mungkin saja dia bersedia.""Sudah cukup!"Begitu mendengar ucapan Luther ini, para wanita cantik di sana tidak bisa menahan diri lagi."Penampilanmu boleh saja bagus, tapi aku nggak nyangka kamu begitu menjijikkan. Berani sekali kamu mengincar wanita orang lain!""Iya! Biarpun kamu cukup kuat, kamu nggak boleh menghina orang seperti
Para wanita cantik langsung pucat ketakutan dan meninggalkan meja satu per satu. Bak baru saja melihat hantu, Ronald juga segera menjauh. Dia takut Luther akan tiba-tiba membunuhnya juga.Selain Luther, saat ini hanya ada Joshua yang masih duduk dengan tenang. "Luther, apa kamu punya dendam pada Hubert?" tanya Joshua dengan dingin."Nggak ada," jawab Luther sambil menggeleng.Joshua bertanya, "Kamu membencinya?""Nggak juga," jawab Luther."Kalau kamu nggak punya dendam dan juga nggak membencinya, kenapa kamu membunuhnya?" tanya Joshua lagi."Karena dia pantas mati," ujar Luther."Apa alasannya?" tanya Joshua. Dia sangat membenci orang-orang yang membunuh tanpa alasan. Sekuat apa pun orang-orang itu, mereka tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi temannya.Luther tidak langsung menjawab, tetapi malah balik bertanya, "Tuan Joshua, apa arak ini harum?""Memangnya kenapa?" ujar Joshua sambil mengernyit."Arak ini terlalu harum dan menggoda, bahkan sampai sedikit nggak normal," ujar Luthe
Setelah Hubert mati, Ronald menggantikan Luther untuk mengomando Faksi Draco. Faksi Draco memiliki ribuan murid dan ratusan anggota elite. Di seluruh ibu kota provinsi, Faksi Draco sangatlah berkuasa. Dengan menaklukkan Faksi Draco, kelak Luther akan lebih leluasa beraksi di ibu kota provinsi."Luther, meskipun sekarang kamu adalah Ketua Faksi Draco, masih ada beberapa masalah yang harus kamu hadapi," kata Joshua setelah mereka keluar dari Restoran Jaya."Masalah apa?" tanya Luther sedikit penasaran."Hubert nggak bekerja sendiri, ada seseorang yang mendukungnya selama ini. Karena kamu membunuh Hubert, orang itu pasti akan tersinggung," kata Joshua."Oh? Siapa orang yang kamu maksud?" tanya Luther."Terry, putra tertua dari Keluarga Oscario," jawab Joshua."Terry? Aku belum pernah dengar namanya," ujar Luther sambil menggeleng.Joshua berkata dengan ekspresi serius, "Ya, kamu bukan penduduk lokal, wajar kalau kamu belum pernah dengar tentang Terry. Tapi, aku harus mengingatkanmu, orang
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi