Begitu memasuki pintu, Luther melihat Charlotte berlari kencang sambil berteriak, "Paman! Aku sudah punya! Aku sudah punya!""Punya apa? Punya anak?" tanya Luther dengan kaget. "Kamu hamil?" Hamil sebelum dewasa, bukankah Charlotte sudah terlalu gila?"Huh! Paman saja yang hamil! Aku masih perawan, tahu!" kata Charlotte dengan kesal sambil memutar bola matanya."Kalau gitu, apa maksudmu? Kenapa semangat sekali tadi?" tanya Luther. Teriakan Charlotte benar-benar mengagetkannya."Paman mengajariku teknik kultivasi semalam, bukan? Biar kuumumkan dengan resmi, sekarang aku sudah mengembangkan energi internalku!" ujar Charlotte dengan raut semangat."Apa? Secepat itu?" sahut Luther seraya mengangkat alisnya.Biasanya, mengembangkan energi internal dalam waktu kurang dari satu setengah tahun saja mustahil dilakukan pesilat normal. Bahkan, orang-orang yang memiliki bakat luar biasa juga memerlukan waktu satu hingga dua bulan untuk melakukannya. Namun, Charlotte hanya membutuhkan waktu satu
"Hah? Tiga menit?" seru Charlotte dengan kaget.Bukankah Luther mengatakan bahwa pesilat biasa butuh waktu satu setengah tahun untuk mengembangkan energi internal? Bahkan, genius langka seperti Charlotte pun butuh satu hari untuk melakukannya.Bisa melakukannya dalam satu hari saja sudah disebut genius. Disebut apa seseorang yang bisa mengembangkan energi internal dalam tiga menit? Monster? Iblis? Detik ini, Charlotte merasa sangat terpukul. Kesombongannya tadi sudah hilang tanpa bekas."Paman, ka ... kamu pasti bercanda, 'kan?" ujar Charlotte yang masih agak sulit menerima ini."Untuk apa aku bohong? Nggak ada untungnya buatku." Luther mengangkat bahu dan berkata dengan datar, "Lagian, itu cuma bakat, bakat nggak mewakili kekuatan. Ada banyak orang genius di dunia ini dan jalan dalam dunia seni bela diri sangat panjang. Untuk menjadi orang yang benar-benar kuat, bakat dan kerja keras adalah dua poin yang sama-sama penting.""Aku mengerti! Aku bakal bekerja keras untuk menyusulmu secep
"Emas memang sangat menggoda, tapi aku nggak suka. Jadi, aku nggak bisa menerima syarat yang baru saja Paman ajukan," tolak Luther sambil menggelengkan kepala. "Nggak suka emas? Kalau begitu, sebutkan saja apa yang kamu mau," ucap Kevin seraya mengangkat dagunya."Paman Kevin, maafkan kejujuranku, urusan pernikahan seharusnya ditentukan oleh Bianca sendiri. Sebagai orang tua, kamu seharusnya nggak campur tangan secara paksa," ujar Luther. Kevin mengangkat alis kirinya seraya bertanya, "Oh? Apa kamu sedang mengajariku?"Luther menjawab dengan tenang, "Aku hanya mengatakan apa adanya. Sebagai orang tua, bukannya Paman seharusnya menginginkan kebahagiaan dalam pernikahan anakmu?""Hmph! Apa yang kamu tahu?" tanya Kevin dengan kesal. Saat ini, Susan yang berdiri di samping akhirnya tak bisa menahan diri untuk berkata, "Apa kamu tahu siapa tunangannya Bianca? Dia adalah seorang genius militer yang akan menjadi pahlawan Negara Drago di masa depan, Harry Sunaryo! Hanya dengan menikahi Harry,
Luther tampak mengernyit. Sambil melihat mobil yang menjauh, dia berkata, "Harry? Pertunangan?" Jelas, ini adalah pernikahan politik yang disatukan oleh kepentingan antara dua keluarga besar. Sementara itu, Bianca hanyalah korban dalam pernikahan tersebut.Meskipun terlahir di keluarga bangsawan, serta menikmati kemewahan dan kekayaan, Bianca malah kehilangan kebebasan. Bahkan, pada momen tertentu, Bianca harus melakukan pengorbanan demi kepentingan keluarganya.Tentunya, Luther tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Memikirkan hal tersebut, Luther pun mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang."Halo, Ronald, bantu aku untuk menyelidiki seseorang," ucap Luther. Ronald yang berada di ujung telepon bertanya, "Nggak masalah. Siapa yang ingin Tuan Luther selidiki?" Luther segera berkata, "Harry Sunaryo." Ronald yang terkejut berkata dengan nada yang meninggi, "Harry Sunaryo? Tuan, kenapa kamu ingin menyelidikinya?""Tentu saja untuk melawannya. Nggak mungkin aku menyelidikinya un
"Jangan asal bicara!" seru Klark seraya memandangnya dengan tajam. Tiba-tiba, Joshua yang berada di tengah kerumunan melangkah maju sambil memegang sebutir Pil Emas Hitam di tangannya, lalu dia berkata, "Paman Klark, aku punya obat untuk mengobati luka. Bagaimana kalau kita memberikannya kepada Kakek?"Joshua tidak akan mengambil risiko seperti ini jika kondisi kakeknya tidak terlalu mendesak. Jaden mengernyit seraya berkata, "Obat untuk mengobati luka? Warnanya sangat gelap dan terlihat mencurigakan. Dari mana kamu mendapatkannya?""Temanku yang memberikannya padaku," jawab Joshua dengan jujur. "Hmph! Apa yang bisa teman-temanmu itu lakukan?" sindir Jaden. Kemudian, dia melanjutkan seraya mengerucutkan bibirnya, "Cepat bawa obatmu pergi. Jangan mempermalukan dirimu di sini!""Kondisi Kakek sangat serius sekarang, jadi aku ingin mencobanya. Bagaimana kalau itu benar-benar membantu?" tanya Joshua. "Pokoknya itu nggak berguna. Cepat bawa pergi!" tolak Jaden seraya menjatuhkan obat di tan
Melihat Pil Emas Hitam yang hancur, Robin sangat kesal dan emosi. Bahkan, dia langsung menundukkan dirinya ke lantai dan mulai mengumpulkan bubuk-bubuk itu secara perlahan, tanpa memedulikan citranya. Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Bukankah hanya sebutir pil yang hancur, apakah begitu penting?"Tetua Robin, apa yang terjadi padamu?" tanya Klark yang agak bingung. Orang-orang dari Lembah Obat selalu bersikap sangat angkuh. Sejak kapan mereka pernah kehilangan kendali seperti ini?Robin sangat kesal hingga berkata, "Apa yang terjadi? Beraninya kamu masih bertanya apa yang terjadi padaku?" Dia melanjutkan dengan frustrasi, "Bisa-bisanya kalian menghancurkan obat spiritual seperti ini? Ini benar-benar pemborosan besar! Siapa yang berani melakukan ini?""Tetua Robin, apa kamu nggak salah? Bagaimana mungkin sampah yang berwarna hitam seperti itu adalah obat spiritual?" tanya Jaden dengan ekspresi ragu-ragu.Robin menatap Jaden yang bodoh itu dengan kesal, lalu menjawab, "Das
Jackson berkata dengan ekspresi suram, "Luther adalah temanku. Aku bisa menjadi penjaminnya. Kalau ada masalah, aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya!""Hei, kenapa kalian masih mengobrol di sana? Cepat masuk!" Melihat ketiga orang itu yang berdiri di luar, Klark pun mendesak mereka dengan tidak sabaran. "Hmph! Bocah, sebaiknya kamu jangan macam-macam. Aku akan terus memantaumu!"Usai memberi peringatan, Jaden pun akhirnya memberi jalan. Joshua hanya bisa berkata, "Luther, tolong jangan perhitungan dengannya. Silakan masuk ke dalam." Dia tidak ingin berbicara omong kosong lagi dan segera membawa Luther ke samping ranjang."Sobat, aku mendengar bahwa kamu memiliki Pil Emas Hitam?" tanya Robin segera. Ekspresinya terlihat sangat antusias, seperti orang yang sudah kelaparan selama tiga hari dan akhirnya melihat hidangan lezat."Ya, aku punya, tapi nggak banyak. Semuanya adalah warisan keluargaku," jawab Luther. Dari lencana di pakaiannya, dapat terlihat bahwa lawan bicaranya adalah o
"Hah?" Jaden tertegun, lalu memegang wajahnya dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat ini, bukankah Klark seharusnya memberi pelajaran kepada Luther? Kenapa pamannya itu malah menamparnya?"Kamu orang yang tidak tahu diri! Kalau nggak pandai bicara, pergi dari sini!" kata Klark dengan ekspresi muram, terlihat jelas dia sedang marah.Mereka seharusnya tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Namun karena Jaden yang tidak tahu diri ini, harga sebutir pil naik menjadi 600 miliar. Jika membiarkan Jaden terus berbicara, mungkin Luther akan menaikkan harga pilnya lagi. Jika orang bodoh ini tidak dipukul, siapa lagi yang pantas dipukul?"Kakak, kamu terlalu berlebihan," kata Kin sambil mengernyitkan alisnya.Putranya dipukul, Kin tentu saja merasa sangat kesal.Klark menoleh dan memelototi Kin. "Kamu juga tutup mulutmu! Sekarang, Ayah dalam keadaan kritis dan sangat membutuhkan obat spiritual untuk menyelamatkan nyawa, tapi kalian semua malah masih sibuk bertengkar. Kalau terjadi sesuat