"Emas memang sangat menggoda, tapi aku nggak suka. Jadi, aku nggak bisa menerima syarat yang baru saja Paman ajukan," tolak Luther sambil menggelengkan kepala. "Nggak suka emas? Kalau begitu, sebutkan saja apa yang kamu mau," ucap Kevin seraya mengangkat dagunya."Paman Kevin, maafkan kejujuranku, urusan pernikahan seharusnya ditentukan oleh Bianca sendiri. Sebagai orang tua, kamu seharusnya nggak campur tangan secara paksa," ujar Luther. Kevin mengangkat alis kirinya seraya bertanya, "Oh? Apa kamu sedang mengajariku?"Luther menjawab dengan tenang, "Aku hanya mengatakan apa adanya. Sebagai orang tua, bukannya Paman seharusnya menginginkan kebahagiaan dalam pernikahan anakmu?""Hmph! Apa yang kamu tahu?" tanya Kevin dengan kesal. Saat ini, Susan yang berdiri di samping akhirnya tak bisa menahan diri untuk berkata, "Apa kamu tahu siapa tunangannya Bianca? Dia adalah seorang genius militer yang akan menjadi pahlawan Negara Drago di masa depan, Harry Sunaryo! Hanya dengan menikahi Harry,
Luther tampak mengernyit. Sambil melihat mobil yang menjauh, dia berkata, "Harry? Pertunangan?" Jelas, ini adalah pernikahan politik yang disatukan oleh kepentingan antara dua keluarga besar. Sementara itu, Bianca hanyalah korban dalam pernikahan tersebut.Meskipun terlahir di keluarga bangsawan, serta menikmati kemewahan dan kekayaan, Bianca malah kehilangan kebebasan. Bahkan, pada momen tertentu, Bianca harus melakukan pengorbanan demi kepentingan keluarganya.Tentunya, Luther tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Memikirkan hal tersebut, Luther pun mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang."Halo, Ronald, bantu aku untuk menyelidiki seseorang," ucap Luther. Ronald yang berada di ujung telepon bertanya, "Nggak masalah. Siapa yang ingin Tuan Luther selidiki?" Luther segera berkata, "Harry Sunaryo." Ronald yang terkejut berkata dengan nada yang meninggi, "Harry Sunaryo? Tuan, kenapa kamu ingin menyelidikinya?""Tentu saja untuk melawannya. Nggak mungkin aku menyelidikinya un
"Jangan asal bicara!" seru Klark seraya memandangnya dengan tajam. Tiba-tiba, Joshua yang berada di tengah kerumunan melangkah maju sambil memegang sebutir Pil Emas Hitam di tangannya, lalu dia berkata, "Paman Klark, aku punya obat untuk mengobati luka. Bagaimana kalau kita memberikannya kepada Kakek?"Joshua tidak akan mengambil risiko seperti ini jika kondisi kakeknya tidak terlalu mendesak. Jaden mengernyit seraya berkata, "Obat untuk mengobati luka? Warnanya sangat gelap dan terlihat mencurigakan. Dari mana kamu mendapatkannya?""Temanku yang memberikannya padaku," jawab Joshua dengan jujur. "Hmph! Apa yang bisa teman-temanmu itu lakukan?" sindir Jaden. Kemudian, dia melanjutkan seraya mengerucutkan bibirnya, "Cepat bawa obatmu pergi. Jangan mempermalukan dirimu di sini!""Kondisi Kakek sangat serius sekarang, jadi aku ingin mencobanya. Bagaimana kalau itu benar-benar membantu?" tanya Joshua. "Pokoknya itu nggak berguna. Cepat bawa pergi!" tolak Jaden seraya menjatuhkan obat di tan
Melihat Pil Emas Hitam yang hancur, Robin sangat kesal dan emosi. Bahkan, dia langsung menundukkan dirinya ke lantai dan mulai mengumpulkan bubuk-bubuk itu secara perlahan, tanpa memedulikan citranya. Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Bukankah hanya sebutir pil yang hancur, apakah begitu penting?"Tetua Robin, apa yang terjadi padamu?" tanya Klark yang agak bingung. Orang-orang dari Lembah Obat selalu bersikap sangat angkuh. Sejak kapan mereka pernah kehilangan kendali seperti ini?Robin sangat kesal hingga berkata, "Apa yang terjadi? Beraninya kamu masih bertanya apa yang terjadi padaku?" Dia melanjutkan dengan frustrasi, "Bisa-bisanya kalian menghancurkan obat spiritual seperti ini? Ini benar-benar pemborosan besar! Siapa yang berani melakukan ini?""Tetua Robin, apa kamu nggak salah? Bagaimana mungkin sampah yang berwarna hitam seperti itu adalah obat spiritual?" tanya Jaden dengan ekspresi ragu-ragu.Robin menatap Jaden yang bodoh itu dengan kesal, lalu menjawab, "Das
Jackson berkata dengan ekspresi suram, "Luther adalah temanku. Aku bisa menjadi penjaminnya. Kalau ada masalah, aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya!""Hei, kenapa kalian masih mengobrol di sana? Cepat masuk!" Melihat ketiga orang itu yang berdiri di luar, Klark pun mendesak mereka dengan tidak sabaran. "Hmph! Bocah, sebaiknya kamu jangan macam-macam. Aku akan terus memantaumu!"Usai memberi peringatan, Jaden pun akhirnya memberi jalan. Joshua hanya bisa berkata, "Luther, tolong jangan perhitungan dengannya. Silakan masuk ke dalam." Dia tidak ingin berbicara omong kosong lagi dan segera membawa Luther ke samping ranjang."Sobat, aku mendengar bahwa kamu memiliki Pil Emas Hitam?" tanya Robin segera. Ekspresinya terlihat sangat antusias, seperti orang yang sudah kelaparan selama tiga hari dan akhirnya melihat hidangan lezat."Ya, aku punya, tapi nggak banyak. Semuanya adalah warisan keluargaku," jawab Luther. Dari lencana di pakaiannya, dapat terlihat bahwa lawan bicaranya adalah o
"Hah?" Jaden tertegun, lalu memegang wajahnya dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat ini, bukankah Klark seharusnya memberi pelajaran kepada Luther? Kenapa pamannya itu malah menamparnya?"Kamu orang yang tidak tahu diri! Kalau nggak pandai bicara, pergi dari sini!" kata Klark dengan ekspresi muram, terlihat jelas dia sedang marah.Mereka seharusnya tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Namun karena Jaden yang tidak tahu diri ini, harga sebutir pil naik menjadi 600 miliar. Jika membiarkan Jaden terus berbicara, mungkin Luther akan menaikkan harga pilnya lagi. Jika orang bodoh ini tidak dipukul, siapa lagi yang pantas dipukul?"Kakak, kamu terlalu berlebihan," kata Kin sambil mengernyitkan alisnya.Putranya dipukul, Kin tentu saja merasa sangat kesal.Klark menoleh dan memelototi Kin. "Kamu juga tutup mulutmu! Sekarang, Ayah dalam keadaan kritis dan sangat membutuhkan obat spiritual untuk menyelamatkan nyawa, tapi kalian semua malah masih sibuk bertengkar. Kalau terjadi sesuat
"Oh ya, jarum perak di tubuh pasien jangan dicabut dulu untuk saat ini. Setelah tiga jam baru dicabut. Itu saja, berikan uangnya."Setelah memberikan peringatan, Luther langsung membicarakan masalah pembayaran. Dia datang mengobati pasien ini adalah untuk menghargai Joshua. Uang yang harus dibayar tetap akan ditagihnya, dia tidak bisa datang dengan sia-sia."Soal uang tentu saja tidak masalah, tapi kita harus memastikan kondisi ayahku dulu."Klark memberi isyarat dan Robin segera memahaminya. Dia mendekati Larry dan memeriksa denyut nadinya, ekspresinya langsung berubah."Bagaimana? Apa ada masalah dengan ayahku?"Melihat kejadian itu, hati semua orang menjadi tegang."Tidak ... denyut nadi Tuan Larry sangat stabil, sebagian besar darah yang berkumpul di dalam tubuh sudah hilang, dan saluran energi yang rusak telah berhasil diperbaiki dengan baik. Ini benar-benar ajaib!" kata Robin dengan sangat terkejut.Efek dari Pil Emas Hitam ditambah dengan teknik akupunktur yang ajaib, keduanya s
"Plak!" Cek itu mengenai wajah Jaden dengan ringan dan tidak terasa sakit, tetapi penuh dengan penghinaan. "Kamu cari mati!"Jaden langsung menjadi sangat marah dan mengayunkan tinjunya untuk menyerang. Namun, tinjunya belum mengenai Luther, dia sudah ditendang hingga terbang. Dalam sekejap, dia dipenuhi dengan debu dan terus-menerus batuk."Aku harus membunuhmu!"Mata Jaden membelalak, lalu merobek pakaiannya dan memperlihatkan otot-ototnya yang kuat dan penuh dengan bulu. Kemudian, dia menyerang dengan ganas seperti banteng liar."Pergi!"Luther mengangkat tangannya dan langsung menampar Jaden hingga terbang. Jaden menjerit, lalu terjatuh dan tidak mampu berdiri untuk beberapa saat."Kamu berani memukul putraku?"Melihat kejadian itu, ekspresi Kin berubah. "Pengawal! Tangkap anak itu!"Setelah mendengar perintah Kin, sekelompok pengawal segera menyerbu tempat itu dan segera mengelilingi Luther."Dasar berengsek! Berani bertindak sesukamu di Keluarga Hutomo? Aku lihat kamu sudah bosan
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka