"Tuan Luther, kata-katamu agak keterlaluan," ujar Hubert. Senyuman di wajahnya perlahan memudar dan ekspresinya menjadi dingin. Sebagus apa pun Hubert mengontrol dirinya, dia tetap tidak bisa menerima provokasi seperti ini."Kita teman, bukan? Kalau kamu sudah nggak sanggup, bukannya bagus kalau aku membantumu? Membantu sesama itu sumber kebahagiaan," ujar Luther sambil tetap tersenyum.Hubert memaksakan diri untuk tersenyum dan mencoba mengubah topik pembicaraan dengan berujar, "Tuan Luther, aku nggak butuh bantuanmu dalam hal semacam ini. Aku masih kuat. Ayo, kita minum lagi."Namun, Luther masih tetap berkata, "Gimana kalau kamu tanya pendapatnya dulu? Mungkin saja dia bersedia.""Sudah cukup!"Begitu mendengar ucapan Luther ini, para wanita cantik di sana tidak bisa menahan diri lagi."Penampilanmu boleh saja bagus, tapi aku nggak nyangka kamu begitu menjijikkan. Berani sekali kamu mengincar wanita orang lain!""Iya! Biarpun kamu cukup kuat, kamu nggak boleh menghina orang seperti
Para wanita cantik langsung pucat ketakutan dan meninggalkan meja satu per satu. Bak baru saja melihat hantu, Ronald juga segera menjauh. Dia takut Luther akan tiba-tiba membunuhnya juga.Selain Luther, saat ini hanya ada Joshua yang masih duduk dengan tenang. "Luther, apa kamu punya dendam pada Hubert?" tanya Joshua dengan dingin."Nggak ada," jawab Luther sambil menggeleng.Joshua bertanya, "Kamu membencinya?""Nggak juga," jawab Luther."Kalau kamu nggak punya dendam dan juga nggak membencinya, kenapa kamu membunuhnya?" tanya Joshua lagi."Karena dia pantas mati," ujar Luther."Apa alasannya?" tanya Joshua. Dia sangat membenci orang-orang yang membunuh tanpa alasan. Sekuat apa pun orang-orang itu, mereka tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi temannya.Luther tidak langsung menjawab, tetapi malah balik bertanya, "Tuan Joshua, apa arak ini harum?""Memangnya kenapa?" ujar Joshua sambil mengernyit."Arak ini terlalu harum dan menggoda, bahkan sampai sedikit nggak normal," ujar Luthe
Setelah Hubert mati, Ronald menggantikan Luther untuk mengomando Faksi Draco. Faksi Draco memiliki ribuan murid dan ratusan anggota elite. Di seluruh ibu kota provinsi, Faksi Draco sangatlah berkuasa. Dengan menaklukkan Faksi Draco, kelak Luther akan lebih leluasa beraksi di ibu kota provinsi."Luther, meskipun sekarang kamu adalah Ketua Faksi Draco, masih ada beberapa masalah yang harus kamu hadapi," kata Joshua setelah mereka keluar dari Restoran Jaya."Masalah apa?" tanya Luther sedikit penasaran."Hubert nggak bekerja sendiri, ada seseorang yang mendukungnya selama ini. Karena kamu membunuh Hubert, orang itu pasti akan tersinggung," kata Joshua."Oh? Siapa orang yang kamu maksud?" tanya Luther."Terry, putra tertua dari Keluarga Oscario," jawab Joshua."Terry? Aku belum pernah dengar namanya," ujar Luther sambil menggeleng.Joshua berkata dengan ekspresi serius, "Ya, kamu bukan penduduk lokal, wajar kalau kamu belum pernah dengar tentang Terry. Tapi, aku harus mengingatkanmu, orang
Begitu memasuki pintu, Luther melihat Charlotte berlari kencang sambil berteriak, "Paman! Aku sudah punya! Aku sudah punya!""Punya apa? Punya anak?" tanya Luther dengan kaget. "Kamu hamil?" Hamil sebelum dewasa, bukankah Charlotte sudah terlalu gila?"Huh! Paman saja yang hamil! Aku masih perawan, tahu!" kata Charlotte dengan kesal sambil memutar bola matanya."Kalau gitu, apa maksudmu? Kenapa semangat sekali tadi?" tanya Luther. Teriakan Charlotte benar-benar mengagetkannya."Paman mengajariku teknik kultivasi semalam, bukan? Biar kuumumkan dengan resmi, sekarang aku sudah mengembangkan energi internalku!" ujar Charlotte dengan raut semangat."Apa? Secepat itu?" sahut Luther seraya mengangkat alisnya.Biasanya, mengembangkan energi internal dalam waktu kurang dari satu setengah tahun saja mustahil dilakukan pesilat normal. Bahkan, orang-orang yang memiliki bakat luar biasa juga memerlukan waktu satu hingga dua bulan untuk melakukannya. Namun, Charlotte hanya membutuhkan waktu satu
"Hah? Tiga menit?" seru Charlotte dengan kaget.Bukankah Luther mengatakan bahwa pesilat biasa butuh waktu satu setengah tahun untuk mengembangkan energi internal? Bahkan, genius langka seperti Charlotte pun butuh satu hari untuk melakukannya.Bisa melakukannya dalam satu hari saja sudah disebut genius. Disebut apa seseorang yang bisa mengembangkan energi internal dalam tiga menit? Monster? Iblis? Detik ini, Charlotte merasa sangat terpukul. Kesombongannya tadi sudah hilang tanpa bekas."Paman, ka ... kamu pasti bercanda, 'kan?" ujar Charlotte yang masih agak sulit menerima ini."Untuk apa aku bohong? Nggak ada untungnya buatku." Luther mengangkat bahu dan berkata dengan datar, "Lagian, itu cuma bakat, bakat nggak mewakili kekuatan. Ada banyak orang genius di dunia ini dan jalan dalam dunia seni bela diri sangat panjang. Untuk menjadi orang yang benar-benar kuat, bakat dan kerja keras adalah dua poin yang sama-sama penting.""Aku mengerti! Aku bakal bekerja keras untuk menyusulmu secep
"Emas memang sangat menggoda, tapi aku nggak suka. Jadi, aku nggak bisa menerima syarat yang baru saja Paman ajukan," tolak Luther sambil menggelengkan kepala. "Nggak suka emas? Kalau begitu, sebutkan saja apa yang kamu mau," ucap Kevin seraya mengangkat dagunya."Paman Kevin, maafkan kejujuranku, urusan pernikahan seharusnya ditentukan oleh Bianca sendiri. Sebagai orang tua, kamu seharusnya nggak campur tangan secara paksa," ujar Luther. Kevin mengangkat alis kirinya seraya bertanya, "Oh? Apa kamu sedang mengajariku?"Luther menjawab dengan tenang, "Aku hanya mengatakan apa adanya. Sebagai orang tua, bukannya Paman seharusnya menginginkan kebahagiaan dalam pernikahan anakmu?""Hmph! Apa yang kamu tahu?" tanya Kevin dengan kesal. Saat ini, Susan yang berdiri di samping akhirnya tak bisa menahan diri untuk berkata, "Apa kamu tahu siapa tunangannya Bianca? Dia adalah seorang genius militer yang akan menjadi pahlawan Negara Drago di masa depan, Harry Sunaryo! Hanya dengan menikahi Harry,
Luther tampak mengernyit. Sambil melihat mobil yang menjauh, dia berkata, "Harry? Pertunangan?" Jelas, ini adalah pernikahan politik yang disatukan oleh kepentingan antara dua keluarga besar. Sementara itu, Bianca hanyalah korban dalam pernikahan tersebut.Meskipun terlahir di keluarga bangsawan, serta menikmati kemewahan dan kekayaan, Bianca malah kehilangan kebebasan. Bahkan, pada momen tertentu, Bianca harus melakukan pengorbanan demi kepentingan keluarganya.Tentunya, Luther tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Memikirkan hal tersebut, Luther pun mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang."Halo, Ronald, bantu aku untuk menyelidiki seseorang," ucap Luther. Ronald yang berada di ujung telepon bertanya, "Nggak masalah. Siapa yang ingin Tuan Luther selidiki?" Luther segera berkata, "Harry Sunaryo." Ronald yang terkejut berkata dengan nada yang meninggi, "Harry Sunaryo? Tuan, kenapa kamu ingin menyelidikinya?""Tentu saja untuk melawannya. Nggak mungkin aku menyelidikinya un
"Jangan asal bicara!" seru Klark seraya memandangnya dengan tajam. Tiba-tiba, Joshua yang berada di tengah kerumunan melangkah maju sambil memegang sebutir Pil Emas Hitam di tangannya, lalu dia berkata, "Paman Klark, aku punya obat untuk mengobati luka. Bagaimana kalau kita memberikannya kepada Kakek?"Joshua tidak akan mengambil risiko seperti ini jika kondisi kakeknya tidak terlalu mendesak. Jaden mengernyit seraya berkata, "Obat untuk mengobati luka? Warnanya sangat gelap dan terlihat mencurigakan. Dari mana kamu mendapatkannya?""Temanku yang memberikannya padaku," jawab Joshua dengan jujur. "Hmph! Apa yang bisa teman-temanmu itu lakukan?" sindir Jaden. Kemudian, dia melanjutkan seraya mengerucutkan bibirnya, "Cepat bawa obatmu pergi. Jangan mempermalukan dirimu di sini!""Kondisi Kakek sangat serius sekarang, jadi aku ingin mencobanya. Bagaimana kalau itu benar-benar membantu?" tanya Joshua. "Pokoknya itu nggak berguna. Cepat bawa pergi!" tolak Jaden seraya menjatuhkan obat di tan
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka