Keesokan paginya, Luther yang baru saja bangun tidur mendapat sebuah panggilan dari Ronald."Halo, apakah Anda sudah bangun, Tuan Luther?""Baru saja, ada apa? Apa sudah ada hasilnya?" tanya Luther."Tuan Luther, ketua kami ingin menemui Anda. Kalau ada masalah, kita bisa membicarakannya dengan baik," kata Ronald sambil tersenyum tipis."Boleh, di mana lokasinya?" jawab Luther dengan lugas."Sekolah Bela Diri Draco.""Baik, aku akan ke sana sebentar lagi," balas Luther. Setelah mengakhiri panggilan, Luther membersihkan diri, lalu memanggil taksi untuk berangkat menuju lokasi yang dijanjikan. Dia sudah menduga bahwa Faksi Draco tidak akan takluk semudah itu. Berhubung Luther sedang senggang, dia memutuskan untuk meladeni orang-orang ini.Setengah jam kemudian, mobilnya berhenti di depan pintu Sekolah Bela Diri Draco. Begitu turun dari mobil, Ronald beserta beberapa bawahannya datang untuk menyambut Luther. "Anda sudah datang ya, Tuan Luther? Silakan masuk.""Ya," sahut Luther seraya men
"Bocah! Besar sekali nyalimu menantang kami berempat!"Di atas arena, keempat pria botak itu menatap Luther dengan waswas dan mencibir. Mereka sudah banyak melihat ahli bela diri di provinsi, tapi pada akhirnya semua kalah di tangan mereka. Tidak terkecuali juga hari ini."Jangan banyak bicara, ayo cepat maju." Luther meletakkan tangan kirinya di belakang punggung, lalu mengulurkan tangan kanannya perlahan-lahan."Kalau kamu memang ingin mati secepat itu, aku akan mengabulkan permintaanmu!" Salah seorang pria botak itu melangkah maju dan memelesat ke arah Luther sambil melayangkan tinjuan. Saking hebatnya tinjunya ini, tempat yang dilaluinya bahkan terdengar deru angin yang dahsyat."Mengerikan sekali angin tinjunya ini! Kalau sampai terkena orang, mungkin orang itu akan langsung mati!""Kutarik kembali ucapanku tadi. Jangankan 3 jurus, sepertinya dia bahkan nggak akan bertahan 1 jurus pun!"Beberapa wanita cantik di sampingnya tampak kaget melihat tinju yang dilancarkan oleh pria bota
Seketika, keempat orang itu merasa ketakutan tanpa sebab."Kalau kemampuan kalian hanya seperti ini, lupakan saja." Luther meregangkan ototnya dengan malas. Ekspresinya terlihat seakan-akan telah kehilangan minat."Cari mati kamu!" Keempat orang itu langsung murka. Mereka saling memandang satu sama lain, lalu kembali menyerang Luther. Kali ini, mereka tidak segan-segan mengincar titik kelemahan Luther. Setiap serangan yang dilancarkan itu sangatlah sadis dan bisa berakibat fatal."Huh!" Luther mendengus, lalu mengentakkan kakinya hingga membentuk sebuah lubang di arena pertempuran. Seketika, seisi gedung itu terguncang hebat! Pada saat bersamaan, sebuah energi sejati yang dahsyat menguar bagaikan ombak dan menyapu keempat orang tersebut.Bum!Seolah-olah ditabrak oleh truk, keempat orang itu terpelanting jauh dan menyemburkan darah dari mulut mereka. Pada akhirnya, mereka terbanting dengan keras di lantai dan tak sadarkan diri."Hah ...." Melihat keempat orang yang terlempar jauh itu,
Ekspresi Hubert langsung berseri-seri. Dia segera berlutut dan berkata, "Hormat untuk ketua baru Faksi Draco!""Hormat untuk ketua baru Faksi Draco!" Tanpa ragu-ragu, semua orang berlutut dan memberi salam kepada Luther. Dalam dunia persilatan, orang yang terkuatlah yang berkuasa. Kemampuan Luther yang hebat ini membuatnya berhak menyandang gelar sebagai ketua baru faksi mereka."Selamat, Sobat. Siapa namamu?" Joshua berdiri dan memberi hormat dengan menangkupkan tangannya. Dia tentu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengan pemuda sehebat ini."Luther," balas Luther sambil memberi hormat kembali."Namaku Joshua Hutomo. Bertemu denganmu hari ini benar-benar membuka wawasanku. Apakah kamu berminat untuk bertamu di Keluarga Hutomo?" ujar Joshua mengusulkan."Kalau ada waktu, aku akan datang bertamu nantinya," jawab Luther berbasa-basi. Dia memiliki kesan baik terhadap pria di hadapannya ini."Ketua, mumpung kita sudah bertemu hari ini, suasana di Restoran Jaya di sebelah
"Tuan Luther, kata-katamu agak keterlaluan," ujar Hubert. Senyuman di wajahnya perlahan memudar dan ekspresinya menjadi dingin. Sebagus apa pun Hubert mengontrol dirinya, dia tetap tidak bisa menerima provokasi seperti ini."Kita teman, bukan? Kalau kamu sudah nggak sanggup, bukannya bagus kalau aku membantumu? Membantu sesama itu sumber kebahagiaan," ujar Luther sambil tetap tersenyum.Hubert memaksakan diri untuk tersenyum dan mencoba mengubah topik pembicaraan dengan berujar, "Tuan Luther, aku nggak butuh bantuanmu dalam hal semacam ini. Aku masih kuat. Ayo, kita minum lagi."Namun, Luther masih tetap berkata, "Gimana kalau kamu tanya pendapatnya dulu? Mungkin saja dia bersedia.""Sudah cukup!"Begitu mendengar ucapan Luther ini, para wanita cantik di sana tidak bisa menahan diri lagi."Penampilanmu boleh saja bagus, tapi aku nggak nyangka kamu begitu menjijikkan. Berani sekali kamu mengincar wanita orang lain!""Iya! Biarpun kamu cukup kuat, kamu nggak boleh menghina orang seperti
Para wanita cantik langsung pucat ketakutan dan meninggalkan meja satu per satu. Bak baru saja melihat hantu, Ronald juga segera menjauh. Dia takut Luther akan tiba-tiba membunuhnya juga.Selain Luther, saat ini hanya ada Joshua yang masih duduk dengan tenang. "Luther, apa kamu punya dendam pada Hubert?" tanya Joshua dengan dingin."Nggak ada," jawab Luther sambil menggeleng.Joshua bertanya, "Kamu membencinya?""Nggak juga," jawab Luther."Kalau kamu nggak punya dendam dan juga nggak membencinya, kenapa kamu membunuhnya?" tanya Joshua lagi."Karena dia pantas mati," ujar Luther."Apa alasannya?" tanya Joshua. Dia sangat membenci orang-orang yang membunuh tanpa alasan. Sekuat apa pun orang-orang itu, mereka tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi temannya.Luther tidak langsung menjawab, tetapi malah balik bertanya, "Tuan Joshua, apa arak ini harum?""Memangnya kenapa?" ujar Joshua sambil mengernyit."Arak ini terlalu harum dan menggoda, bahkan sampai sedikit nggak normal," ujar Luthe
Setelah Hubert mati, Ronald menggantikan Luther untuk mengomando Faksi Draco. Faksi Draco memiliki ribuan murid dan ratusan anggota elite. Di seluruh ibu kota provinsi, Faksi Draco sangatlah berkuasa. Dengan menaklukkan Faksi Draco, kelak Luther akan lebih leluasa beraksi di ibu kota provinsi."Luther, meskipun sekarang kamu adalah Ketua Faksi Draco, masih ada beberapa masalah yang harus kamu hadapi," kata Joshua setelah mereka keluar dari Restoran Jaya."Masalah apa?" tanya Luther sedikit penasaran."Hubert nggak bekerja sendiri, ada seseorang yang mendukungnya selama ini. Karena kamu membunuh Hubert, orang itu pasti akan tersinggung," kata Joshua."Oh? Siapa orang yang kamu maksud?" tanya Luther."Terry, putra tertua dari Keluarga Oscario," jawab Joshua."Terry? Aku belum pernah dengar namanya," ujar Luther sambil menggeleng.Joshua berkata dengan ekspresi serius, "Ya, kamu bukan penduduk lokal, wajar kalau kamu belum pernah dengar tentang Terry. Tapi, aku harus mengingatkanmu, orang
Begitu memasuki pintu, Luther melihat Charlotte berlari kencang sambil berteriak, "Paman! Aku sudah punya! Aku sudah punya!""Punya apa? Punya anak?" tanya Luther dengan kaget. "Kamu hamil?" Hamil sebelum dewasa, bukankah Charlotte sudah terlalu gila?"Huh! Paman saja yang hamil! Aku masih perawan, tahu!" kata Charlotte dengan kesal sambil memutar bola matanya."Kalau gitu, apa maksudmu? Kenapa semangat sekali tadi?" tanya Luther. Teriakan Charlotte benar-benar mengagetkannya."Paman mengajariku teknik kultivasi semalam, bukan? Biar kuumumkan dengan resmi, sekarang aku sudah mengembangkan energi internalku!" ujar Charlotte dengan raut semangat."Apa? Secepat itu?" sahut Luther seraya mengangkat alisnya.Biasanya, mengembangkan energi internal dalam waktu kurang dari satu setengah tahun saja mustahil dilakukan pesilat normal. Bahkan, orang-orang yang memiliki bakat luar biasa juga memerlukan waktu satu hingga dua bulan untuk melakukannya. Namun, Charlotte hanya membutuhkan waktu satu
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru