Setelah ronde tiga berakhir, kini ronde keempat akan berlangsung. Banyak orang berkumpul di sekitar Charlotte. Beberapa pesilat yang sebelumnya melihat dari kejauhan, kini bergabung dengan keramaian.Di satu sisi untuk bersenang-senang, di sisi lain untuk mendapat keuntungan. Banyak yang berhasil mendapat Batu Spiritual, jadi jumlah pesilat yang berpartisipasi pun menjadi makin banyak.Kotak pertama Batu Spiritual telah habis, jadi mereka memindahkan kotak kedua dan kotak ketiga. Ketika melihat Batu Spiritual yang memenuhi kedua kotak itu, para pesilat pun dipenuhi antusiasme.Ambisi manusia tak terbatas. Meskipun beberapa orang sudah menang banyak, mereka tetap ingin lebih banyak. Lagi pula, siapa yang tidak tergoda dengan Batu Spiritual yang bisa meningkatkan kekuatan?"Gimana, Kak? Sudah lihat jelas? Siapa yang bakal kamu pilih kali ini?" Setelah para kandidat naik ke arena, tatapan semua orang tertuju pada pria berpakaian abu itu.Setelah dua kompetisi sebelumnya, mereka menjadi sa
Bagaimana bisa seorang pria yang kakinya pincang dan tubuhnya sekurus lidi, naik ke arena dan bertarung dengannya? Benar-benar tidak tahu diri!"Kamu memang tinggi dan tegap, tapi belum tentu bakal menang dariku," balas kandidat nomor 95 dengan ekspresi datar."Belum tentu menang?" Kandidat nomor 24 tergelak, lalu meledek, "Bocah, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan? Lihat dulu ukuran tubuhmu yang kecil macam semut. Aku bisa menginjakmu dengan mudah.""Oh ya? Dicoba saja kalau begitu." Kandidat nomor 95 tetap terlihat tenang. Dia menengadah dan menatap kandidat nomor 24 tanpa rasa takut sedikit pun. Tubuhnya memang kecil, tetapi auranya tidak."Oke. Kalau nggak memberimu pelajaran, kamu nggak bakal tahu kehebatanku." Kandidat nomor 24 terkekeh-kekeh, lalu menghunuskan pedangnya secara perlahan.Ketika melihat ini, kandidat nomor 95 bergeming. Dia tetap berdiri di tempatnya dengan memegang tongkatnya."Kenapa diam saja? Keluarkan senjatamu!" seru kandidat nomor 24. Pedangnya terliha
"Ternyata ... kamu pakai racun?" Kandidat nomor 24 menggertakkan gigi dengan murka. Dia tidak bisa menerima kekalahannya ini. Dia mencoba untuk bangkit, tetapi tidak bisa mengerahkan sedikit pun tenaganya. Bahkan, menggerakkan jarinya saja susah."Pertarungan di arena berlangsung secara adil dan terbuka. Kompetisi nggak melarang para kandidat menggunakan senjata rahasia ataupun racun. Selain itu, aku cuma membuat seluruh tubuhmu mati rasa. Kalau aku ingin membunuhmu, kamu pasti sudah mati sekarang," timpal kandidat nomor 95 dengan tenang."Kamu!" Kandidat nomor 24 tidak bisa merespons. Harus diakui bahwa dirinya kalah. Memang tidak ada larangan seperti itu di kompetisi, apalagi mereka bertarung secara langsung. Tidak ada serangan diam-diam. Kemampuannya masih kurang. Dia gagal menangkis serangan lawan."Kandidat nomor 95 menang!" Karena kandidat nomor 24 tidak bisa melawan lagi, juri pun segera mengumumkan pemenangnya. Seketika, terdengar tepuk tangan yang meriah."Hahaha! Menang! Kita
"Semuanya, cepat pilih kandidat nomor 13, Diego!""Semuanya, ini waktunya menjadi kaya raya! Kalau melewatkannya, kalian bakal nyesal!""Apa ada yang bisa meminjamkanku harta karunnya? Setelah mendapat Batu Spiritual, akan kubayar bersama bunga!"Para pejudi sibuk berteriak. Mereka mempertaruhkan semua barang berharga yang dimiliki. Suasana menjadi sangat heboh. Menurut para pejudi ini, mereka tidak akan rugi sepeser pun. Itu sebabnya, makin besar taruhan mereka akan makin baik."Hei! Minggir! Kami duluan datang! Kami duluan bertaruh!" Situasi mulai kacau karena para pejudi makin ramai.Elio dan Yuki hanya lebih lambat selangkah, tetapi depan meja judi sudah dipenuhi lautan manusia. Mereka terpaksa berdesakan di tengah-tengah kerumunan.Siapa juga yang ingin melewatkan kesempatan emas seperti ini? Namun, hanya tersisa 5 menit dari pertarungan ronde lima. Jika taruhan ditutup, mereka akan rugi besar. Makanya, para pejudi sibuk berdesakan tanpa sempat memedulikan citra masing-masing lagi
Ketika melihat tombak yang hendak menikamnya, Astor hanya menyunggingkan senyuman. Saat berikutnya, dia maju untuk menyambut serangan lawan.Klang! Pedang dan tombak berbenturan, menghasilkan lingkaran riak energi. Riak menyapu seperti gelombang, membuat angin kencang bertiup.Keduanya berdiri tegak di tempat masing-masing tanpa berniat mengalah sedikit pun. Diego masih memegang tombak dengan kedua tangan. Energi sejati terus memancar keluar. Dia ingin memukul mundur Astor dengan kekuatan dahsyatnya.Anehnya, tidak peduli bagaimana Diego mengerahkan kekuatan dan energi sejati, Astor sama sekali tidak mundur. Pedang dan tombak terus menekan satu sama lain. Tekanan dan benturan sampai mengeluarkan suara ledakan yang bertubi-tubi. Pada saat yang sama, tombak dan pedang berangsur menjadi bengkok."Hm?" Diego mengernyit. Tebersit keterkejutan pada tatapannya. Dia adalah salah satu dari sepuluh genius di Organisasi Mondial. Kemampuannya diakui semua orang. Di Grup C, dia seharusnya tak terka
Semua orang termangu melihat Diego yang tiba-tiba terjatuh. Satu per satu membelalakkan mata dengan tidak percaya.Tidak ada yang menyangka, seseorang yang merupakan salah satu dari sepuluh genius di Organisasi Mondial, malah dikalahkan oleh seseorang tak dikenal.Dengan kekuatan Diego, dia seharusnya bisa mengalahkan semua kandidat yang berada di Grup C. Lantas, kenapa dia malah kalah telak sekarang? Sebenarnya Diego yang lemah atau Astor yang terlalu hebat?"Gawat! Kali ini benar-benar gawat!""Sialan! Sebenarnya apa yang dilakukan Diego ini? Masa kalah dari pesilat tak dikenal? Benar-benar sampah!""Genius Organisasi Mondial apanya? Aku rasa dia cuma seorang pecundang!""Diego! Berengsek kamu! Aku berakhir tragis gara-gara kamu!""Kalah! Aku kalah! Batu Spiritualku!"Setelah hening sesaat, seluruh arena dipenuhi ratapan dan makian. Kekalahan Diego membuat para pejudi menderita kerugian besar. Semua Batu Spiritual mereka sirna begitu saja. Bahkan, ada yang mengambil pinjaman dengan h
Ketika melihat tatapan Elio yang dipenuhi penantian, Elsa tak kuasa mengernyit. "Elio, berhenti berjudi. Kalau nggak, kamu akan terjerumus makin dalam."Pejudi tidak akan pernah merasa puas. Menang tetap berjudi, kalah tetap berjudi. Tidak akan ada habisnya hingga akhirnya mereka tersesat dan kehilangan segalanya.Kini, Elio sudah menunjukkan tanda-tanda kecanduan. Jika tidak segera dihentikan, akibatnya akan fatal."Kak, sekali lagi saja. Aku janji ini yang terakhir. Kalau menang, aku akan berhenti," janji Elio."Kak, aku juga sama. Aku memberi mereka pedangku. Aku harus ambil pedangku balik," sahut Yuki.Keduanya menatap Elsa lekat-lekat. Elsa bertanya, "Kalian nggak mikir gimana kalau kalah lagi?""Nggak bakal. Kali ini aku akan sangat hati-hati. Aku akan mengamati dulu sebelum bertaruh," jamin Elio."Ya, ya! Tadi kami ditipu. Kalau tahu ditipu, aku nggak bakal ikut pilihannya. Percaya pada kami, kami pasti menang kali ini," pinta Yuki."Kalian masih nggak ngerti ya? Banyak tipu mus
Malam hari, di Gunung Narima, di Restoran Camar. Charlotte yang kaya raya menyewa lantai dua restoran untuk mengadakan pesta. Tentunya, yang diundang hanya Luther dan teman-temannya.Bagaimanapun, kekayaan yang diperolehnya dengan merebut barang-barang milik orang lain bukan sesuatu yang terhormat. Charlotte tidak boleh terlalu mencolok."Paman, hari ini aku senang. Ayo, kita minum sampai puas!" Charlotte menuangkan anggur dan bersulang dengan Luther. Dia meneguknya sampai habis.Luther terkekeh-kekeh dan mengangkat gelasnya. Kemudian, Charlotte berkata dengan ramah kepada Elsa dan lainnya, "Ayo, jangan sungkan-sungkan. Minum saja sepuasnya.""Dilihat dari wajahmu yang begitu berseri-seri, kamu pasti untung banyak hari ini, 'kan?" tanya Ozias dengan tersenyum."Nggak banyak kok, cuma sedikit," sahut Charlotte sambil tersenyum rendah hati."Nona Charlotte sangat beruntung. Setiap kali taruhan makin banyak, kamu berhasil memenangkan semuanya," ujar Elsa dengan nada misterius."Ini nggak