Malam hari, di Gunung Narima, di Restoran Camar. Charlotte yang kaya raya menyewa lantai dua restoran untuk mengadakan pesta. Tentunya, yang diundang hanya Luther dan teman-temannya.Bagaimanapun, kekayaan yang diperolehnya dengan merebut barang-barang milik orang lain bukan sesuatu yang terhormat. Charlotte tidak boleh terlalu mencolok."Paman, hari ini aku senang. Ayo, kita minum sampai puas!" Charlotte menuangkan anggur dan bersulang dengan Luther. Dia meneguknya sampai habis.Luther terkekeh-kekeh dan mengangkat gelasnya. Kemudian, Charlotte berkata dengan ramah kepada Elsa dan lainnya, "Ayo, jangan sungkan-sungkan. Minum saja sepuasnya.""Dilihat dari wajahmu yang begitu berseri-seri, kamu pasti untung banyak hari ini, 'kan?" tanya Ozias dengan tersenyum."Nggak banyak kok, cuma sedikit," sahut Charlotte sambil tersenyum rendah hati."Nona Charlotte sangat beruntung. Setiap kali taruhan makin banyak, kamu berhasil memenangkan semuanya," ujar Elsa dengan nada misterius."Ini nggak
"Aku tahu kamu ada di dalam! Keluar dan terima ajalmu!" Lagi-lagi terdengar bentakan. Saking kuatnya suara itu, air di gelas sampai beriak.Elio dan lainnya menatap Charlotte secara serempak. Di sini, hanya Charlotte yang pantas disebut sebagai siluman. Masalahnya adalah siapa yang nyalinya begitu besar? Berani sekali dia menantang Wanita Suci Sekte Sihir di tempat umum."Semuanya, kalian makan saja. Aku akan membereskannya sendiri." Charlotte tersenyum, lalu mengambil tisu untuk menyeka mulutnya. Kemudian, dia bangkit dengan anggun dan menuruni tangga.Elio dan lainnya bertatapan. Semuanya menuju ke depan jendela untuk melihat situasi di luar. Di luar restoran, terlihat seorang pria bertubuh kekar membawa 20 sampai 30 orang datang. Mereka terus meneriaki Charlotte.Semuanya memegang golok. Ekspresi mereka ganas, seolah-olah ingin memulai pertarungan besar."Eh! Dia itu ...." Yuki mengangkat alisnya. Dia mengenali pria kekar itu. Mereka pernah bertemu di kompetisi. Hanya saja, dia tida
"Kak Hilal, tenang saja. Kami akan menjalankan tugas kami dengan baik. Karena kamu sudah membayar kami, kami akan membantumu menyelesaikan masalah.""Benar. Kamu cuma perlu duduk santai dan lihat gimana kami memberantas siluman untukmu."Clay bersaudara berbicara dengan angkuh, seolah-olah kemenangan berada di tangan mereka."Hei! Kamu dengar itu? Kalau tahu diri, langsung menyerah saja. Kalau nggak, kamu yang bakal mati hari ini!" pekik Hilal sambil memelotot."Ngapain basa-basi? Maju kalau mau bertarung. Cepat sedikit, aku masih mau makan di atas," ucap Charlotte yang mulai tidak sabar."Lancang sekali! Kamu akan merasakan akibatnya nanti!" Clay bersaudara sungguh murka melihat sikap angkuh Charlotte. Mereka langsung mengangkat senjata dan menyerbu ke depan.Senjata kedua pria ini sangat unik. Yang satu adalah kuas hakim, yang satu lagi adalah swipoa besi. Begitu menyapukan tangan ke swipoa itu, sejumlah besar manik swipoa memelesat seperti senjata rahasia.Ketika manik swipoa menyer
"Dasar penyihir! Jangan sombong ya! Beraninya kamu meremehkan Empat Harimau! Tahun depan akan menjadi peringatan kematianmu!""Huh! Empat Harimau mendominasi dunia persilatan selama bertahun-tahun! Kami sudah melawan banyak ahli bela diri! Beraninya wanita sepertimu bicara lancang di hadapan kami! Dasar nggak tahu diri!""Kalau tahu diri, sebaiknya kamu berlutut dan menyerah. Kalau nggak ... kamu pasti akan mati!"Hinaan Charlotte membuat Empat Harimau murka. Mereka langsung berteriak untuk menakutinya. Reputasi Wanita Suci Sekte Sihir memang menakutkan, tetapi mereka bukan orang lemah. Mereka telah melewati banyak rintangan dan tidak takut pada kematian.Lagi pula, Charlotte terlihat sangat muda, paling-paling baru berusia 18 atau 19 tahun. Sekalipun berlatih sejak berada di kandungan ibunya, basis kultivasinya tidak mungkin di atas mereka.Selain itu, Charlotte bertarung sendirian. Tidak akan ada yang melindunginya. Sementara itu, mereka bisa saling mendukung. Sehebat apa pun Charlot
"Dasar nggak tahu diri." Charlotte menatap sinis Hilal dan lainnya yang menerjang ke arahnya. Kemudian, dia tiba-tiba mengeluarkan bola besi seukuran kepalan tangan dan melemparkannya dengan kuat.Ini adalah Bunga Pembunuh, salah satu dari delapan senjata rahasia terhebat Sekte Talasi. Di dalam bola besi itu, tersembunyi 888 jarum beracun. Setiap jarumnya dapat menghancurkan energi sejati yang melindungi tubuh.Jika terkena jarum ini, semua pesilat di bawah tingkat master akan kehilangan kemampuan untuk menggerakkan tubuh mereka. Charlotte mendapatkannya dari ahli bela diri Sekte Talasi yang kalah judi. Kebetulan, senjata ini bermanfaat untuknya sekarang.Buzz! Setelah Bunga Pembunuh dilemparkan, terdengar dengungan ringan dan mekanisme di dalam beroperasi dengan cepat. Delapan ratus delapan puluh delapan jarum siap untuk diluncurkan."Huh! Kamu ingin menggunakan senjata rahasia melukai kami? Jangan mimpi!" Tanpa memikirkan kemungkinan apa pun, Hilal langsung menebaskan goloknya ke bol
Saat ini, di luar restoran, hanya tersisa Charlotte yang masih berdiri di tempatnya. Kekuatan Bunga Pembunuh melampaui bayangan Charlotte. Jika ada kesempatan, dia akan bertukaran senjata rahasia dengan Sekte Talasi."Dasar siluman! Kamu benar-benar tercela!" Hilal yang tergeletak di lantai melontarkan kalimat dengan susah payah. Vitalitas Hilal sangat luar biasa. Meskipun tertancap ratusan jarum beracun, dia belum mati."Ternyata kamu belum mati?" Charlotte mengangkat alis dan tampak terkejut. Tadi jarak Hilal dengan Bunga Pembunuh tidak sampai satu meter. Begitu Bunga Pembunuh diaktifkan, bisa dibilang Hilal menderita serangan paling fatal.Orang lain mungkin sudah mati, tetapi Hilal masih bertahan sampai sekarang. Meskipun sekarat dan tidak bisa bergerak, setidaknya dia masih punya semangat hidup yang kuat."Penyihir sialan! Kalau kamu nggak menggunakan senjata rahasia, mana mungkin aku terluka begini." Ekspresi Hilal dipenuhi amarah."Sudah mau mati, tapi masih keras kepala. Entah
"Aku ...." Kata-kata Charlotte langsung membuat Yuki tidak mengatakan apa-apa dan wajahnya memerah. Dia tiba-tiba menyadari pikirannya terlalu sederhana karena urusan balas dendam di dunia persilatan terkadang tidak masuk akal. Jika bukan kamu yang membunuh lawan, lawan yang akan membunuhmu.Hilal sudah berniat untuk membunuh Charlotte, maka dia berhak untuk membunuh Hilal sebagai upaya membela diri. Tindakannya ini tidak salah. Selain itu, seperti yang dikatakannya, orang-orang yang dibayar untuk melaksanakan tugas itu juga bukan orang yang benar. Yuki berpikir tidak ada gunanya membela orang seperti ini.Charlotte tersenyum dan berkata dengan ambigu, "Yuki, sepertinya kamu baru saja masuk ke dunia persilatan ini. Berniat baik memang hal yang bagus, tapi kamu harus lihat orangnya juga. Berbuat baik secara sembarangan hanya akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Sudahlah, yang berlalu biarkan berlalu. Nggak perlu merusak hubungan baik kita demi orang asing. Ayo kita minum lagi.
"Eh?"Kejadian yang mendadak ini membuat Luther bingung. Setelah melihat ke sekeliling dan menyadari pria kekar yang berjanggut lebat itu terus menatapnya, dia menunjuk pada dirinya sendiri dan bertanya, "Yang kamu maksud itu aku?"Pria kekar berjanggut itu memelotot dan berteriak, "Omong kosong! Siapa lagi kalau bukan kamu? Kamu nggak tahu aturan ya? Masuk tanpa memberi salam dan langsung duduk seenaknya, kamu menganggap remeh kami ya?""Aturan?"Luther mengernyitkan alis dan berkata dengan dingin, "Apa aku mengenalmu? Lagi pula, kalau aku meremehkanmu, apa yang bisa kamu lakukan?""Hei! Anak sialan, mau dari masalah ya?" kata pria kekar berjanggut itu langsung marah dan hendak bertindak.Namun, seorang pria berpakaian putih langsung menghentikan pria kekar berjanggut dengan ekspresi sinis. "Tenang dulu. Kalau dia tidak tahu aturan, kita ajarkan saja dia aturannya. Kenapa harus sampai turun tangan? Kalau nanti dilihat tuan rumah, pasti akan memalukan."Pria berpakaian putih ini meneka