"Eh?"Kejadian yang mendadak ini membuat Luther bingung. Setelah melihat ke sekeliling dan menyadari pria kekar yang berjanggut lebat itu terus menatapnya, dia menunjuk pada dirinya sendiri dan bertanya, "Yang kamu maksud itu aku?"Pria kekar berjanggut itu memelotot dan berteriak, "Omong kosong! Siapa lagi kalau bukan kamu? Kamu nggak tahu aturan ya? Masuk tanpa memberi salam dan langsung duduk seenaknya, kamu menganggap remeh kami ya?""Aturan?"Luther mengernyitkan alis dan berkata dengan dingin, "Apa aku mengenalmu? Lagi pula, kalau aku meremehkanmu, apa yang bisa kamu lakukan?""Hei! Anak sialan, mau dari masalah ya?" kata pria kekar berjanggut itu langsung marah dan hendak bertindak.Namun, seorang pria berpakaian putih langsung menghentikan pria kekar berjanggut dengan ekspresi sinis. "Tenang dulu. Kalau dia tidak tahu aturan, kita ajarkan saja dia aturannya. Kenapa harus sampai turun tangan? Kalau nanti dilihat tuan rumah, pasti akan memalukan."Pria berpakaian putih ini meneka
"Pak Lamine, dia hanya perlu menyuguhkan secangkir teh dan minta maaf saja? Apa ini nggak terlalu mudah untuk bocah ini?""Benar, Pak Lamine. Lihatlah, Kak Hansa sudah muntah darah. Kalau membiarkannya begitu saja, bagaimana kita bisa tetap dihormati lagi kelak?""Pak Lamine, anak ini boleh bebas dari hukuman mati, tapi harus dihukum dengan berat. Menurutku, kita harus mematahkan kedua kakinya dulu."Semua orang berbicara dengan marah dan menatap Luther dengan penuh kebencian."Kenapa? Apa kata-kataku nggak berguna lagi?" kata pria tua itu sambil melirik semuanya dengan ekspresi tenang dan dingin. Namun, hanya dengan tatapan sederhana itu, semua orang langsung diam dan tidak berani berbicara lagi karena ketakutan.Perlu diketahui, pria tua itu adalah salah satu dari Duo Pembunuh Jagat, Lamine yang sudah mencapai tingkat grandmaster. Dia terkenal di dunia persilatan dengan sosok yang kejam dan tidak segan-segan membasmi seluruh keluarga lawannya. Siapa pun yang mendengar nama Duo Pembun
"Anak muda, harus kuakui, kamu memang hebat. Sepertinya aku sudah meremehkanmu. Tapi, dengan kemampuanmu ini, kamu masih nggak layak untuk sombong di depanku," kata Lamine sambil perlahan-lahan berdiri dan menatap langsung pada Luther. Saat mengatakan itu, sebuah tekanan tak terlihat menyebar keluar dari tubuhnya.Buzz!Para ahli di ruang tamu itu merasa tubuh mereka menjadi berat, seolah-olah ada batu besar yang menekan bahu mereka. Mereka bahkan kesulitan bernapas."Tekanan dari seorang grandmaster yang begitu mengerikan. Apa ini kekuatan Pak Lamine?"Semua orang merasa terkejut dan ketakutan. Hanya dengan aura saja, Lamine sudah berhasil membuat mereka tidak berani bergerak. Inilah kekuatan seorang ahli tingkat grandmaster yang luar biasa.Namun, berbeda dengan ekspresi para ahli yang serius, ekspresi malah tetap tenang dan sama sekali tidak terpengaruh. Dia hanya berdiri di sana dengan tenang dan saling bertatapan dengan Lamine."Anak muda, aku lihat kamu sangat berbakat, jadi aku
Boom!Begitu Lamine melayangkan serangan telapak tangannya, angin dan awan di sekitar langsung berubah drastis. Terlihat bayangan telapak tangan putih yang memelesat dengan sangat cepat dan langsung menekan Luther. Di sepanjang jalur bayangan itu melintas, udaranya berubah dan angin bertiup dengan kencang.Ekspresi semua orang yang berada di ruang tamu itu berubah drastis dan segera menghindar karena khawatir akan terkena dampaknya. Hanya satu serangan saja dari ahli tingkat grandmaster seperti ini, sudah cukup membuat mereka hancur berkeping-keping.Luther tetap tidak bergerak dan ekspresinya juga tenang saat menghadapi serangan dari Lamine. Namun, saat dia hendak membalas serangan, tiba-tiba terdengar teriakan yang keras."Berhenti!" Seiring dengan teriakan itu, terlihat bayangan telapak tangan lainnya yang terbentuk dari energi astral memelesat dari luar pintu. Bayangan itu melintas di samping Luther dan akhirnya menghantam bayangan telapak tangan milik Lamine.Bang!Terdengar suara
Melihat Lamine yang memukul meja dan bangkit, para ahli lainnya juga bangkit dan mulai mengungkapkan kekesalan mereka."Tuan Tico, ada aturan tersendiri di dunia persilatan. Nggak apa-apa membiarkan kami menunggu, tapi bukankah ini terlalu keterlaluan membuat Pak Lamine duduk begitu lama?""Benar! Siapa pun tamu itu, nggak pantas membuat kita semua menunggu kita sampai siang.""Tuan Tico, orang itu terlalu nggak tahu diri. Menurutku, kita langsung menendangnya keluar saja!"Semua orang mulai berbicara dengan sangat marah, Mereka sudah merasa kesal sejak tadi, tetapi tetap diam karena menghormati Kuil Dewa. Saat Lamine mulai berbicara, mereka baru melampiaskan kemarahan dan kekesalan mereka.Lamine terus melampiaskan kekesalannya. "Tuan Tico, aku bukannya nggak menghormatimu, tapi orang ini benar-benar keterlaluan. Sekarang sudah lewat dari waktu yang disepakati, tapi orang masih nggak datang juga. Jelas dia nggak menghormati Kuil Dewa, sebaiknya kita abaikan orang seperti ini saja.""P
Suasana di seluruh ruang tamu itu tiba-tiba menjadi sangat hening.Semua orang tercengang dan ekspresi mereka terlihat terkejut. Mereka melihat ke arah pria berpakaian putih yang terluka parah dan memuntahkan darah, lalu menatap pria pemabuk yang terhuyung-huyung seolah-olah tidak bisa berdiri tegak dengan terkejut.Dalam hati, semua orang merasa bingung karena mereka jelas-jelas melihat yang menyerang tadi adalah Tinju Baja Petir dan mengenai tepat pada wajah pria pemabuk itu. Mengapa pria mabuk itu sama sekali tidak terluka dan malahan pria berpakaian putih yang terluka parah?"Apa yang terjadi? Kenapa Tinju Baja Petir tiba-tiba terpental?""Itu ... adalah pelindung energi astral. Tinju Baja Petir tadi mengenai pelindung energi astral!""Apa? Pelindung energi astral? Apa pengemis itu sebenarnya seorang ahli tingkat master?"Setelah hening sejenak, suasana di ruangan itu menjadi gempar. Tidak ada yang menyangka pria pemabuk yang kotor dan berbau busuk ini ternyata adalah seorang ahli
"Siapa kamu sebenarnya? Sebutkan namamu!" kata Lamine sambil mengernyitkan alis dan ekspresinya menjadi sangat serius.Menghadapi serangan Lamine, pengemis di depannya ini tetap tidak bergerak dan tenang. Pengemis itu malah membalas dengan pukulan yang bukan hanya menangkis serangannya, bahkan memaksanya mundur beberapa langkah. Kelihatan jelas, kultivasi lawannya lebih tinggi darinya. Dia sulit untuk menerima kenyataan bahwa seorang pengemis tak terkenal ternyata memiliki kekuatan sehebat ini."Anggur yang enak .... Anggur yang luar biasa!" kata pria pemabuk yang tetap tidak memedulikan pertanyaan Lamine dan sibuk menikmati anggurnya.Melihat Lamine yang akan meledak lagi, Tico akhirnya berbicara."Semuanya, jangan emosi dulu."Tico maju beberapa langkah dan berdiri di tengah Lamine dan pria pemabuk itu, lalu tersenyum dan berkata, "Tak kenal maka tak tak sayang. Setelah pertarungan tadi, aku yakin kalian sudah saling memahami. Ayo, biarkan aku memperkenalkan pada kalian."Setelah men
Melihat semua orang yang ketakutan, Tico tetap tenang seolah-olah sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Dia adalah anggota dari Kuil Dewa, tetapi dia mengerti betapa pentingnya Gunung Narima karena dia dibesarkan di Negara Drago. Bukan hanya para ahli biasa ini, bahkan ahli terbaik di dunia pun tidak berani menantang Gunung Narima."Para pendekar sekalian, aku sangat mengerti kekhawatiran kalian," kata Tico sambil mengangkat tangan untuk menenangkan situasinya.Setelah semua orang berhenti berbicara, Tico melanjutkan, "Kuil Dewa nggak akan membiarkan kalian semua mati sia-sia. Meskipun kalian akan menyusup ke tempat terlarang di Gunung Narima, kami juga akan mempersiapkan segalanya untuk mengurangi risikonya.""Tuan Tico, apa rencana Kuil Dewa yang sebenarnya? Sebaiknya kamu katakan dengan jujur agar kami punya gambaran yang lebih jelas," kata Lamine lagi."Benar, Tuan Tico. Kami ingin mendengar detailnya agar kami bisa membuat keputusan," tambah semua orang. Mereka tidak ingin mempe