Melihat semua orang yang ketakutan, Tico tetap tenang seolah-olah sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Dia adalah anggota dari Kuil Dewa, tetapi dia mengerti betapa pentingnya Gunung Narima karena dia dibesarkan di Negara Drago. Bukan hanya para ahli biasa ini, bahkan ahli terbaik di dunia pun tidak berani menantang Gunung Narima."Para pendekar sekalian, aku sangat mengerti kekhawatiran kalian," kata Tico sambil mengangkat tangan untuk menenangkan situasinya.Setelah semua orang berhenti berbicara, Tico melanjutkan, "Kuil Dewa nggak akan membiarkan kalian semua mati sia-sia. Meskipun kalian akan menyusup ke tempat terlarang di Gunung Narima, kami juga akan mempersiapkan segalanya untuk mengurangi risikonya.""Tuan Tico, apa rencana Kuil Dewa yang sebenarnya? Sebaiknya kamu katakan dengan jujur agar kami punya gambaran yang lebih jelas," kata Lamine lagi."Benar, Tuan Tico. Kami ingin mendengar detailnya agar kami bisa membuat keputusan," tambah semua orang. Mereka tidak ingin mempe
"Pak Lamine, bagaimana menurutmu?" Setelah suasananya sudah cukup panas, Tico kembali menatap Lamine."Kalau kami masih terus menolak padahal Kuil Dewa sudah begitu tulus, sepertinya agak nggak tahu diri," kata Lamine sambil tersenyum.Begitu banyak harta karun sudah diletakkan di depan matanya, Lamine tidak mungkin menolaknya. Setelah menyelesaikan tugas ini, hartanya cukup untuk menikmati masa tuanya. Memang agak berisiko, tetapi sepadan. Lagi pula, Duo Pembunuh Jagat selalu menang dalam setiap pertempuran, sehingga mereka juga berani mengambil risiko."Pak Lamine memang cepat dalam mengambil keputusan."Tico tersenyum dan kembali menatap Danice lagi. "Pak Danice, bagaimana denganmu?""Asalkan ada anggur enak, aku nggak masalah memberikan nyawaku ini pada kalian," jawab Danice yang mabuk."Bagus! Kalau begitu, kita sepakat!" kata Tico dengan semangat dan ekspresi yang gembira."Tunggu dulu. Aku ada pertanyaan." Pada saat ini, Luther yang selalu melihat dari samping kembali berbicara.
"Maaf, aku nggak bisa menjawab pertanyaanmu ini karena aku juga nggak tahu," kata Tico sambil menggelengkan kepala.Tico sudah melanggar aturan karena memberi tahu orang-orang ini bahwa raja dewa akan hadir. Dia tidak mungkin mengungkapkan identitas dan tempat tinggal raja dewa lagi. Meskipun sangat kuat, raja dewa tetap harus berhati-hati karena di sini adalah Negara Drago. Jika keberadaan raja dewa terungkap dan para ahli besar mengepungnya, itu akan menjadi bencana."Nggak masalah. Aku juga hanya penasaran, jadi sekedar bertanya saja," kata Luther sambil tersenyum tanpa mempermasalahkan jawabannya."Kalau Luther nggak ada pertanyaan lagi, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku sudah memerintahkan orang-orang untuk menyiapkan makan siang yang mewah, kita bisa makan sambil berbincang," kata Tico dengan ekspresi tenang sambil mengulurkan tangan untuk mempersilakan semuanya."Nggak masalah," kata Luther sambil menganggukkan kepala."Semuanya, silakan!" seru Tico, lalu memimpin rombongan i
"Nggak masalah, kita lakukan sesuai rencanamu," kata Luther sambil menganggukkan kepala. Kemungkinan besar, sumber energi naga ini ada di tempat terlarang Gunung Narima dan benda ini tidak boleh jatuh ke tangan Kuil Dewa. Jika tidak, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan.Sebelumnya, Luther merasa tidak mungkin melawan Kuil Dewa dengan kekuatannya sendirian. Namun, sekarang dengan adanya bantuan dari Misandari, dia merasa lebih percaya diri untuk melawan Kuil Dewa. Bagaimanapun juga, Misandari mewakili keluarga kerajaan dari Negara Drago dan memiliki otoritas untuk mengerahkan berbagai kekuatan untuk membantu."Selain masalah Kuil Dewa, kamu juga harus berusaha keras dalam kompetisi ini karena Gunung Narima nggak akan mengadakan kompetisi ini tanpa alasan. Tiga besar dalam kompetisi ini akan mendapatkan perlakuan istimewa dan hadiahnya sangat melimpah," peringatan Misandari."Aku sudah mendaftar, aku pasti akan bertanding dengan serius. Kamu bisa tenang soal ini," ka
Di bawah panduan wanita paruh baya itu, Misandari dan Luther segera memasuki vila.Saat ini, seorang wanita muda yang sangat cantik dengan aura yang anggun sedang berbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang di dalam kamar tidur vila. Dia berusia dua puluhan tahun, kulitnya putih, tangannya halus, dan matanya terlihat sangat memikat. Meskipun wajahnya agak pucat, kecantikannya tetap tidak bisa disembunyikan dan malah membuat orang makin kasihan.Wanita ini adalah Greta, peringkat kelima di Peringkat Bidadari. Setiap wanita peringkat sepuluh besar di Peringkat Bidadari memiliki pesona yang unik dan kecantikannya ini adalah kecantikan yang murni. Bahkan tanpa riasan pun, pesonanya tetap berhasil memikat hati.Selain Greta yang tak sadarkan diri, ada seorang pria dan wanita juga di dalam kamar itu. Yang pria berusia tiga puluhan tahun, mengenakan setelan jas, tubuhnya tegap, tampan, dan tatapannya sangat tajam.Sementara itu, yang wanita berusia tujuh belas sampai delapan belas tahun dan
"Kamu suruh kami pergi?" Misandari memicingkan matanya sejenak. "Kami datang untuk menolong Greta, tapi kamu malah mengusir kami? Kenapa? Apa kamu nggak berharap Greta bisa sadar?""Omong kosong!" Alvan mengerutkan alisnya. "Aku ini kakak senior Greta, tentu saja aku berharap dia baik-baik saja.""Lalu kenapa kamu menghalangi kami mengobatinya?" tanya Misandari kembali."Karena aku nggak percaya sama kalian!" Alvan berkata dengan lantang, "Siapa tahu apa yang sedang kalian rencanakan? Bagaimana kalau penyakit Greta semakin parah lagi?""Aku nggak akan turun tangan kalau nggak yakin," celetuk Luther."Kamu dengar itu? Bagaimanapun, seharusnya biarkan kami periksa dulu, bukan?" tanya Misandari."Nggak usah! Dokter ajaib yang kuundang sudah hampir datang, nggak perlu campur tangan dari kalian!" tolak Alvan sekali lagi."Roselia, bagaimana menurutmu?" Misandari tidak berdebat lagi dengan Alvan, melainkan mengalihkan pandangannya pada Roselia. Sebagai adik kandung Greta, Roselia punya kuasa
"Hah?" Ucapan Luther membuat Roselia kaget. Setelah jarumnya dicabut, akan mati dalam waktu tiga jam. Bukankah itu sama saja dengan pencabut nyawa?"Huh! Aku nggak peduli jarum apa yang kamu gunakan. Kalau nggak bisa sembuhkan Greta, jangan salahkan aku nggak segan-segan terhadapmu!" ancam Alvan dengan ekspresi dingin."Kalau kamu nggak bisa membantu, sebaiknya tutup mulutmu. Jangan berisik di sini, buat orang kesal saja." Luther melirik Alvan sekilas, lalu menyindirnya dengan terus terang."Kamu ...!" Alvan menggertakkan giginya, tetapi pada akhirnya tetap menahan diri. Jika Luther bisa menyembuhkan Greta, dia juga tidak akan berkomentar lebih jauh. Namun, jika Luther gagal menyembuhkannya, dia pasti akan menghabisi Luther."Dokter Luther, apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya Roselia mengalihkan pembicaraan."Rawat kakakmu dengan baik. Selain itu, jangan biarkan siapa pun menyentuhnya. Aku akan pulang untuk meracik obat dulu." Setelah berkata demikian, Luther melemparkan tatap
"Apa rencanamu?" tanya Misandari sambil mengangkat alisnya."Kita harus singkirkan sihir di tubuh Greta dulu, lalu jadikan dia umpan untuk memancing dalang di balik semua ini keluar," jelas Luther secara singkat.Begitu dalangnya ditangkap, mereka tidak perlu repot-repot karena Organisasi Mondial yang akan turun tangan. Bagaimanapun, Yusril tidak mungkin berpangku tangan melihat putrinya dicelakai seperti ini."Apa perlu bantuanku?" tanya Misandari."Bantu aku cari bahan obat. Makin cepat makin bagus. Aku mau melawan sihir dengan sihir. Aku mau mendesak energi jahat itu keluar." Luther menuliskan formula dan menyerahkannya kepada Misandari.Misandari meliriknya sekilas, lalu mengangguk dan berkata, "Bukan masalah. Tiga jam lagi, aku pasti kembali dengan membawa obat-obatan ini."Dengan kekuasaan keluarga kekaisaran Negara Drago, mudah saja bagi Misandari untuk mendapat beberapa bahan obat mahal itu.Setelah meninggalkan vila bersama, Luther dan Misandari masing-masing menyibukkan diri.