"Nggak masalah, kita lakukan sesuai rencanamu," kata Luther sambil menganggukkan kepala. Kemungkinan besar, sumber energi naga ini ada di tempat terlarang Gunung Narima dan benda ini tidak boleh jatuh ke tangan Kuil Dewa. Jika tidak, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan.Sebelumnya, Luther merasa tidak mungkin melawan Kuil Dewa dengan kekuatannya sendirian. Namun, sekarang dengan adanya bantuan dari Misandari, dia merasa lebih percaya diri untuk melawan Kuil Dewa. Bagaimanapun juga, Misandari mewakili keluarga kerajaan dari Negara Drago dan memiliki otoritas untuk mengerahkan berbagai kekuatan untuk membantu."Selain masalah Kuil Dewa, kamu juga harus berusaha keras dalam kompetisi ini karena Gunung Narima nggak akan mengadakan kompetisi ini tanpa alasan. Tiga besar dalam kompetisi ini akan mendapatkan perlakuan istimewa dan hadiahnya sangat melimpah," peringatan Misandari."Aku sudah mendaftar, aku pasti akan bertanding dengan serius. Kamu bisa tenang soal ini," ka
Di bawah panduan wanita paruh baya itu, Misandari dan Luther segera memasuki vila.Saat ini, seorang wanita muda yang sangat cantik dengan aura yang anggun sedang berbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang di dalam kamar tidur vila. Dia berusia dua puluhan tahun, kulitnya putih, tangannya halus, dan matanya terlihat sangat memikat. Meskipun wajahnya agak pucat, kecantikannya tetap tidak bisa disembunyikan dan malah membuat orang makin kasihan.Wanita ini adalah Greta, peringkat kelima di Peringkat Bidadari. Setiap wanita peringkat sepuluh besar di Peringkat Bidadari memiliki pesona yang unik dan kecantikannya ini adalah kecantikan yang murni. Bahkan tanpa riasan pun, pesonanya tetap berhasil memikat hati.Selain Greta yang tak sadarkan diri, ada seorang pria dan wanita juga di dalam kamar itu. Yang pria berusia tiga puluhan tahun, mengenakan setelan jas, tubuhnya tegap, tampan, dan tatapannya sangat tajam.Sementara itu, yang wanita berusia tujuh belas sampai delapan belas tahun dan
"Kamu suruh kami pergi?" Misandari memicingkan matanya sejenak. "Kami datang untuk menolong Greta, tapi kamu malah mengusir kami? Kenapa? Apa kamu nggak berharap Greta bisa sadar?""Omong kosong!" Alvan mengerutkan alisnya. "Aku ini kakak senior Greta, tentu saja aku berharap dia baik-baik saja.""Lalu kenapa kamu menghalangi kami mengobatinya?" tanya Misandari kembali."Karena aku nggak percaya sama kalian!" Alvan berkata dengan lantang, "Siapa tahu apa yang sedang kalian rencanakan? Bagaimana kalau penyakit Greta semakin parah lagi?""Aku nggak akan turun tangan kalau nggak yakin," celetuk Luther."Kamu dengar itu? Bagaimanapun, seharusnya biarkan kami periksa dulu, bukan?" tanya Misandari."Nggak usah! Dokter ajaib yang kuundang sudah hampir datang, nggak perlu campur tangan dari kalian!" tolak Alvan sekali lagi."Roselia, bagaimana menurutmu?" Misandari tidak berdebat lagi dengan Alvan, melainkan mengalihkan pandangannya pada Roselia. Sebagai adik kandung Greta, Roselia punya kuasa
"Hah?" Ucapan Luther membuat Roselia kaget. Setelah jarumnya dicabut, akan mati dalam waktu tiga jam. Bukankah itu sama saja dengan pencabut nyawa?"Huh! Aku nggak peduli jarum apa yang kamu gunakan. Kalau nggak bisa sembuhkan Greta, jangan salahkan aku nggak segan-segan terhadapmu!" ancam Alvan dengan ekspresi dingin."Kalau kamu nggak bisa membantu, sebaiknya tutup mulutmu. Jangan berisik di sini, buat orang kesal saja." Luther melirik Alvan sekilas, lalu menyindirnya dengan terus terang."Kamu ...!" Alvan menggertakkan giginya, tetapi pada akhirnya tetap menahan diri. Jika Luther bisa menyembuhkan Greta, dia juga tidak akan berkomentar lebih jauh. Namun, jika Luther gagal menyembuhkannya, dia pasti akan menghabisi Luther."Dokter Luther, apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya Roselia mengalihkan pembicaraan."Rawat kakakmu dengan baik. Selain itu, jangan biarkan siapa pun menyentuhnya. Aku akan pulang untuk meracik obat dulu." Setelah berkata demikian, Luther melemparkan tatap
"Apa rencanamu?" tanya Misandari sambil mengangkat alisnya."Kita harus singkirkan sihir di tubuh Greta dulu, lalu jadikan dia umpan untuk memancing dalang di balik semua ini keluar," jelas Luther secara singkat.Begitu dalangnya ditangkap, mereka tidak perlu repot-repot karena Organisasi Mondial yang akan turun tangan. Bagaimanapun, Yusril tidak mungkin berpangku tangan melihat putrinya dicelakai seperti ini."Apa perlu bantuanku?" tanya Misandari."Bantu aku cari bahan obat. Makin cepat makin bagus. Aku mau melawan sihir dengan sihir. Aku mau mendesak energi jahat itu keluar." Luther menuliskan formula dan menyerahkannya kepada Misandari.Misandari meliriknya sekilas, lalu mengangguk dan berkata, "Bukan masalah. Tiga jam lagi, aku pasti kembali dengan membawa obat-obatan ini."Dengan kekuasaan keluarga kekaisaran Negara Drago, mudah saja bagi Misandari untuk mendapat beberapa bahan obat mahal itu.Setelah meninggalkan vila bersama, Luther dan Misandari masing-masing menyibukkan diri.
"Apa? Bakal mati?" Ucapan Shaka membuat ekspresi Roselia dan Alvan berubah drastis. Mereka tidak menyangka situasi akan separah ini."Berengsek! Beraninya dia mencelakai Greta! Aku akan suruh orang menangkapnya!" Alvan benar-benar murka. Dia segera mengeluarkan ponsel untuk menginstruksi bawahannya. Siapa pun yang berani mencelakai putri Ketua Organisasi Mondial sama saja dengan mencari mati."Dokter Shaka, sekarang harus gimana? Kakakku masih bisa diselamatkan nggak?" Setelah bereaksi kembali, Roselia tak kuasa merasa panik.Sebelumnya Roselia mengizinkan Luther mendiagnosis untuk mencoba-coba. Bagaimanapun, tidak ada cara lain lagi untuk mengobati Greta.Sesudah mendengar perkataan Shaka, Roselia pun menyesali pilihannya. Yang satu adalah orang tak dikenal, yang satu lagi adalah dokter terkemuka. Kalau dibandingkan, Roselia tentu memilih percaya pada Shaka."Kalau dokter lain, mereka pasti nggak punya cara untuk menolong kakakmu. Untungnya, ada aku di sini. Asalkan kakakmu masih hidu
Roselia termangu. Dia meraba wajahnya yang terasa panas, lalu menatap Greta yang berbaring di ranjang memuntahkan darah. Tatapannya dipenuhi keterkejutan.Bukan hanya Roselia, tetapi Alvan juga terperangah melihat situasi mendadak ini. Tidak ada yang menyangka Greta yang telah minum Air Dewa akan menjadi makin kritis."Dokter Shaka! A ... apa yang terjadi?" tanya Alvan memelotot dengan panik."Bukannya kamu bilang kakakku bakal sembuh setelah minum Air Dewa? Kenapa nggak ada efek apa pun, bahkan dia muntah darah?" Roselia makin cemas."Tenang dulu. Ini cuma kecelakaan kecil. Biarkan aku memeriksanya lagi." Setelah menghibur, Shaka maju dan memeriksa denyut nadi Greta.Seketika, Shaka mengernyit dan bergumam, "Aneh sekali. Denyut nadi pasien jelas-jelas lemah dan pasien juga kekurangan darah. Ini adalah gejala keracunan. Racun seharusnya ternetralisasi setelah minum Air Dewa. Kenapa malah nggak ada hasil apa pun?"Air Dewa milik Shaka bukan hanya bisa memperpanjang umur, tetapi juga men
"Percaya dong! Kami percaya semua omongan Dokter Shaka!" Alvan tersenyum dan membalas, "Kalau nggak ada Dokter Shaka hari ini, Greta nggak mungkin melewati masa kritisnya.""Cuma bantuan kecil." Shaka mengelus janggutnya dan berkata dengan angkuh, "Talib, berikan dua suap Air Dewa kepada pasien. Biar nona ini melihat kehebatan gurumu.""Baik." Talib mengiakan, lalu menghampiri dengan memegang mangkuk berisikan setengah Air Dewa. Kemudian, dia menyuapi Greta dengan hati-hati.Begitu Air Dewa memasuki mulut Greta, Greta tiba-tiba menendang, lalu tidak bergerak lagi. Talib termangu. Dia menjulurkan tangan untuk memeriksa napas Greta. Sesaat kemudian, dia langsung menarik tangannya dan melapor dengan panik, "Guru, pa ... pasien mati.""Apa?" Begitu mendengarnya, ekspresi semua orang berubah drastis. Shaka yang penuh keyakinan sekalipun tak kuasa termangu."Mati? Mana mungkin!" Shaka tidak bisa percaya. Dia mendorong muridnya, lalu memeriksa denyut nadi Greta. Alhasil, dia mendapati tidak a
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti